Saturday, February 27, 2010

Wasiat Seorang Ayah


Duhai Istri dan anak-anakku,

Jangan sampai dunia melalaikanmu.
Ambilah bagianmu dari dunia sekedar apa yang menjadi kebutuhanmu, dan bukan apa yang menjadi keinginanmu.
Tunaikanlah kewajiban-kewajiban kepada Tuhanmu dengan sungguh-sungguh.

Ingatlah satu hal yang akan memutuskan segala kelezatan, yang akan memisahkan dirimu dengan orang-orang yang engkau cintai, yang memisahkan antara sang ibu dengan anaknya, yang memisahkan antara sang suami dengan istrinya, yang memisahkan antara seorang yang kaya, dengan harta-harta yang dicintainya.

Persiapkan bekal akhiratmu.
Jadikan kerinduan terbesarmu adalah kebahagiaan di negeri akhirat. Ingatlah bahwa sesungguhnya kebahagiaan di dunia itu akan segera sirna, sedang kebahagiaan akhirat itu adalah kekal lagi abadi.

Duhai Istri dan anak-anaku,

Kiranya nasehat di atas sudah cukup bagi kalian.
Sesungguhnya nasehat di atas kutujukan yang utama adalah bagi diriku.
Semoga Allah memberikanku dan kalian taufiq dan hidayah-Nya untuk dapat merenungkan nasehat ini hingga berbuah menjadi amal sholeh…aamiin.

~ ~ ~

Mencintai Nabi Muhammad SAW


Jika kita menyukai dan mencintai sesuatu, pasti kita akan sering menyebut sesuatu itu. Bahkan kita akan berusaha untuk menjaga keadaan dari sesuatu yang kita cintai itu dengan baik. Apapun akan kita persembahkan demi sesuatu tersebut. Ketika kita menjadikan perabotan rumah tangga sebagai salah satu hal yang kita suka dan cintai, kita pasti akan senantiasa merawatnya, acapkali membersihkannya, menatanya dengan rapi serta senantiasa menjadikannya sebagai salah satu perhatian utama. Sesuatu pembicaraan dan tulisan yang bernuansa seputar masalah perabotan akan menjadi sangat menarik dan jadi perhatian utama kita. Benar bukan?

Lain lagi jika kita tergolong seorang yang menyukai dan mencintai kebersihan. Ke sudut manapun pandangan mata kita tujukan, pasti hal pertama yang menjadi perhatian kita adalah soal kebersihannya. Jika di suatu sudut yang kita pandang kita jumpai dalam keadaan kotor, pikiran kita pasti menjadi terganggu dan berkeinginan untuk segera membuat keadaan yang terlihat kembali bersih. lain lagi jika kita sudah kelewat mengagumi seseorang dan menjadikannya idola. Kita pasti akan sering menyebut namanya, baik didepan orang banyak dengan cara menceritakan segala kelebihannya hingga bahkan sampai bermimpi tentangnya disaat tidur.

Namun sadarkah kita, kaum muslimin khususnya, bahwa ada sosok seseorang yang sudah hampir kita lupakan. Sebaik-baik makhluk yang Allah SWT hadirkan ke dunia. Sosok yang sesungguhnya wajib menjadi idola dan teladan. Sosok yang selayaknya senantiasa dirindukan dalam setiap tarikan nafas, dalam setiap gerak gerik dan tindak tanduk keseharian. Sosok yang diimpi-impikan untuk dapat diteladani akhlaknya. Sosok yang terlahir dengan membawa kesempurnaan dan untuk menyempurnakan akhlak. Tiada yang ia bawa kecuali peringatan-peringatan untuk menetapi jalan kebaikan dan kebenaran menuju sebuah cinta yang hakiki, yakni cinta kepada Allah SWT dan meng-esakan-Nya.

Saudaraku, dialah Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, penutup para Nabi, Sang pembawa risalah kebenaran ilahi. Saat ini, sudah sejauh mana rasa cinta kita benar-benar menghunjam dihati terhadap beliau SAW? Ucapan apa yang keluar dari bibir kita saat nama beliau SAW disebut oleh seseorang? Kemuliaan seperti apakah yang kita inginkan? Kemuliaan di mata manusia ataukah kemuliaan di sisi Allah SWT? Sungguh, sebaik-baik ucapan yang keluar dari bibir kita tatkala nama Rasulullah Muhammad SAW disebut adalah berupa ucapan sholawat dan salam yang kita sampaikan kepadanya. Dan tidaklah orang yang disebut pelit itu hanya orang yang tidak mau memberikan kelebihan hartanya, namun kata Rasulullah SAW dalam haditsnya, bahwa “Orang yang bakhil (pelit) itu adalah orang yang apabila disebut namaku (Muhammad SAW), namun ia tidak mau bersholawat kepadaku”.

Sungguh, akan kemana wajah ini akan kita hadapkan. Malu rasanya saat ini kita jauh dari apa yang dirasakan para sahabat terhadap Rasulullah SAW. Para sahabat begitu haru biru ketika berada bersama Rasulullah SAW. Ada yang menangis saat disebut nama beliau SAW, ingin senantiasa bersama dan selalu menyertai beliau SAW, bahkan ada salah seorang dari sahabat Rasulullah SAW yang merasa khawatir tidak dapat bertemu beliau SAW – meskipun ia telah dijamin surga – saat mengingat kematian yang akan mendatanginya dan kematian Rasulullah SAW.

Sesungguhnya mencintai nabi Muhammad SAW adalah wajib, melebihi kecintaan kita terhadap diri kita sendiri, orang tua, anak, keluarga, harta benda, bahkan seluruh manusia. Dan salah satu tanda seseorang yang mencintai Rasulullah SAW adalah berharap yang sangat akan pertemuan dengan beliau SAW serta menyertainya. Dan kehilangan keduanya adalah adalah lebih berat baginya dari kehilangan apapun di dunia ini.

Ya Allah Ya Rabbiy,
Kurniakanlah kami kalbu pecinta
Cinta akan Rasul-Mu terkasih
Dengan sebenar-benarnya cinta sejati
Yang bukan hanya pengakuan namun berupa pembuktian
Yang menjadikan pertemuan dengannya sebagai sebuah kerinduan…

***

HIKMAH


Isa as. bertanya kepada para sahabatnya, “Dimanakah benih itu tumbuh?” Mereka menjawab, “Di tanah.” Maka beliau berkata, “Begitu pula hikmah, ia tidak akan tumbuh kecuali di dalam hati yang seperti tanah.” Yaitu rendah hati, dan merasa tidak memiliki apa-apa dalam puncak kehinaan dan kefakiran.

Abu Bakar bin Duraid berkata, “Setiap kata yang menasihati dan menegurmu, atau mengajakmu kepada kemuliaan dan mencegahmu dari perbuatan tercela, maka ia adalah Hikmah dan Hikam.”

Jika Tanpa Ampunan Mu


Apalah diriku

Hanya sebongkah tanah yang IA bentuk menjadi manusia

Yang atas Rahmaan~Nya IA jadikan kumampu bicara

Yang IA jadikan diriku mampu melihat dan berkata

Namun sedikit dariku terlahir kesyukuran atas berlimpah anugerah

Ya Robb,

Jika bukan karena Rahmat~Mu

Sungguh tak layak kiranya diriku hidup

Ya Robb,

Jika bukan karena besarnya Ampunan~Mu

Secuil dosa hamba sudah pasti meluluh lantakkan segala

Jika tanpa ampunan~Mu Ya Robbiy

Apalah arti tarikan nafas ini…

Sebuah Perenungan


Duhai diri,

Sibukkan dirimu meneliti dan memperbaiki segala kekuranganmu, baik perihal penunaian kewajibanmu yang berhubungan langsung dengan Allah maupun melalui perantaraan manusia.

Berpalinglah dari perbuatan dan perkataan sia-sia, karena waktu dan umurmu adalah anugerah-Nya yang mesti engkau olah dan isi sebaik mungkin dengan hal yang bermanfaat sebelum ajal menjemputmu.

Malulah pada Allah dan pada dirimu sendiri, ketika kau sibuk mengurusi aib orang lain, sementara aib diri dan keluargamu adalah cela terbesarmu yang sesungguhnya butuh untuk segera diperbaiki dan diselesaikan.

Luruskan niat dan perbuatanmu semata-mata mengharap keridhoan Allah dan mengharap limpahan Rahmat-Nya.

Duhai Robbiy,

Tunjukkanlah hamba jalan yang lurus, jalan orang-orang yang Engkau telah beri nikmat atas mereka, dan bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai lagi sesat…

*********


Duhai Jiwa,

Saatnya kau bangkit dari rasa tak berdaya

Dari rasa malas menuju semangat membara

Dari keterpurukan ruhani menuju jalan-Nya


Masa lalu tlah jauh tinggalkan dirimu

Masa depanmu menanti tuk dirajut bermakna

Sebelum kematian menghampiri dirimu

Hari inilah saat yang tepat tuk merangkai asa

Tahun berganti bukan sekedar nama

Itu adalah makna berhijrah

Dari keburukan menuju kebaikan

Dari kegelapan menuju cahaya

~~~

*BERGEGAS*




Sadarilah duhai jiwa!

Engkau dikaruniai hidup dan nafas di hari ini bukan untuk menyambung maksiat di hari yang

kemarin, melainkan diundang untuk kembali dan mendapat ampunan-Nya!

Bergegaslah!

Al-Quds yang Terlupakan


“... dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, kami pergilirkan diantara manusia (agar manusia mendapat pelajaran) ...“

TQS 3:140

Al Quds dari Masa ke Masa

Jerusalem bermula 5000 tahun SM. Di kota inilah suku bangsa Jebusit keturunan suku bangsa Kan’an yaitu suku bangsa Arab yang pertama bermigrasi dari semanjung Arab ke wilayah Palestina. Kaum ini pulalah yang pertama kali membangun dinding dan tembok kokoh disekeliling tempat tinggal mereka.

Keberadaan bangsa Arab lewat suku Jebusit jauh mendahului kedatangan Nabi Daud as atau yang disebut Kerajaan Israel atau Kerajaan Yehuda. Dari sinilah akar kata “bangsa Yahudi”. Kemudian pada tahun 1000 SM, Nabi Daud as berhasil menaklukkan kota tersebut dan menjadikan sebagai ibukota pemerintahannya. Jerusalem atau Zion yang kemudian melahirkan nama Zionisme.

Sepeninggal Nabi Daud as, Nabi Sulaiman as membangun Kuil Sulaiman yang merupakan tempat ibadah (Kanisah) bagi orang-orang Yahudi di Al Quds. Kanisah tersebut dikenal dengan nama Haekal Sulaiman atau Gunung Kuil (Temple Mount) yang letaknya tersembunyi di balik bangunan besar yang terbuat dari batu-batuan. Pada tahun 70 SM, tempat tersebut dihancurkan oleh orang Romawi, Titus.

Di atas reruntuhan inilah Khalifah Umar bin Khaththab membangun sebuah masjid (Kubah As Askhara) yang bersebelahan dengan Masjid Al Aqsha. Baitul Maqdis ditaklukkan oleh Umar bin Khaththab pada tahun XV Hijriyah. Beliau pula yang membersihkan kembali kompleks Al Aqsha sehingga bisa dijadikan tempat shalat bagi kaum Muslim. Dengan seorang pendeta Nasrani yang bernama Shafarnius, Khalifah Umar bin Khaththab membuat piagam perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian Umariyah yang berisi :

“ Bismillahirrahmanirrahim. Ini adalah (perjanjian) yang diberikan oleh hamba Allah swt, Umar, Amirul Mukminin, kepada penduduk Iliya (Baitul Maqdis) dari segi keamanan. Berikanlah kepada mereka keamanaan untuk jiwa-jiwa mereka dan harta benda mereka; begitupun terhadap tempat-tempat peribadatan mereka dan salib-salib mereka; juga bagi orang yang sakit maupun yang miskin serta bagi seluruh millah (pengikut) mereka. Janganlah engkau mendiami tempat-tempat peribadatan mereka dan jangan merobohkannya. Jangan merugikan/mengotori tempat-tempat peribadatan mereka dan daerah sekelilingnya. Jangan mengotori salib-salib mereka dan mengambil apapun dari harta mereka. Janganlah memaksakan sesuatu terhadap agama mereka, termasuk memberi kemudaratan kepada salah satu dari mereka. Jangan pula mereka (kaum Nasrani) tinggal di Iliya bersama bersama Yahudi ...“ (Muhammad Mahidullah, Majmu’a al watsa’iq as-siyasiyyah).

Jerusalem merupakan kota suci bagi umat Islam, Nasrani, dan Yahudi. Masyarakat Palestina lebih suka menyebut dengan Al Quds. Di dalam kota bertembok kuno tersebut hidup komunitas kaum Muslim, Nasrani, Yahudi dan masyarakat Armenia yang luasnya tidak lebih dari 3 km.

Di Al Quds inilah dibangun masjid kedua di bumi yaitu Masjidil Aqsha. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad; Abu thar bertanya kepada Rasulullah “Masjid mana yang pertama kali dibangun ? Rasul menjawab : Al Haram kemudian Al Aqsha 40 tahun kemudian.”

Masjid Al Aqsha merupakan kiblat pertama kaum Muslim sekaligus tempat Mi’rajnya Rasulullah saw ke langit ketujuh untuk menerima perintah langsung dari Allah swt yaitu Shalat. Peristiwa ini terjadi pada tahun 11 kenabian atau 621 M.
***

Keadaan Kota Al Quds

Memasuki pelataran Al Aqsa, perhatian akan tertuju pada Kubah As Sakhra (Dame of the Rock) atau juga dikenal sebagai Masjid Umar yang kubahnya berwarna kuning keemasan yang digunakan shalat Jum’at untuk wanita dan anak-anak. Sedangkan laki-laki melakukan shalat jum’at di Masjid Al Aqsha, sebelah Selatan Kubah As Sakhra.

Bagian Barat Laut Al Quds terdapat Via Dolorosa, jalan yang diyakini oleh orang Nasrani sebagai tempat Yesus memanggul salib. Di Al Quds juga terdapat Mount Olive yang merupakan sutau tempat yang diyakini banyak kalangan Nasrani sebagai tempat diangkatnya Nabi Isa as ke langit.

Pagar yang terletak di sebelah Barat Masjid Al Aqsha terdapat Tembok Ratapan, tembok yang disucikan bagi orang Yahudi. Mereka menyakini di tempat inilah Haekal Sulaiman atau Gunung Kuil (Temple Mount) pernah berdiri. Namun tidak ada yang tersisa dari bangunan kuil tersebut. Masyarakat Yahudi seluruh dunia mengunjungi sisa-sisa tembok kuno yang dulu merupakan bangunan kuil yang sekarang dikenal dengan nama Tembok Ratapan (Wailing Wall).

Kompleks Al aqsha dikelilingi pohon Kurma dan Zaitun. Untuk sampai ke Masjid Al Aqsha harus melewati jalan-jalan berbatu yang berliku-liku dan diapit rumah-rumah penduduk yang desainnya tidak berubah selama ratusan tahun.

Setiap belokan terdapat petunjuk arah menuju Al Aqsha untuk memudahkan peziarah supaya tidak tersesat. Selain itu kompleks Al Aqsha dikelilingi tembok yang tinggi dan lorong-lorong yang sempit dimana bagian kanan dan kirinya hanya dibatasi pagar dan rumah-rumah penduduk yang terbuat dari batu. Jerusalem ditaklukkan, dihancurkan dan dibangun kembali lebih dari 20 kali dalam kurun waktu 3000 tahun terakhir.

Tidak semua kaum Muslim mengetahui tentang Al Quds bahkan kota suci ketiga bagi umat Islam setelah Mekah dan Madinah seolah terlupakan. Padahal tempat tersebut merupakan tempat ibadah beberapa Nabi sebelum Rasulullah Muhammad saw. Nabi Ishak as putra Nabi Ibrahim as juga beribadah di Al Aqsha dan melakukan perjalanan ke Ka’bah di Mekah. Nabi Ishak as berhaji dari Al Aqsha seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim as. Nabi Ya’kub as yang merupakan keturunan kedua Nabi Ishak as menyatakan bahwa Al Aqsha merupakan tempat ibadah semua umat.

Disaat orang-orang berlomba-lomba berziarah ke Mekah dan Madinah berulang-ulang untuk mendulang pahala, Al Quds menjadi suatu kota yang asing bagi kita. Karena begitu asingnya, kita tidak mengetahui yang mana Masjid Al Aqsha tempat Mi’raj Nabi Muhammad saw. Padahal begitu berartinya Al Quds dengan Al Aqshanya, Rasulullah dalam sebuah hadits menyatakan “Shalat yang dilakukan di Masjid Al Haram sama dengan 100.000 shalat, di Masjidku (Nabawi) sama dengan 1000 kali dan di Al Aqsha sama dengan 500 kali.”

Umat Islam ada yang mengira kubah batu berwarna keemasan (Kubah As Sakhra) adalah Al Aqsha seperti yang sering disaksikan di gambar-gambar mengenai Kota Al Quds. Masjid Al Aqsha terletak sebelah Selatan Kubah As Sakhra yang kubahnya berwarna abu-abu. Mujirudin Al Hambaly mengatakan “Sudah hal umum yang dikalangan orang-orang bahwa Al Aqsha adalah suatu yang terletak ke arah kiblat termasuk mimbar dan mihrab.”

Menurut Muhammad Hassan Sharab dalam bukunya Baitul Maqdis dan Masjid Al Aqsha mengatakan “ Masjid Al Aqsha yang tercantum dalam surah Al Isra’ adalah seluruh kawasan suci (Haram Al Quds) dan akan mendapatkan pahala berlipat bila melakukan ibadah di bagian manapun di sekitar temboknya.” Artinya seluruh wilayah yang berada di dalam pekarangan merupakan bagian dari Majid Al Aqsha. Termasuk tembok Ratapan bagian Barat, Ribat Al Kurd, dan Gerbang Maghareba.

Wilayah Al Aqsha dikelilingi tembok-tembok di bagian Timur, Selatan, dan Utara dengan pintu gerbang di Barat. Di dalamnya terdapat pekarangan pasir yang ditanami pohon Zaitun, tiang-tiang, mihrab-mihrab, dan bangunan lainnya. Sekarang sebagian wilayah tersebut telah dicaplok oleh Zionis Israel. Pemerintah Israel menutup pintu gerbang menuju pekarangan-pekarangan dan bangunan-bangunan Al Aqsha yang disebut “Aqsha Tua” dan Masjid Mawarni di bagian bawah arah sisi Timur.
***

Pembebasan Al Quds

Kekhilafaan Abbasyiyah menguasai Jerusalem antara 1073 – 1098. Dunia Islam yang saat itu merupakan peradaban yang superior dibandingkan semua peradaban yang ada. Pada tanggal 25 November 1095 Paulus Urbanus II menyerukan Perang Salib dan tahun 1099 pasukan salib menaklukkan Jerusalem. Mereka membantai sekitar 30.000 warga Jerusalem yang terdiri dari kaum Muslim, Yahudi dan kelompok masyarakat lainnya. Puluhan ribu kaum Muslim yang mengungsi dan mencari perlindungan di atap Al Aqsa dibantai dengan sadis tanpa pandang bulu baik wanita, anak-anak dan orang tua.

Pada tahun 1187 Salahuddin Al Ayyubi sebagai komandan pasukan Muslim berhasil membebaskan kembali Jerusalem dari pasukan salib yang telah diduduki selama sekitar 87 tahun (1099 – 1187). Setelah pembebasan usai, tentara salib yang kalah dipersilakan pulang. Mereka cuma dikenai tebusan ringan, bahkan jika tidak punya harta akan disantuni dan bagi yang tidak ikut berperang sama sekali tidak tersentuh oleh pedang kaum Muslim. Adzan pun kembali berkumandang di menara Al Aqsha.

Langkah Salahuddin Al Ayyubi mengundang simpati kalangan Nasrani. Penguasa gereja dengan sukarela menyerahkan kunci Al Quds yang memang merupakan wilayah kaum Muslim pada zaman Khalifah Umar bin Khaththab. Mereka tulus mengakui hidup di bawah naungan pemerintahan Islam jauh lebih baik daripada di bawah cenkraman Romawi, saudara mereka seagama.
***

Masuknya Zionis ke Palestina

Awal Diaspora

Palestina memiliki sejarah berdarah yang panjang. Sejak Dinasti Saljuk di tahun 1071, Perang Salib pada abad X hingga pencaplokan oleh Israel.

Gelombang imirasi pertama Yuhudi ke Palestina terjadi pada tahun 1882. Konferensi Zionis pertama yang digelar di Swiss pada 29 Agustus tahun 1897 semakin mengukuhkan pencaplokan Israel atas wilayah Palestina.

Zionis adalah gerakan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi untuk mendirikan negara khusus bagi komunitas Yahudi (di Pelastina). Negara ini merupakan institusi yang akan mengumpulkan kembali orang-orang Yahudi yang sudah bertebaran di seluruh dunia.
Pada tanggal 1 Oktober 1917 Inggris menguasai Palestina. Melalui Lord Arthur Balfour Inggris menjanjikan tanah bagi kaum Yahudi untuk berdirinya Der Judenstaat Zionisme “Sebuah Rumah Nasional bagi Orang Yahudi di Pelastina”. Saat itu tidak lebih dari 2 % dari luas Palestina sudah dikuasai oleh Yahudi.

Konspirasi internasional berhasil membuat Inggris memberikan mandat kepada Israel untuk melakukan invasi ke Palestina. Pada tahun itu pula terbentuk tentara Israel yang disebut Haganah yang bertugas melindungi aksi invasi. Akhirnya terjadilah perang terbuka antara bangsa Arab dengan Yahudi pada tahun 1929 dan berakhir pada tahun 1936.

Tahun 1937, tanah suci Al Quds oleh Badan Internasional yang disebut Peel Comision membagi menjadi dua bagian, yaitu sebagian milik Arab dan sebagian milik Israel. Penderitaan rakyat Palestina terus berlanjut ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 November tahun 1947 memberikan restu atas pendirian negara Yahudi. Sebelumnya tanggal 30 Agustus 1945, presiden AS saat itu Harry S Truman oleh warga Yahudi dimintai izin dan perlindungan untuk memasuki wilayah Palestina. Tak lama setelah mendapat restu dari PBB dan mendapat perlindungan dari AS, Israel dengan tentara Zionisnya yang dipersenjatai lengkap menyerbu dan menduduki tanah Palestina.

Pembentukan Negara Israel

Pada tanggal 14 Mei tahun 1948, 37 orang Yahudi berkumpul di Tel Aviv termasuk Ben Gurion. Mereka memproklamirkan berdirinya negara Israel dan melakukan konsolidasi pada warga Yahudi untuk melakukan perlawanan terhadap bangsa Arab. Mereka berdalih bahwa hal tersebut merupakan hak sejarah dan alamiah. Karena bagi mereka (Yahudi), harapan akan kembalinya “Tanah yang dijanjikan” adalah bagian fundamental dari ideologi mereka dan kaum Yahudi sedunia dapat bersatu (diaspora).

Sejak itu Zionis Israel tidak segan-segan menumpahkan darah orang-orang Palestina untuk mempertahankan kemerdekaannya yang lemah. Menurut sejarawan Issa Nakhleh “Minoritas Yahudi tidak berhak untuk menyatakan kemerdekaan suatu negara di atas wilayah yang dimiliki oleh bangsa Arab Palestina.” Bagaimana tidak lemah, dari 37 orang Yahudi yang memproklamirkan kemerdekaan tersebut, 35 orang lahir dan besar di Eropa, seorang berasal dari Yaman dan hanya seorang saja yang dilahirkan di Palestina.

Pada waktu yang sama, negara-negara Arab mengirimkan pasukannya untuk mempertahankan Palestina dan setahun penuh perang berkecamuk sampai 1949. Tentara Zionis saat itu berhasil mengusir tidak kurang dari 160.000 warga Palestina dari tanahnya sendiri dan menguasai kurang lebih 77,4 % dari keseluruhan tanah Palestina. Selain itu, pada bulan Mei tahun 1949 mereka juga membangun sekitar 1.947 permukiman yang dibangun di atas reruntuhan desa dan tempat-tempat lain yang telah ditinggalkan oleh penduduk Arab yang lari dari teror atau dipaksa hengkang. Pada bulan Oktober tahun yang sama, banyak imirgan Yahudi mulai berdatangan dari sejumlah negara yang berbeda.

Perang akhirnya mereda, tetapi perang kecil antara warga Palestina dan Zionis terjadi hampir setiap hari. Puncak peperangan kembali terjadi antara bangsa Arab dan Israel yang dipicu pembakaran Al Aqsha oleh seorang turis Australia, Michael Rohan atas desakan Israel pada tangal 21 Agustus 1969. Di tahun 1973, perang antara bangsa Arab melawan Zionis Israel kembali terjadi.
***

Upaya Zionis Menguasai Al Quds

Seperti diketahui, Israel tidak akan mundur untuk menjadikan Al Quds sebagai Ibukota Israel. Berbagai cara dan upaya mereka lakukan untuk dapat merampas dan merebut Al Quds.

Sebuah buku “The Daydreams” yang merupakan kumpulan tulisan penulis Israel memberikan dan menyebutkan hipotesis mereka tentang penghancuran Al Aqsha dan membangun kembali Al Haikal. Selain itu ekstrim Yahudi melakukan propaganda bahwa pembangunan Al Haikal adalah sinyal surgawi yang semakin dekat untuk kaum Yahudi.

Dalam buku “ The Daydremas” disebutkan empat skenario penghancuran Al Aqsha :
1.Membangun 10 tiang yang melambangkan Sepuluh Perintah Tuhan dalam Ten Commandements di dekat dinding Barat Al Aqsha.
2.Menyerukan membangun kembali Al Haikal secara vertikal dan lebih tinggi dari Al Aqsha.
3.Membangun terowongan bentuk spiral di sekitar Kubah As Sakhra
4.Membangunn Al Haikal di atas reruntuhan Al Aqsha.

Pada tangal 7 Juni 1967 Israel menjajah bagian Timur kota Al Quds dan mengambil kunci-kunci bagian Timur Al Aqsha. Dulunya kunci tersebut diberikan oleh penguasa gereja dengan sukarela kepada Khalifah Umar bin Khaththab yang memang merupakan wilayah kaum Muslim dan kunci tersebut oleh Israel belum dikembalikan hingga sekarang. Pada tahun, sama pula shalat Jum’at di Al Aqsha terhalang tentara Israel. Pada tahun itu pula tepatnya seorang pendeta Yahudi bernama Shalomon Gorn bersama 50 pengikutnya melaksanakan ibadah keagamaan di halaman Al Aqsha. Pada tahun 1976, pengadilan Pusat Israel memutuskan bahwa orang Yahudi mempunyai hak melakukan upacara ritualnya di dalam masjid.

Pada bulan Agustus tahun 1981 ditemukan terowongan di bawah Masjid Al Aqsha yang gerbangnya berada di Tembok Ratapan. Pondasi terowongan tersebut dibangun oleh seorang pendeta Tembok Ratapan dan para pekerja dari Departemen Agama Israel. Akibat penggalian terowongan menyebabkan keretakan serius di sejumlah bangunan warisan Islam yang berdampingan dengan Masjid Al Aqsha.

Pada tahun 1990, pasukan Israel melakukan pembantaian di dalam Masjid Al Aqsha akibatnya 22 jamaah meninggal dan lebih dari 200 lainnya luka-luka. Pada tanggal 4 Oktober 1996, Barikade militer Israel diletakkan di pintu masuk Masjid Al Aqsha dan pemuda Islam Palestina yang usianya dibawah 35 tahun dilarang masuk untuk melaksanakan shalat di dalam Masjid Al Aqsha.

Zionis Yahudi pernah memberikan sebuah hadiah kepada seorang pendeta Gereja Yunani, Maxim Saloom berupa patung perak kota Jeruslem. Dalam replika Jerusalem tersebut sudah tidak terdapat lagi Masjid Al Aqsha dan sebagai gantinya adalah Al Haikal yang berdiri dengan megahnya.

Salah satu stasiun TV Israel pernah menayangkan prediksik bahwa Masjid Al Aqsha akan runtuh karena gempa bumi. Berdasarkan Info dari Badan Geologi bahwa Jeruslem merupakan salah satu titik gempa yang paling aktif di dunia. Hal tersebut membuat Zionis semakin bersemangat untuk merapuhkan pondasi Al Aqsha dan berusaha untuk meruntuhkannya.

Pada tanggal 14 Juli 1996, PM Israel Benyamin Netanyahu meminta untuk membagi lagi wilayah Al Quds dan kemudian mengambil keputusan untuk membanguan pemukiman baru Yahudi di bukit Abu Ghneim, Jerusalem. Pada tanggal 28 Januari 1997 penggalian terowongan masih berlangsung di bagian Barat Daya Masjid Al Aqsha dengan ketinggian 6 – 9 meter. Ditahun 1999, Israel pernah berencana untuk mengahancurkan sebuah istana dimasa Dinasti Umayyah yang bersebelahan dengan Masjid Al Aqsha dan perluasan Tembok Ratapan untuk Yahudisasi lokasi serta merusak simbol-simbol Islam lainnya yang terdapat di wilayah itu.

Tanggal 9 Maret 2000, kelompok Yahudi bernama Azrat Menahem berusaha untuk mendirikan aula pesta besar di halaman Tembok Ratapan untuk keperluan upacaya umat Yahudi. Pada tanggal 29 Juli 2001, para pemuda Palestina berdatangan dari berbagai sudut kota sebelum subuh hingga saat matahari mulai naik. Mereka datang dan berkumpul di Masjid Al Aqsha untuk mempertahankannya dari rencana keji Zionis yang akan dilakukan pada hari itu. Sehari sebelumnya, Mahkamah Tinggi Israel mengeluarkan izin sepihak kepada kelompok ekstrim Yahudi “Umana Haikal” untuk meletakkan batu marmer seberat 4,5 ton. Batu tersebut sebagai fondasi pertama sekaligus untuk melakukan peringatan atas pemusnahan kuil yang mereka klaim ada di wilayah Maghareba sekitar Masjid Al Aqsha. Mereka meyakini wilayah tersebut merupakan tanah warisan yang akan dijadikan sebagai tempat untuk membangun sebuah kuil milik Yahudi.

Mufti Al Quds, Syaikh Ikrimah Shabri menyatakan bahwa keputusan Mahkamah Tinggi Israel tidak layak dikeluarkan karena menyangkut tanah wakaf milik umat Islam. Termasuk perkampungan Maghareba yang menjadi tempat batu fondasi Sinagong Yahudi merupakan wilayah umat Islam.

Pemerintah Israel telah membangun jembatan bawah tanah yang akan menghubungkan beberapa tempat yang langsung ke Masjid Al Aqsha. Ketua Yayasan Al Aqsha Syaikh Ra’ed Shalah membenarkan bahwa Israel telah melakukan aksi dan usaha untuk meruntuhkan Masjid Al Aqsha. Beliau menemukan bukti-bukti berupa galian dan sambungan baru bawah tanah di permukiman Muslim dekat Masjdi Al Aqsha. Menurutnya, penggalian dilakukan pada malam hari. Hal ini diperkuat dengan pengaduan warga setempat berupa bunyi-bunyi alat galian dan bebatuan yang berjatuhan.

Sebuah video dokumenter dari Yayasan Al Aqsha juga menunjukkan sebuah terowongan dengan tinggi 6 – 9 meter dan berjarak 30 m telah tergali dengan rapi. Terowongan lain juga sudah terbangun di bawah Masjid Al Aqsha. Dari letak penggalian tersebut diyakini Zionis telah memidahkan lebih 100 makam para sahabat dari makam Al Rahma. Penggalian tersebut berakibat keretakan dinding bagian Selatan Masjid Al Aqsha.
***

“ ...dan siapkanlah untuk menghadapi musuh apa saja yang kamu sanggupi.“
TQS 8:60

Penulis : Musyarrafah Inayah

Pelangi


dan gerimis itu tetap turun

di atas sahara

namun sepotong-sepotong

berbaik hati

membasahi jiwa kerontang

sekalipun kemudian terserap sempurna

tapi lihatlah di sana

tepat di ujung langit

ternyata gerimis datang tidak sendiri!

tapi dibawanya serta pelangi!

Tuesday, February 23, 2010

MARI KITA BERLARI !!!!


Ayyuhal Muslimun, Marilah kita bergegas dan bersegera, marilah kita berlari..

Alloh Subhanahu Wata’ala yang memerintahkan engkau tuk berlari..

Tapi berlari kemana??

Aku sudah sering berlari...

Yang ku ingatkan kali ini ialah ajakan Alloh untuk kita agar berlari kepada-Nya. Alloh Ta’ala berirman :

فَفِرُّوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ‌ۖ إِنِّى لَكُم مِّنۡهُ نَذِيرٌ۬ مُّبِينٌ۬

Maka berlarilah kembali kepada [menta’ati] Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. (Adz-Dzariyat:50)

Ya, berlari menuju-Nya,menuju keta’atan pada-Nya dan menuju ampunan dari-Nya.karena sungguh dibelakangmu ada iblis dan tentaranya yang selalu mengejarmu dan menjauhkanmu dari Rob-mu.disisimu ada para Syaithon yang akan meninabobokanmu dalam buaian maksiatnya.

إِنَّ ٱلشَّيۡطَـٰنَ لَكُمۡ عَدُوٌّ۬ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ إِنَّمَا يَدۡعُواْ حِزۡبَهُ ۥ لِيَكُونُواْ مِنۡ أَصۡحَـٰبِ ٱلسَّعِيرِ

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh [mu], karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Faathir:6)

Namun sayang,disana banyak manusia yang berlari dari Rahmat-Nya,menjauh dari-Nya,sehingga membuat musuhnya girang dan tertawa.

Ya,mari kita berlari menuju Alloh, karena dibelakangmu ada dunia yang dipenuhi fitnah dan syahwatnya,dihiasi perhiasannya yang akan melalaikan engkau dari Rob-mu Subhanahu Wata’ala.

ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٌ۬ وَلَهۡوٌ۬ وَزِينَةٌ۬ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ۬ فِى ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَوۡلَـٰدِ‌ۖ كَمَثَلِ غَيۡثٍ أَعۡجَبَ ٱلۡكُفَّارَ نَبَاتُهُ ۥ ثُمَّ يَہِيجُ فَتَرَٮٰهُ مُصۡفَرًّ۬ا ثُمَّ يَكُونُ حُطَـٰمً۬ا‌ۖ وَفِى ٱلۡأَخِرَةِ عَذَابٌ۬ شَدِيدٌ۬ وَمَغۡفِرَةٌ۬ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٲنٌ۬‌ۚ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلۡغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat [nanti] ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-Hadiid: 20)

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولاً۬ فَٱمۡشُواْ فِى مَنَاكِبِہَا وَكُلُواْ مِن رِّزۡقِهِۦ‌ۖ وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ

Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu [kembali setelah] dibangkitkan. (Al-Mulk: 15)

Wahai anak muda dan orang tua, berlarilah menuju Alloh...

Bersungguh-sungguhlah menuju keridhaan dan Ampunan-Nya.

وَٱلَّذِينَ جَـٰهَدُواْ فِينَا لَنَہۡدِيَنَّہُمۡ سُبُلَنَا‌ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk [mencari keridhaan] Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabuut:69)

Dalam hadits Qudsyi Alloh Ta’ala berirman:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

Aku sesuai dengan persangkaan hambaKu kepadaKu, Aku bersamanya (dengan ilmu dan rah-mat) bila dia ingat Aku. Jika dia meng-ingatKu dalam dirinya, Aku mengingat-nya dalam diriKu. Jika dia menyebut namaKu dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mende-kat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepadaKu sehasta, Aku mendekat ke-padanya sedepa. Jika dia datang kepa-daKu dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat”.(HR.Bukhari,kitab Tauhid:6856 )

Maka apalagi yang kalian tunggu Ayyuhal ikhwah...???

أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُہُمۡ لِذِڪۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun [kepada mereka](Al-Hadid: 16)

حتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلۡمَوۡتُ قَالَ رَبِّ ٱرۡجِعُونِ (٩٩) لَعَلِّىٓ أَعۡمَلُ صَـٰلِحً۬ا فِيمَا تَرَكۡتُ‌ۚ كَلَّآ‌ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآٮِٕلُهَا‌ۖ وَمِن وَرَآٮِٕهِم بَرۡزَخٌ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ (١٠٠) فَإِذَا نُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَلَآ أَنسَابَ بَيۡنَهُمۡ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ وَلَا يَتَسَآءَلُونَ (١٠١) فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٲزِينُهُ ۥ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (١٠٢) وَمَنۡ خَفَّتۡ مَوَٲزِينُهُ ۥ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ فِى جَهَنَّمَ خَـٰلِدُونَ (١٠٣) تَلۡفَحُ وُجُوهَهُمُ ٱلنَّارُ وَهُمۡ فِيہَا كَـٰلِحُونَ

hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku [ke dunia] (99) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (100) Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka saling bertanya.(101) Barangsiapa yang berat timbangan [kebaikan] nya.maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan(102) Dan barangsiapa yang ringan timbangannya maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam (103) Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat (al-Mukminun:104)

DAKWAH


Tahapan dakwah bisa di ibaratkan sebuah anak tangga menuju sebuah hasil. Berpegang pada tahapan ini membuat segala yang kita lakukan menjadi terarah. Tahapan ini tidak dibatasi oleh waktu, akan tetapi tahapan ini merupakan tahapan dimana ada kriteria yang harus dipenuhi sebelum memasuki tahapan selanjutnya. Sehingga bisa saja dalam salah satu tahapan setiap kader menghabiskan waktu yang berbeda. Apa saja tahapan dakwah yang ada ?
Membangun Basis Kader Inti

Dalam risalah dakwah yang Rasul ajarkan, sebagaimana kita ketahui ada golongan yang pertama masuk Islam atau kita kenal dengan Ashabiqunal Awwalun. Golongan pertama ini dibina dengan intens oleh Rasul dalam rangka menguatkan fondasi terdalam dan paling bawah dari bangunan Islam. Bisa kita cermati sirah nabawiyah, Rasul mendidik Sahabat ini selama 10 tahun, atau hampir setengah dari masa kenabian beliau, yakni 23 tahun. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasul.


Kaderisasi yang dilakukan pada kader inti ini bersifat khusus dan terbatas, sehingga betul-betul segala yang dibutuhkan untuk dakwah kedepannya diharapkan bisa dimiliki oleh kader inti ini. Hal –hal apakah yang harus dimilki ? dalam hal ini ada 3 kebutuhan utama yang perlu dimiliki.

1. Kepribadian seorang Muslim

kepribadian ini meliputi karakter-karakter yang diperlukan seseorang dalam kehidupannya agar ia bisa menjalankan Islam dan mengajarkannya. Seorang kader inti harus memiliki aqidah yang bersih, ibadah yang benar, akhlak yang baik, tubuh yang sehat, kemampuan menghasilkan atau kuat secara ekonomi, pikiran yang intelek, bersungguh-sungguh dan tekun dalam segala hal, memiliki manajemen diri yang baik, disiplin akan waktu serta mempunyai paradigma untuk selalu bermanfaat bagi orang lain. Dengan adanya kepribadian ini diharapkan seorang kader inti bisa menjadi teladan, bisa menjadi guru dan diterima di kalangan masyarakat luas.

2. Kredibilitas dan Moralitas Pemimpin

Islam mendidik para umatnya untuk menjadi pemimpin bagi dirinya dan kalangannya. Dalam hal ini seorang kader inti, diharapkan bisa menjadi pemimpin dimanapun dia berada dalam rangka mengubah kondisi umat yang dipimpinnya menjadi lebih baik. Bukan untuk kekuasaan semata. Akan tetapi paradigma dakwah dan paradigma memberikan cahaya Islam di muka bumi harus terinternalisasi dengan baik di hati kader inti. Menjadi pemimpin adalah sebuah keniscayaan bagi seorang muslim. Sehingga dalam tahap ini seorang kader inti harus dididik bagaimana menjadi pemimimpin yang kuat dan bertanggung jawab. Seorang pemimpin yang bisa mengayomi seluruh umatnya, seorang pemimpin yang bisa menjadi ulama dan umara dalam waktu bersamaan.

3. Kemampuan khusus lainnya

Setiap manusia dilahirkan dengan potensi , minat , dan bakat yang berbeda. Ada seorang yang ahli dalam hal seni, ada seorang yang mahir berdagang atau saat ini kita kenal dengan entrepreneur, atau ada yang ahli dalam olahraga, dan sebagainya. Kemampuan khusus ini haruslah dikembangkan dengan bijak dan tepat, karena potensi seseorang jika dikembangkan akan jauh lebih cepat dan pesat perkembangannya. Seorang kader inti sebagaimana Rasul juga mendidik sahabatnya , juga memiliki kekhasan tersendiri. Sebutlah Ali bin Abi Thalib yang cerdas dan gemar menuntut ilmu, Umar bin Khattab yang ahli bermain pedang, Mushaf bin Umair yang menjadi pedagang sukses, dan sahabat lainya, yang memiliki potensi besar dan digunakan dengan baik dalam pemanfaatannya untuk kebutuhan dakwah. Seorang kader inti yang ahli dalam seni, bisa jadi dikembangkan dan bisa menjadi kekuatan dalam mengemas dakwah yang lebih komunikatif, seorang yang gemar berolahraga dikembangkan potensinya dalam rangka untuk sebagai duta dakwah diantara para masyarakat yang gemar berolahraga, seorang yang gemar berbisnis, didukung aktifitas bisnisnya agar mampu mendorong perkembangan dakwah dengan kekuatan yang dimiliki.

Pendidikan kader inti ini menjadi tahapan pertama dan menjadi fondasi yang akan menopang agenda dakwah kedepannya. Sehingga perlu dicermati dan ditelaah juga berapa banyak kader inti yang akan ada dan dibina.Pembinaan ini juga harus komprehensif dengan waktu yang tepat. Dengan harapan bisa menjadi core dalam membangun basis massa simpatisan.

Membangun Basis Massa

Setelah terbentuk kader inti , dakwah akan masuk di tahapan selanjutnya, yaitu membangun basis massa. Seringkali kita kenal istilah simpatisan, kurang lebih seperti itu yang akan kita bangun, akan tetapi tidak sekedar massa yang hanya mengatakan mendukung, akan tetapi massa yang senantiasa mengikuti pembinaan yang dilakukan oleh kita. Tujuan dari membangun massa ini adalah memperkenalkan Islam, dan menjadikan Islam sebagai way of life. Islam yang komprehensif dan menjadi solusi dalam kehidupan. Ada dua metode utama dalam memperkenalkan Islam ini.

1. Dakwah dengan melayani

Menilik sirah nabawiyah, proses yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW adalah menjadikan beliau Al Amin setelah itu mengangkatnya sebagai Rasul. Dalam hal ini bisa kita ambil kesimpulan bahwa Rasul telah sukses melayani kota mekah sehingga beliau diberi gelar tersebut barulah beliau berdakwah, pelayanan dahulu baru dakwah. Memberikan apa yang umat butuhkan, memang butuh kita sadari bahwa kebutuhan umat sangat variatif, akan tetapi justru di situlah seni bagaimana kita bisa membuktikan bahwa Islam bisa sebagai solusi dalam segala permasalahan yang ada. Jika kita membicarakan dakwah kampus, maka yang kita berikan haruslah sesuai dengan kebutuhan, sebutlah menyediakan informasi tempat tinggal yang murah dan nyaman, memberikan pelayanan fotokopi buku atau bahkan menyediakan buku kuliah dan catatan kuliah, menyediakan tempat bertanya terkait Islam dan syariatnya, memberikan informasi dalam bentuk tulisan, booklet tentang kampus, kota , dan lain sebagainya. Pelayanan ini bisa sangat variatif pula bentuknya sehingga semakin banyak yang memikirkan ini akan semakin banyak varian metode dakwah yang bisa digunakan.

2. Dakwah dengan memimpin

Jika konsep dakwah sebelumnya dengan tipikal menyentuh grass root. Dakwah dengan memimpin adalah pendekatan yang lebih struktural. Walau sebenarnya tidak sekaku itu dalam pelaksanaanya. Dengan memimpin dalam sebuah kelompok, mulai dari kelompok kecil seperti ketua kelompok tugas, ketua kelas, ketua lomba riset hingga ketua kelompok yang lebih besar seperti ketua himpunan mahasiswa, ketua panitia dan sebagainya. Dengan memimpin ini seorang kader bisa menunjukkan bagaimana etos kerja yang dimilkinya bisa membawa kelompok tersebut kearah keberhasilan dan kearah lebih baik. Dalam memimpin ini seorang kader juga bisa berdakwah secara kecil-kecilan dan menanamkan kultur Islam di dalam kelompok. Seperti membiasakan shalat tepat waktu, memulai segala sesuatu dengan niat dan do’a, membiasakan berdo’a kepada Allah dalam setiap keadaan, dan memberikan sebuah nilai-nilai lainnya kepada objek dakwah. Sehingga timbul personal trust seseorang kepada kita , dan menilai bahwa kader kita adalah seseorang yang kuat dan bertanggung jawab, serta mulai meyakini bahwa pola hidup atau way of life yang dilakukan dan dianut oleh kader kita adalah sebuah pemahaman yang baik. Harapan yang bisa timbul adalah kedepannya ada kepercayaan yang ada di masyarakat, dan ketika kader kita menyampaikan risalah Islam, tidak terjadi penolakan diantara masyarakat atau bisa dikatakan objek dakwah kita menerima apa yang akan kita sampaikan.

Setelah menjalani dua varian metode ini, dakwah ini juga butuh sebuah wadah yang bisa menampung simpatisan ini untuk mengikuti pembinaan dan menjadi bagian dari massa kita juga. Wadah ini diharapkan bisa menjadi media yang tepat dalam mengembangkan potensi simpatisan ini agar selanjutnya bisa menjadi kader dakwah pula. Sistem permentoringan atau dalam istilah lain kita kenal dengan usrah atau liqo’ atau halaqoh menjadi wadah yang sangat tepat untuk menampung dan membina para objek dakwah ini. Mentoring adalah proses transfer nilai antara mentor dan binaanya. Dalam proses mentoring ini seorang mentor diharapkan bisa membina 7-10 adik mentor atau binaanya dan memberikan ilmu serta pemikiran yang ada dalam rangka membuat frame berpikir yang Islami. Proses mentoring ini tidak hanya sampai pada tahapan memberikan ilmu, akan tetapi lebih lanjut, mentoring ini bisa menjadi sebuah keluarga kecil bagi para anggotanya.



بسم الله الرحمن الرحيم

“Tidaklah seseorang diantara kalian dikatakan beriman, hingga dia mencintai sesuatu bagi saudaranya sebagaimana dia mencintai sesuatu bagi dirinya sendiri.”


Secara nalar pecinta dunia, bagaimana mungkin kita mengutamakan orang lain dibandingkan diri kita? Secara hawa nafsu manusia, bagaimana mungkin kita memberikan sesuatu yang kita cintai kepada saudara kita?

Pertanyaan tersebut dapat terjawab melalui penjelasan Ibnu Daqiiqil ‘Ied dalam syarah beliau terhadap hadits diatas (selengkapnya, lihat di Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyah).

(“Tidaklah seseorang beriman” maksudnya adalah -pen). Para ulama berkata, “yakni tidak beriman dengan keimanan yang sempurna, sebab jika tidak, keimanan secara asal tidak didapatkan seseorang kecuali dengan sifat ini.”

Maksud dari kata “sesuatu bagi saudaranya” adalah berupa ketaatan, dan sesuatu yang halal. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i.

“…hingga dia mencintai bagi saudaranya berupa kebaikan sebagaimana dia mencintai jika hal itu terjadi bagi dirinya.”

Syaikh Abu Amru Ibnu Shalah berkata, “Hal ini terkadang dianggap sebagai sesuatu yang sulit dan mustahil, padahal tidaklah demikian, karena makna hadits ini adalah tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai bagi keislaman saudaranya sebagaimana dia mencintai bagi dirinya. Menegakkan urusan ini tidak dapat direalisasikan dengan cara menyukai jika saudaranya mendapatkan apa yang dia dapatkan, sehingga dia tidak turut berdesakan dengan saudaranya dalam merasakan nikmat tersebut dan tidak mengurangi kenikmatan yang diperolehnya. Itu mudah dan dekat dengan hati yang selamat, sedangkan itu sulit terjadi pada hati yang rusak, semoga Allah Ta’ala memaafkan kita dan saudara-saudara kita seluruhnya.”

Abu Zinad berkata, “Sekilas hadits ini menunjukkan tuntutan persamaan (dalam memperlakukan dirinya dan saudaranya), namun pada hakekatnya ada tafdhil (kecenderungan untuk memperlakukan lebih), karena manusia ingin jika dia menjadi orang yang paling utama, maka jika dia menyukai saudaranya seperti dirinya sebagai konsekuensinya adalah dia akan menjadi orang yang kalah dalam hal keutamaannya. Bukankah anda melihat bahwa manusia menyukai agar haknya terpenuhi dan kezhaliman atas dirinya dibalas? Maka letak kesempurnaan imannya adalah ketika dia memiliki tanggungan atau ada hak saudaranya atas dirinya maka dia bersegera untuk mengembalikannya secara adil sekalipun dia merasa berat.”

Diantara ulama berkata tentang hadits ini, bahwa seorang mukmin satu dengan yang lain itu ibarat satu jiwa, maka sudah sepantasnya dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana mencintai untuk dirinya karena keduanya laksana satu jiwa sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain:

“Orang-orang mukmin itu ibarat satu jasad, apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad turut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur.” (HR. Muslim)

“Saudara” yang dimaksud dalam hadits tersebut bukan hanya saudara kandung atau akibat adanya kesamaan nasab/ keturunan darah, tetapi “saudara” dalam artian yang lebih luas lagi. Dalam Bahasa Arab, saudara kandung disebut dengan Asy-Asyaqiiq ( الشَّّقِيْقُ). Sering kita jumpa seseorang menyebut temannya yang juga beragama Islam sebagai “Ukhti fillah” (saudara wanita ku di jalan Allah). Berarti, kebaikan yang kita berikan tersebut berlaku bagi seluruh kaum muslimin, karena sesungguhnya kaum muslim itu bersaudara.

Jika ada yang bertanya, “Bagaimana mungkin kita menerapkan hal ini sekarang? Sekarang kan jaman susah. Mengurus diri sendiri saja sudah susah, bagaimana mungkin mau mengutamakan orang lain?”

Wahai saudariku -semoga Allah senantiasa menetapkan hati kita diatas keimanan-, jadilah seorang mukmin yang kuat! Sesungguhnya mukmin yang kuat lebih dicintai Allah. Seberat apapun kesulitan yang kita hadapi sekarang, ketahuilah bahwa kehidupan kaum muslimin saat awal dakwah Islam oleh Rasulullah jauh lebih sulit lagi. Namun kecintaan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya jauh melebihi kesedihan mereka pada kesulitan hidup yang hanya sementara di dunia. Dengarkanlah pujian Allah terhadap mereka dalam Surat Al-Hasyr:

“(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar(ash-shodiquun). Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 8-9)

Dalam ayat tersebut Allah memuji kaum Muhajirin yang berhijrah dari Makkah ke Madinah untuk memperoleh kebebasan dalam mewujudkan syahadat mereka an laa ilaha illallah wa anna muhammadan rasulullah. Mereka meninggalkan kampung halaman yang mereka cintai dan harta yang telah mereka kumpulkan dengan jerih payah. Semua demi Allah! Maka, kaum muhajirin (orang yang berhijrah) itu pun mendapatkan pujian dari Allah Rabbul ‘alamin. Demikian pula kaum Anshar yang memang merupakan penduduk Madinah. Saudariku fillah, perhatikanlah dengan seksama bagaimana Allah mengajarkan kepada kita keutamaan orang-orang yang mengutamakan saudara mereka. Betapa mengagumkan sikap itsar (mengutamakan orang lain) mereka. Dalam surat Al-Hasyr tersebur, Allah memuji kaum Anshar sebagai Al-Muflihun (orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat) karena kecintaan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin, dan mereka mengutamakan kaum Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka (kaum Anshar) sebenarnya juga sedang berada dalam kesulitan. Allah Ta’aala memuji orang-orang yang dipelihara Allah Ta’aala dari kekikiran dirinya sebagai orang-orang yang beruntung. Tidaklah yang demikian itu dilakukan oleh kaum Anshar melainkan karena keimanan mereka yang benar-benar tulus, yaitu keimanan kepada Dzat yang telah menciptakan manusia dari tanah liat kemudian menyempurnakan bentuk tubuhnya dan Dia lah Dzat yang memberikan rezeki kepada siapapun yang dikehendaki oleh-Nya serta menghalangi rezeki kepada siapapun yang Dia kehendaki.

Tapi, ingatlah wahai saudariku fillah, jangan sampai kita tergelincir oleh tipu daya syaithon ketika mereka membisikkan ke dada kita “utamakanlah saudaramu dalam segala hal, bahkan bila agama mu yang menjadi taruhannya.” Saudariku fillah, hendaklah seseorang berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi agamanya. Misalkan seorang laki-laki datang untuk sholat ke masjid, dia pun langsung mengambil tempat di shaf paling belakang, sedangkan di shaf depan masih ada tempat kosong, lalu dia berdalih “Aku memberikan tempat kosong itu bagi saudaraku yang lain. Cukuplah aku di shaf belakang.” Ketahuilah, itu adalah tipu daya syaithon! Hendaklah kita senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan agama kita. Allah Ta’ala berfirman:

“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqoroh: 148)

Berlomba-lombalah dalam membuat kebaikan agama, bukan dalam urusan dunia. Banyak orang yang berdalih dengan ayat ini untuk menyibukkan diri mereka dengan melulu urusan dunia, sehingga untuk belajar tentang makna syahadat saja mereka sudah tidak lagi memiliki waktu sama sekali. Wal iyadzu billah. Semoga Allah menjaga diri kita agar tidak menjadi orang yang seperti itu.

Wujudkanlah Kecintaan Kepada Saudaramu Karena Allah

Mari kita bersama mengurai, apa contoh sederhana yang bisa kita lakukan sehari-hari sebagai bukti mencintai sesuatu bagi saudara kita yang juga kita cintai bagi diri kita…

Mengucapkan Salam dan Menjawab Salam Ketika Bertemu

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Tidak maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai: Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)

Pada hakekatnya ucapan salam merupakan do’a dari seseorang bagi orang lain. Di dalam lafadz salam “Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh” terdapat wujud kecintaan seorang muslim pada muslim yang lain. Yaitu keinginannya agar orang yang disapanya dengan salam, bisa memperoleh keselamatan, rahmat, dan barokah. Barokah artinya tetapnya suatu kebaikan dan bertambah banyaknya dia. Tentunya seseorang senang bila ada orang yang mendo’akan keselamatan, rahmat, dan barokah bagi dirinya. Semoga Allah mengabulkan do’a tersebut. Saudariku fillah, bayangkanlah! Betapa banyak kebahagiaan yang kita bagikan kepada saudara kita sesama muslim bila setiap bertemu dengan muslimah lain -baik yang kita kenal maupun tidak kita kenal- kita senantiasa menyapa mereka dengan salam. Bukankah kita pun ingin bila kita memperoleh banyak do’a yang demikian?! Namun, sangat baik jika seorang wanita muslimah tidak mengucapkan salam kepada laki-laki yang bukan mahromnya jika dia takut akan terjadi fitnah. Maka, bila di jalan kita bertemu dengan muslimah yang tidak kita kenal namun dia berkerudung dan kita yakin bahwa kerudung itu adalah ciri bahwa dia adalah seorang muslimah, ucapkanlah salam kepadanya. Semoga dengan hal sederhana ini, kita bisa menyebar kecintaan kepada sesama saudara muslimah. Insya Allah…

Bertutur Kata yang Menyenangkan dan Bermanfaat

Dalam sehari bisa kita hitung berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk sekedar berkumpul-kumpul dan ngobrol dengan teman. Seringkali obrolan kita mengarah kepada ghibah/menggunjing/bergosip. Betapa meruginya kita. Seandainya, waktu ngobrol tersebut kita gunakan untuk membicarakan hal-hal yang setidaknya lebih bermanfaat, tentunya kita tidak akan menyesal. Misalnya, sembari makan siang bersama teman kita bercerita, “Tadi shubuh saya shalat berjamaah dengan teman kost. Saya yang jadi makmum. Teman saya yang jadi imam itu, membaca surat Al-Insan. Katanya sih itu sunnah. Memangnya apa sih sunnah itu?” Teman yang lain menjawab, “Sunnah yang dimaksud teman anti itu maksudnya ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang disunnahkan untuk membaca Surat Al-Insan di rakaat kedua shalat shubuh di hari Jum’at.” Lalu, teman yang bertanya tadi pun berkata, “Ooo… begitu, saya kok baru tahu ya…” Subhanallah! Sebuah makan siang yang berubah menjadi “majelis ilmu”, ladang pahala, dan ajang saling memberi nasehat dan kebaikan pada saudara sesama muslimah.

Mengajak Saudara Kita Untuk Bersama-Sama Menghadiri Majelis ‘Ilmu

Dari obrolan singkat di atas, bisa saja kemudian berlanjut, “Ngomong-ngomong, kamu tahu darimana kalau membaca surat Al-Insan di rakaat kedua shalat shubuh di hari Jum’at itu sunnah?” Temannya pun menjawab, “Saya tahu itu dari kajian.” Alhamdulillah bila ternyata temannya itu tertarik untuk mengikuti kajian, “Kalau saya ikut boleh nggak? Kayaknya menyenangkan juga ya ikut kajian.” Temannya pun berkata, “Alhamdulillah, insyaAllah kita bisa berangkat sama-sama. Nanti saya jemput anti di kost.”

Saling Menasehati, Baik Dengan Ucapan Lisan Maupun Tulisan

Suatu saat ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya tentang aibnya kepada shahabat yang lain. Shahabat itu pun menjawab bahwa dia pernah mendengar bahwa ‘Umar radhiyallahu ‘anhu memiliki bermacam-macam lauk di meja makannya. Lalu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pun berkata yang maknanya ‘Seorang teman sejati bukanlah yang banyak memujimu, tetapi yang memperlihatkan kepadamu aib mu (agar orang yang dinasehati bisa memperbaiki aib tersebut. Yang perlu diingat, menasehati jangan dilakukan didepan orang banyak. Agar kita tidak tergolong ke dalam orang yang menyebar aib orang lain. Terdapat beberapa perincian dalam masalah ini -pen).’ Bentuk nasehat tersebut, bukan hanya secara lisan tetapi bisa juga melalui tulisan, baik surat, artikel, catatan saduran dari kitab-kitab ulama, dan lain-lain.

Saling Mengingatkan Tentang Kematian, Yaumil Hisab, At-Taghaabun (Hari Ditampakkannya Kesalahan-Kesalahan), Surga, dan Neraka

Sangat banyak orang yang baru ingin bertaubat bila nyawa telah nyaris terputus. Maka, diantara bentuk kecintaan seorang muslim kepada saudaranya adalah saling mengingatkan tentang kematian. Ketika saudaranya hendak berbuat kesalahan, ingatkanlah bahwa kita tidak pernah mengetahui kapan kita mati. Dan kita pasti tidak ingin bila kita mati dalam keadaan berbuat dosa kepada Allah Ta’ala.

Saudariku fillah, berbaik sangkalah kepada saudari muslimah mu yang lain bila dia menasehati mu, memberimu tulisan-tulisan tentang ilmu agama, atau mengajakmu mengikuti kajian. Berbaik sangkalah bahwa dia sangat menginginkan kebaikan bagimu. Sebagaimana dia pun menginginkan yang demikian bagi dirinya. Karena, siapakah gerangan orang yang senang terjerumus pada kubangan kesalahan dan tidak ada yang mengulurkan tangan padanya untuk menariknya dari kubangan yang kotor itu? Tentunya kita akan bersedih bila kita terjatuh di lubang yang kotor dan orang-orang di sekeliling kita hanya melihat tanpa menolong kita…

Tidak ada ruginya bila kita banyak mengutamakan saudara kita. Selama kita berusaha ikhlash, balasan terbaik di sisi Allah Ta’ala menanti kita. Janganlah risau karena bisikan-bisikan yang mengajak kita untuk “ingin menang sendiri, ingin terkenal sendiri”. Wahai saudariku fillah, manusia akan mati! Semua makhluk Allah akan mati dan kembali kepada Allah!! Sedangkan Allah adalah Dzat Yang Maha Kekal. Maka, melakukan sesuatu untuk Dzat Yang Maha Kekal tentunya lebih utama dibandingkan melakukan sesuatu sekedar untuk dipuji manusia. Bukankah demikian?

Janji Allah Ta’Ala Pasti Benar !

Saudariku muslimah -semoga Allah senantiasa menjaga kita diatas kebenaran-, ketahuilah! Orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan mendapatkan kemuliaan di Akhirat. Terdapat beberapa Hadits Qudsi tentang hal tersebut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman pada Hari Kiamat, “Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR. Muslim; Shahih)

Dari Abu Muslim al-Khaulani radhiyallahu ‘anhu dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan dari Rabb-nya, dengan sabdanya, ‘Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya.’”

Abu Muslim radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Kemudian aku keluar hingga bertemu ‘Ubadah bin ash-Shamit, lalu aku menyebutkan kepadanya hadits Mu’adz bin Jabal. Maka ia mengatakan, ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan dari Rabb-nya, yang berfirman, ‘Cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling tolong-menolong karena-Ku, dan cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku.’ Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya.” (HR. Ahmad; Shahih dengan berbagai jalan periwayatannya)

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia menuturkan, Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Orang-orang yang bercinta karena keagungan-Ku, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” (HR. At-Tirmidzi; Shahih)

Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmushshalihaat (artinya: “Segala puji bagi Allah, dengan nikmat-Nyalah segala kebaikan menjadi sempurna.” Do’a ini diucapkan Rasulullah bila beliau mendapatkan hal yang menyenangkan). Allah Ta’aala menyediakan bagi kita lahan pahala yang begitu banyak. Allah Ta’aala menyediakannya secara cuma-cuma bagi kita. Ternyata, begitu sederhana cara untuk mendapat pahala. Dan begitu mudahnya mengamalkan ajaran Islam bagi orang-orang yang meyakini bahwa esok dia akan bertemu dengan Allah Rabbul ‘alamin sembari melihat segala perbuatan baik maupun buruk yang telah dia lakukan selama hidup di dunia. Persiapkanlah bekal terbaik kita menuju Negeri Akhirat. Semoga Allah mengumpulkan kita dan orang-orang yang kita cintai karena Allah di Surga Firdaus Al-A’laa bersama para Nabi, syuhada’, shiddiqin, dan shalihin. Itulah akhir kehidupan yang paling indah…


Penulis: Ummul Hasan


Tuesday, February 2, 2010

Mujahid Dunia Itu Telah Menggapai Impian Setiap Lelaki Mukmin Sejati



Bulan Oktober 2009 lalu Jurnalislam.Com menampilkan terjemahan wawancara majalah Thala'i khurasan dengan Abu Dujanah Al-Khurasany, sosok mujahid yang mengawali kiprahnya di dunia maya dengan kontribusinya yang besar di forum-forum jihad dan kemudian merealisasikan azzamnya dengan terjun ke kancah dunia jihad fi sabilillah di bumi Khurasan yang penuh berkah, dan kini kami mendapatkan berita tentang kesyahidan beliau, berikut terjemahan statemen dari Forum Al Hesbah tentang beliau rahimahullah.

Statemen Forum Al-Hesbah Tentang Syahidnya Abu Dujanah Al-Khurosany

Dengan Nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang

Markaz Media Al-Yaqin

Ucapan Selamat Forum Al-Hesbah Atas Syahidnya Mujahid Ksatria Abu Dujanah Al-Khurosany -semoga Allah menerimanya-

Allah ta’ala berfirman: “Dan di antara orang-orang mukmin terdapat para lelaki yang jujur dengan apa yang mereka janjikan kepada Allah, di antara mereka ada yang telah menunaikan janjinya dan di antara mereka ada yang masih menanti-nanti, dan mereka tak mengubah janji mereka sedikit pun.” (Al-Ahzab 33:23).

Forum Islam Al-Hesbah mengucapkan selamat kepada umat islam atas syahidnya sang Mujahid yang berjihad dengan jiwa, pena dan lisannya, yang memporak-porandakan perkumpulan intelijen kejahatan dan kezholiman, sang singa “Humam Kholil Al-Balawy”, kami mengharapkan kesyahidannya dan Allah yang menghisabnya. Sang Mujahid yang telah membuktikan perkataannya dengan perbuatan, dia lemahkan musuh Allah sehingga memaksa mereka untuk menghitung kerugian.

Semoga Allah merahmatimu wahai singa dan semoga Allah menempatkanmu di tembolok-tembolok burung hijau di surga seluas langit dan bumi yang dijanjikan bagi orang yang bertakwa.

Semoga Allah merahmatimu dan mengumpulkanmu bersama sang kekasih tercinta Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam, bersama seluruh nabi, shiddiqin, syuhada, dan mereka adalah sebaik-baik teman.

Dulu dia adalah seorang yang penuh dengan kegiatan, kesungguhan dan pengorbanan. Meskipun hanya sebentar menjadi musyrif di forum, tapi dia telah meninggalkan bekas yang mendalam. Dia -semoga Allah merahmatinya- berusaha menjadikan forum selalu hidup dan mengembangkannya, dan menjadikannya sebagai kiblat bagi setiap orang yang mencari kabar berita jihad dan Mujahidin, baik dari kalangan supporter jihad maupun spionase.

Dia -semoga Allah merahmatinya- selalu memanggul kepentingan kaum muslimin, bergembira dengan kegembiraan mereka, terluka dengan apa yang menimpa mereka. Dia selalu membicarakan tentang kondisi kaum muslimin di setiap jengkal tanah islam mulai dari timur hingga barat, mulai dari utara hingga selatan.

Dia memiliki peran dari nama-namanya, Humam -apa yang engkau ketahui tentang Humam?- merupakan nama dari nama-nama singa, Humam adalah sebuah nama yang menunjukkan akan azimah (ketetapan hati) dan tingginya himmah (keinginan). Dia -semoga Allah merahmatinya- adalah seorang singa yang tidak takut menyuarakan kalimat yang haq, dia memiliki himmah yang tinggi dan azimah yang tak terkurangi terhadap orang yang bergaul dengannya, dia memiliki sifat qona’ah yang menakjubkan yang menjadikan orang lain menyerah padanya.

Ada pun nama yang dia gunakan di forum-forum, “Abu Dujanah Al-Khurosany”, telah menjadi kenyataan dari apa yang dia inginkan. Kematiannya -semoga Allah merahmatinya- berada di medan jihad dan istisyhad, bumi Khurosan. Dan ini adalah yang kami harapkan darinya, agar dia mendapatkan bimbingan dari Allah karena memiliki niat yang jujur dan perilaku yang jernih.

Adapun “Malik Al-Asyja’y”, dia gunakan laqob ini saat menjadi musyrif di forum islam Al-Hesbah, dia juga memiliki peran yang besar dari nama ini. Keberanian, pengorbanan dan ketelatenan; mana yang lebih besar dari yang dilakukan singa ini?! Sifat-sifat ini telah dia pergunakan untuk mempecundangi lembaga intelijen tercanggih yang diketahui secara pasti oleh semua orang. Sebuah lembaga yang digunakan untuk memantau budget negara-negara dan merekrut pasukan manusia dan jin. Namun itu semua tak dapat menghalangi kehendak Allah, maka Allah datangkan petaka kepada mereka dari arah yang tak disangka, maka terberailah kesatuan mereka, porak-porandalah perkumpulan mereka, menjandalah perempuan mereka, menjadi yatimlah anak-anak mereka. Semua itu terjadi melalui tangan sang singa Allah “Al-Asyja’y”, sang pemberani.

Diantara sifatnya -semoga Allah merahmatinya- yang kami pahami darinya dan sedikit orang mengetahuinya adalah pengetahuannya tentang ilmu jiwa, psikologi. Dia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam memahami jiwa manusia dan analisis kepribadian seseorang hanya melalui tulisan karakter. Dia sangat akurat dalam menganalisis, hingga hari-hari terakhir sebelum forum tutup dia menemukan satu metode untuk identifikasi seorang yang menulis dengan menggunakan nama lebih dari satu ID dan dia menyebut dirinya sebagai “Spesialis Tulisan Digital”. Metodenya akurat dan sangat mengesankan. Berikut ini adalah petikan kata-katanya saat pertama kali menunjukkan tentang metodenya, semgoa Allah menerimanya:

“Saat seseorang menulis menggunakan keyboard, maka dia ,dan setelah beberapa saat, menggunakan pikiran batinnya untuk menulis dan memakai cara-cara khusus untuk menulis. Jika terdapat spesialis tulisan tangan, maka pasti ada spesialis tulisan digital.”

Semoga Allah merahmatimu wahai singa Humam dan semoga Allah menempatkanmu di surga-Nya yang maha luas. Telah kau tinggalkan ruang besar yang sulit untuk tergantikan setelah kepergianmu. Tapi kami terima kabar gembira tentangmu, engkau terbunuh di jalan pembelaanmu akan dien ini. Kami mengharapkan kesyahidanmu dan Allah yang menghisabmu. Telah kau buktikan perkataanmu dengan perbuatanmu hingga perkataanmu meminum darahmu.

Dan kami, dengan izin dan kehendak Allah, takkan pernah menyerah, takkan pernah bosan hingga forum kita kembali seperti semula sebagaimana pesanmu dan sebagaimana usahamu untuk menghidupkannya sebelum kepergianmu dari dunia fana ini. Forum kita akan terus menjadi duri di tenggorokan orang-orang kafir, orang-orang murtad, dan orang-orang munafik hingga Allah menentukan putusan-Nya.

Terkahir dan bukan paling akhir, kami ucapkan selamat kepada kerabatnya, terutama kedua orang tuanya, istri dan kedua putrinya, saudara laki-laki dan perempuannya. Kami memberikan ucapan selamat kepada kedua orang tuanya yang telah membesarkan sang singa yang tak rela dengan kerendahan akan diennya, maka ia persembahkan jiwanya dengan murah di jalan Allah untuk mengangkat cela dari umat ini yang takkan pernah terangkat kecuali dengan adanya pahlawan sepertinya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala urusan-Nya, akan tetapi kebanyakan manusia tak mengetahuinya.

Admin Forum Islam Al-Hesbah

Hari ini pertempuran berlangsung di pintu-pintu ladang pembantaian. Demi Allah pertempuran-pertempuran itu merupakan penaklukan demi penaklukan. Sejarah takkan pernah kembali ke belakang. Masa kerendahan dan kehinaan telah berlalu, hempaskanlah kehinaan dan kerendahan dari diri kalian wahai umatku, cabutlah jubah tidur dan rehatmu, tiada kehidupan melainkan hidup dalam kemuliaan atau dalam terjangan bidadari. Takkan pernah bisa tidur mata para pengecut!