Thursday, July 28, 2011

Be One Hundred Percent !


Jika ada seribu bintang di langit
Maka jadilah yang paling terang
Menerangi dalam gelapnya malam
Menjadi penenang kepada siapa yang gundah

Bila terjajar sejuta pepohonan di hutan
Maka jadilah yang paling menjulang tinggi
Memantau yang lain dari ketinggian
Memberikan keteguhan bagi yang mulai lemah

Bila terbentang luas lautan di samudra
Maka jadilah yang paling jernih
Menjadikan bening seluruh permukaan air
Menyampaikan kebersihan bagi yang mulai terkotori

Karena kita
tidaklah sama dari yang lain
dan tidak pernah ingin sama dengan yang lain
kita berbeda karena keyakinan
kita berbeda karena keteguhan

Karena kita
Ingin menjadi yang menyinari
Ingin menjadi yang menenangkan
dan Ingin menjadi yang membersihkan

Walau akan selalu menjadi yang terasingkan
Biarkan kita tetap bangga dan bersyukur karena keterasingan ini


Dakwah Ini Tidak Bisa Diemban OIeh Orang Yang Manja dan Lemah

Dalam perjalanan ke Najed. Abu Musa Al Asyari RA meriwayatkan. “Dalam perjalanan itu kami keluar bersama Rasulullah SAW. Waktu itu kami enam orang bergantian mengendarai satu unta. Seorang naik unta secara bergantian. Sambil menunggu giliran kami harus menempuh perjalanan yang panjang. sehingga telapak kaki kami pecah-pecah dan kuku-kukunya pun copot. Waktu itu kami balut kaki kami dengan sobekan kain sehingga aku menyebut peperangan itu perang Dzatur Riqaa “Sobekan Kain.” Abü Musa Al Asyari menyebutkan hadits ini tetapi kemudian ia tidak menyukainya. Seolah-olah dia tidak suka untuk menceritakan pengalamannya.


Dalam riwayat lbnu lshaq dan Ahmad dan Jabir bin Abdullah RA ia menceritakan. “Kami berangkat bersama Rasulullah SAW pada perang Dzatur Riqaa. Pada kesempatan itu tertawanlah seorang wanita musyrikin. Setelah Rasulullah SAW berangkat pulang, suami wanita itu yang sebelumnya tidak ada di rumah baru saja datang. Kemudian lelaki itu bersumpah tidak akan berhenti mencari sebelum dapat mengalirkan darah para sahabat Muhammad SAW. Lalu lelaki itu keluar mengikuti jejak perjalanan Rasulullah SAW. Pada sebuah lorong di suatu lembah Rasulullah SAW bersama para sahabat berhenti. Kemudian beliau bersabda, “Siapakah di antara kalian yang bersedia menjaga kita malam ini?” Jabir berkata, “Maka majulah seorang dari Muhajirin dan seorang lagi dan Anshar lalu keduanya menjawab, Kami siap untuk berjaga ya Rasulullah’. Nabi Muhammad SAW berpesan Jagalah kami di mulut lonong ini.” Jabir menceritakan waktu itu, Rasulullah SAW bersama para sahabat berhenti di lorong suatu lembah.

Ketika kedua orang sahabat itu keluar ke mulut lorong, sahabat Anshar berkata pada sahabat Muhajirin, Pukul berapa engkau inginkan aku berjaga, apakah permulaan malam ataukah akhir malam?’ Sahabat Muhajirin menjawab Jagalah kami di awal malam.’ Kemudian sahabat Muhajirin itu berbaring dan tidur Sedangkan sahabat Anshar melakukan shalat. Jabir berkata, datanglah lelaki musyrikin itu dan ketika mengenali sahabat Anshar dia paham bahwa sahabat itu sedang bertugas juga. Kemudian orang ini memanahnya tepat mengenai dirinya. Lalu sahabat Anshar mencabutnya kemudian berdiri tegak melanjutkan shalatnya. Kemudian orang musyrikin itu memanahnya lagi dan tepat mengenainya lagi, lalu sahabat itu mencabut kembali anak panah itu kemudian berdiri tegak melanjutkan shalatnya. Kemudian untuk ketiga kalinya orang itu memanah kembali sahabat Anshar tersebut dan tepat mengenai dirinya. Lalu dicabut pula anak panah itu kemudian ia rukuk dan sujud. Setelah itu la membangunkan sahabat Muhajirin seraya berkata, ‘Duduklah karena aku telah dilukai.’ Jabir berkata, “Kemudian sahabat Muhajirin itu melompat mencari orang yang melukai sahabat Anshar itu. Ketika orang musyrikin itu melihat keduanya ia sadar bahwa dirinya telah diketahui maka ia pun melarikan diri. Ketika sahabat Muhajirin mengetahui darah yang melumuri sahabat Anshar, ia berkata, Subhanalloh kenapa engkau tidak membangunkan aku dari tadi?’ Sahabat Anshar menjawab, Aku sedang membaca surat dan aku tidak ingin memutusnya. Namun, setelah orang itu berkali-kali memanahku barulah aku rukuk dan memberitahukan dirimu. Demi Alloh SWT kalau bukan karena takut mengabaikan tugas penjagaan yang diperintahkan Rasulullah SAW kepadaku niscaya nafasku akan berhenti sebelum aku membatalkan shalat.”

Kesetiaan Memenuhi Seruan Da’wah, lndikasi Sikap Militan hamiluddawah bukanlah perjalanan yang banyak ditaburi oleh kegemerlapan dan kesenangan melainkan ia merupakan perjalanan panjang yang penuh tantangan dan rintangan yang berat. Telah banyak kita dapati sejarah orang-orang terdahulu yang merasakan perjalanan dawah ini. Ada yang disiksa, ada pula yang harus meninggalkan kaum kerabatnya ada pula yang diusir dan kampung halamannya. Dan sederetan kisah penjuangan lainnya yang banyak tersebar bukti dan pengorbanannya dalam jalan da’wah ini. Mereka telah merasakan dan sekaligus membuktikan cinta dan kesetiaan mereka terhadap da'wah.

Abu Musa Al Asyari dan para sahabat lainnya — Semoga Alloh SWT meridhai mereka—telah merasakannya hingga kaki-kaki mereka robek dan kukunya copot. Namun, mereka arungi penjalanan itu tanpa mengeluh sedikit pun bahkan mereka malu untuk menceritakannya karena keikhlasan mereka dalam perjuangan ini Keikhlasan membuat mereka gigih dalam pengorbanannya dan menjadi tinta emas sejarah umat da’wah ini.

Pengorbanan yang telah mereka berikan dalam perjalanan da’wah ini menjadi suri teladan bagi generasi sesudahnya. Karena kontribusi yang telah mereka sumbangkan, maka da’wah ini tumbuh bersemi dan generasi berikutnya memanen hasilnya dengan gemilang. Kawasan Islam telah tersebar ke seluruh pelosok dunia. Umat Islam telah mengalami populasi dalam jumlah besar. Semua itu merupakan karunia yang diberikan Alloh SWT melalui kesungguhan dan kesetiaan para pendahulu da’wah ini. Semoga Alloh meridhai mereka dan mereka pun ridha kepadaNya..
Mereka telah mengalami langsung apa yang difirmankan Alloh SWT dalam Al Quran surat At Taubah ayat 42, berikut:

“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan penjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Alloh: Jika kami sanggup tentulah kami benangkat bersamamu” Meneka membinasakan diri mereka sendiri dan Alloh mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta”.

Mereka juga telah melihat siapa-siapa yang dapat bertahan dalam mengarungi perjalanan yang berat itu. Hanya orang-orang yang setialah yang senantiasa tabah meniti perjalanan da’wah ini. Kesetiaan yang menjadikan pemiliknya sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian. Menjadikan mereka optimis menghadapi kesulitan dan siap berkorban untuk meraih kesuksesan. Kesetiaan yang menghantarkan mereka untuk berada pada barisan terdepan dalam perjuangan ini. Kesetiaan yang membuat pelakunya berbahagia dan sangat menikmati beban hidupnya. Setia dalam kesempitan dan kesukaran demikian pula setia dalam kelapangan dan kemudahan.

Sebaliknya orang-orang yang rentan jiwanya dalam perjuangan ini tidak akan dapat bertahan lama. Mereka mengeluh atas beratnya perjalanan yang mereka tempuh. Mereka pun menolak untuk menunaikannya dengan berbagai macam alasan agar mereka diizinkan untuk tidak ikut. Mereka pun berat hati berada dalam perjuangan ini dan akhirnya berguguran satu persatu sebelum mereka sampai pada tujuan perjuangan. Penyakit wahn telah menyerang mental mereka yang rapuh sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan pahit sebagai resiko dan sunnah dakwah ini. Malah mereka menggugatnya lantaran anggapan mereka bahwa perjuangan dakwah tidaklah harus rnengalami kesulitan.

“Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Alloh dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya. Dan jika mereka beliau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Alloh tidak menyukai keberangkatan mereka. Maka Alloh melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka:

“Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.’ (At Taubah, 91: 45-46)


Kesetiaan merupakan indikasi sikap militan hamiluddakwah. Sikap ini membuat mereka stand by menjalankan tugas yang terpikul di pundaknya. Mereka pun dapat menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Bila ditugaskan sebagai prajurit terdepan dengan segala akibat yang akan dihadapinya senantiasa berada pada posnya tanpa ingin meninggalkannya sekejap pun. Atau bila ditempatkan pada bagian belakang maka ia pun akan berada pada tempatnya tanpa berpindah-pindah. Sebagaimana yang disebutkan Rasulullah SAW dalam beberapa riwayat tentang prajurit yang baik.

Keyakinan Pada Janji-Janji Alloh SWT Orang-orang yang telah membuktikan kesetiaannya pada da’wah lantaran keyakinan mereka terhadap janji-janji Alloh SWT. Janji yang tidak akan pernah dipungkiri sedikit pun. Alloh SWT telah banyak memberikan janji-Nya pada orang-orang yang beniman yang setia pada jalan da’wah ini berupa berbagai anugerahNya. Sebagaimana yang terdapat dalam Al Qur’an:

Hal orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Alloh, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Alloh mempunyai karunia yang besar’. (Al Anfal 81:29)

Dengan janji Alloh SWT tersebut orang-orang beriman tetap bertahan mengarungi jalan da’wah ini. Dan mereka pun tahu bahwa penjuangan yang berat itu sebagai kunci untuk mendapatkannya. Semakin berat perjuangan ini semakin besar janji yang diberikan Alloh SWT kepadanya. Kesetiaan yang bersemayam dalam din mereka itulah yang membuat mereka tidak akan pernah menyalahi janji-Nya dan mereka pun tidak akan pernah mau mengubah janji kepada-Nya.

‘Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (Al Ahzab 33: 23)

Hamiluddakwah sangat menyakini bahwa kesabaran yang ada pada dirinya yang membuat mereka kuat menghadapi berbagai tantangan dawah. Bila dibandingkan apa yang kita lakukan serta yang kita dapatkan sebagai resiko perjuangan di hari ini dengan keadaan orang-orang terdahulu dalam penjalanan da’wah ini belumlah seberapa. Pengorbanan kita di hari ini masih sebatas pengorbanan waktu untuk da’wah. Pengorbanan tenaga dalam amal untuk kepentingan da’wah. Pengorbanan sebagian kecil dan harta kita yang banyak. Dan bentuk pengorbanan ecek-ecek lainnya yang telah kita lakukan. Coba lihatlah pengorbanan orang-orang terdahulu, ada yang disisir dengan sisir besi, ada yang digergaji, ada yang diikat dengan empat ekor kuda yang berlawanan arah lalu kuda itu dipukul untuk lari sekencang-kencang hingga robeklah orang itu. Ada pula yang dibakar dengan tungku yang berisi minyak panas. Mereka dapat menerima resiko karena kesabaran yang ada pada dirinya.

Kesabaran sebagai kuda-kuda pertahanan orang-orang beriman dalam meniti perjalanan ini. Bekal kesabaran mereka tidak pernah berkurang sedikit pun karena keikhlasan dan kesetiaan mereka pada Alloh SWT

“Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dan pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Alloh, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Alloh menyukai orang-orang yang sabar.” (Al lmran3: 146)

BiIa kita memandang kehidupan generasi pilihan, kita akan temukan kisah-kisah brilian yang telah menyuburkan da’wah ini. Muncullah pertanyaan besar yang harus kita tujukan pada diri kita saat ini. Apakah kita dapat menyemai da’wah ini menjadi subur dengan perjuangan yang kita lakukan sekarang ini ataukah kita akan menjadi generasi yang hilang dalam sejarah da’wah ini? Ingat, dawah ini tidak akan pernah dapat dipikul oleh orang-orang yang manja. Militansi merupakan kendaraan yang akan menghantarkan kepada kesuksesan da’wah ni. Wallahu a’lam

Ibu & Ayah..


Ya Alloh,
Rendahkanlah suaraku bagi mereka,
Perindahlah ucapanku di depan mereka.
Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan
Lembutkanlah hatiku untuk mereka.

Ya Alloh,
Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya atas didikan mereka padaku
dan Pahala yang besar atas kesayangan yang mereka limpahkan padaku,
Peliharalah mereka Sebagaimana mereka memeliharaku.

Ya Alloh,
Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan,
atau kesusahan yang mereka derita karena aku,
atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku,
jadikanlah itu semua
Penyebab rontoknya dosa-dosa mereka,
Meningginya kedudukan mereka dan
Bertambahnya pahala kebaikan mereka dengan perkenan-Mu, ya Alloh
sebab hanya Engkaulah yang berhak membalas kejahatan dengan kebaikan berlipat ganda.

Ya Alloh,
Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
Izinkanlah mereka memberi syafa'at untukku.
Tetapi jika magfirah-Mu lebih dahulu mencapai diriku,
Maka izinkahlah aku memberi syafa'at untuk mereka,
sehingga kami semua berkumpul bersama dengan santunan-Mu di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu, ampunan-Mu serta rahmat-Mu.
Sesungguhnya Engkaulah yang memiliki Karunia Maha Agung, serta anugerah yang tak berakhir dan Engkaulah yang Maha Pengasih Diantara semua pengasih.

Biarlah hati-hati ini saling bertaut karena Nya


Dan yang mempersatukan hati mereka orang-orang yang beriman, walaupun kamu membelanjakan semua kekayaan yang ada di muka bumi niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Akan tetapi Alloh telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.(Q.S. Al-Anfal:63)

Wednesday, July 27, 2011

Sabar


Sabar merupakan keniscayaan dalam perjuangan. Kesulitan yang dihadapi bukan malah menyurutkan api perjuangan. Melainkan justru secara syar'i harus menjadi kokoh dengan menjadikan sabar sebagai jalan datangnya pertolongan Alloh SWT. Satu hal yang perlu dicamkan, sabar dalam perjuangan bukan berarti mengalah pada kebatilan. Sabar dalam pejuangan, justru, tegar dalam memegang kebenaran serta terus menapaki jalan perjuangan untuk mengembalikan kejayaan Islam dan kaum muslimin.

Monday, July 25, 2011

Takwa, Kecantikan Sejati

Bebaskan perempuan dari penjara industri kosmetik kapitalis.

Perhelatan Miss Universe 2010 di Las Vegas, Amerika Serikat berakhir sudah. Finalis asal Meksiko Jimena Navarrete terpilih sebagai Ratu Sejagad, mengalahkan 83 kontestan lainnya. Seperti sudah tradisi, kontestan asal Amerika Latin yang memang terkenal cantik-cantik selalu juara. Sementara Miss Indonesia Qory Sandioriva, pulang dengan tangan hampa. Seperti para pendahulunya yang juga tak pernah merebut gelar satupun, Qory gagal total.

Head of Communication Department Yayasan Puteri Indonesia, Mega Angkasa mengakui, kegagalan Qory karena secara fisik memang kurang ideal. Karena itu, agar sukses di Miss Universe 2011 mendatang, Yayasan Puteri Indonesia akan mencari calon Puteri Indonesia dengan tolok ukur lebih sesuai dengan standar Miss Universe. “Secara fisik, sosok yang kami cari harus tinggi dan memiliki bobot proporsional, selain memiliki kemampuan bahasa internasional yang baik dan benar,” imbuh Mega (okezone, 24/8/2010). Duh, kasihan Qory.

Penjara Kapitalis
Kontes kecantikan merupakan parameter yang dijadikan alat untuk melahirkan sosok perempuan sempurna. Dari sanalah tercipta stereotipe cantik, yang merujuk pada penampilan fisik semata. Yakni, tubuh tinggi semampai, kulit putih mulus, dan bodi proporsional.

Stereotipe seperti ini menjadi penting guna menggerakkan industri kosmetik. Jutaan wanita lantas tersihir, berlomba-lomba menyulap dirinya seperti gambaran ideal itu. Jadilah perempuan sebagai komoditas industri kosmetika. Perempuan tak punya identitas sendiri, melainkan terobsesi dengan model cantik ala boneka Barbie.

Perempuan tidak memiliki otoritas terhadap tubuhnya karena tidak sesuai dengan mainstream industri komestik. Otak perempuan menjadi tidak penting, lebih utama kecantikan fisiknya. Stereotipe cantik telah memenjarakan perempuan dalam industri kosmetik kapitalis.

Situasi ini jelas tidak mendidik. Kaum perempuan tidak termotivasi untuk kreatif dengan karya nyata, tapi lebih sibuk memikirkan penampilan. Lihat saja, perempuan saat ini lebih suka menghabiskan waktu di salon dibanding kursus masak misalnya. Mereka lebih rela merogoh kocek dalam-dalam untuk produk pelangsing dibanding membiayai kuliah misalnya.

Jangan heran, potensi ekonomi kaum perempuan sejagad banyak tersedot untuk belanja produk penunjang kecantikan. Seperti belanja produk pemutih dan pelangsing. Menurut laporan Majalah Economist 2009, pengeluaran untuk make-up, diet, olahraga, parfum, perawatan kulit, produk rambut, dan operasi kosmetik mencapai 160 milyar dolar per tahun di seluruh dunia.

Cantik Vs Pintar
Sejatinya, menjadi perempuan cantik itu menyiksa. Memang, bisa jadi di satu sisi seorang perempuan cantik akan mendapat kemudahan-kemudahan dibanding yang kurang cantik. Saat melamar pekerjaan misalnya, jika ada dua kandidat perempuan yang sama-sama pintar, satu cantik dan satu standar, pasti yang cantik yang diterima.

Tapi, hidup seorang perempuan cantik tak selamanya menjadi mudah. Bahkan mungkin bebannya menjadi lebih berat daripada perempuan lain pada umumnya. Sebab ia harus membuktikan pada dunia bahwa ia tak hanya bermodal kecantikan, tapi juga kemampuan. Maka ketika seorang perempuan cantik tak mampu membuktikan kinerja yang baik, ia akan berbalik diremehkan. "Cantik-cantik kok bodo?" Begitu komentar orang.

Kurangnya kualitas kecerdasan inilah yang lalu menimbulkan stereotip bahwa perempuan cantik itu umumnya tak cerdas. Karena itu, dianugerahi wajah cantik, seseorang dituntut "lebih" dalam hal lainnya. Harus baik, ramah, lucu, dan pintar. Sebuah tuntutan yang menyiksa terutama bagi si cantik yang tidak berisi otaknya.

Padahal, tidak semua perempuan cantik itu bodoh. Masalahnya, seringkali mereka hanya lebih peduli untuk merawat kecantikan. Seperti kata Mignon McLaughlin, wartawan dan penulis di sejumlah majalah wanita seperti Redbook, Cosmopolitan, Vogue, dan Glamour: "Banyak perempuan cantik yang bahagia dengan kecantikannya, tapi tidak ada perempuan cerdas yang bahagia dengan kecerdasannya." Perempuan cantik akan puas dengan kecantikannya, tapi perempuan pintar tidak akan pernah puas dengan kepintarannya.

Ahli Surga
Sebagai Muslimah, kita jangan larut pada paham sekuler yang menjadikan kecantikan segala-galanya. Justru dalam pandangan Islam, kecantikan fisik bukan apa-apa. Jangan tertipu dengan jerat-jerat yang dipasang para pelaku industri kosmetik. Sejatinya mereka berniat busuk memalingkan para Muslimah dari identitas keislamannya.

Ya, salah satu upaya ideologi sekuler untuk mengalahkan Islam adalah dengan menjatuhkan para wanitanya. Kaum perempuan adalah sosok paling mudah dibujuk-rayu. Jika sudah hancur harkat dan martabat para Muslimah, akan sangat mudah menggoyahkan sendi-sendi ideologi Islam. Bukankah sudah banyak fakta, betapa kerusakan pada kaum wanita akan menjadi pintu kehancuran? Itulah yang diharapkan Barat, dengan menggiring kaum perempuan pada kecantikan palsu duniawi. Mereka dijadikan obyek maupun subyek industri kecantikan. Sumber energi kaum perempuan diekploitasi habis-habisan di sektor sia-sia ini.

Karena itu, wahai kaum wanita, selamatkan diri kita dari penjara kapitalis. Sebagai Muslimah, kita wajib menyadari bahwa ketakwaanlah nilai-nilai utama yang wajib dikejar dibanding kecantikan. Karena itu, daripada sibuk memikirkan polesan make-up, marilah bersibuk memikirkan bekal iman. Tak perlu memoles bibir dengan gincu, tapi poleslah dengan dzikir, tasbih dan tahmid (Ali Imron: 41).

Muslimah takwa adalah yang selalu mengucap syukur atas nikmat Allah SWT (Al-Baqarah: 152). Lidahnya terjaga dari cacian, umpatan, olok-olokan, dan kata-kata kotor yang menyakitkan hati (Al-Hujaraat: 11). Matanya bening, terjaga dari hal-hal yang haram untuk dilihat (An Nuur: 31). Hatinya penuh rasa kecintaan kepada Rab-nya (Ali Imron: 31). Jauh hatinya dari rasa dengki, sombong dan hasud. Keikhlasan senantiasa menghiasi qalbu yang tidak pernah lupa akan kebesaran Allah SWT (An Nisaa: 125). Hati yang senantiasa siap menerima kebenaran dan keimanan. Hatinya bak cermin nan indah dan bersih, yang selalu siap menerima hidayah dari Allah SWT dan memantulkannnya serta menyebarkannya ke seluruh penjuru jagad raya.

Muslimah cantik selalu mengenakan pakaian takwa (Al-A'raaf : 26). Pakaian yang senantiasa melindunginya, dalam setiap waktu dan kesempatan. Pakaian yang membedakan dirinya dari wanita rendahan. Pakaian yang membawanya menuju pribadi mulia. Busana yang kelak membawanya berjumpa dengan Allah SWT tercinta. Itulah ciri-ciri wanita ahli surga. Semoga kita termasuk satu di antaranya. kholda naajiyah

Permaisuri Harun ar-Rasyid, Zubaidah: Arsitek Jalur Haji

Harun ar-Rasyid, menjadi lebih istimewa, karena mempunyai istri yang cerdas, cantik dan luar biasa jasanya kepada Islam. Dia tak lain adalah Zubaidah binti Ja'far al-Akbar bin Abi Ja'far al-Manshur. Keinginannya untuk memberikan pelayanan kepada kaum Muslim, khususnya jamaah haji, sehingga memudahkan perjalanan mereka, diwujudkannya dalam megaproyek “Jalur Zubaidah”, yaitu jalur perjalanan yang berbasis arsitektur dan logistik modern.

Dia mulai dengan membuka jalan, mendirikan waduk, mengebor sumur, membangun perumahan dan tempat peristirahatan (rest area) di sepanjang jalur perjalanan tersebut. Dia juga mendirikan sejumlah tempat peristirahatan dan telaga air raksasa di Mina dan Arafah, juga melakukan pengeboran untuk sejumlah sumur. Dia menginstruksikan kepada para insinyur untuk mengalirkan air dari pegunungan yang ada di sekitar Makkah melintasi saluran air yang dibuat khusus untuk memindahkan ke waduk raksasa di dalam kota Makkah, yang kemudian diberi nama Birkah Zubaidah (Waduk Zubaidah).
Untuk mengerjakan mega proyeknya, dia memo-bilisir banyak potensi, pakar dan tenaga ahli untuk melak-sanakan mega proyek pembangunan ini. Dia meng-gunakan jasa para insinyur sipil untuk membuka dan memperbarui jalur perjalanan, menggambar rambu-rambu, serta mendirikan kolam-kolam raksasa, perumahan dan tempat peristirahatan, sementara para insinyur ahli geologi melakukan pengukuran sumber air. Para tukang bangunan juga telah dikerahkan untuk membangun kolam-kolam raksasa, telaga air raksasa, sumur bor dan saluran air kolam raksasa.

Sedangkan para petani diperintahkan untuk menanami tanah di sekelilingnya. Para penggembala diminta untuk mengusahakan dan mengembangkan kekayaan hewani untuk membekali para musafir dengan makanan, minuman dan logistik lainnya. Tidak lupa para arsitek dan ahli bangunan diminta untuk menghitung kebutuhan jalur perjalanan ini, termasuk pekerjaan perencanaan dan kajian untuk pengembangan dan peremajaannya agar sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan jamaah haji dan para musafir di masa mendatang. Perlu diketahui, mega proyek ini berhasil diselesaikan melalui kerja keras permaisuri yang luar biasa, dengan supervisi dan nafkah pribadinya.

Jalur Zubaidah ini sendiri meliputi Kufah, di Irak hingga Rafha, yang berbatasan dengan Saudi, lalu Rafha hingga Fida, dengan jarak kira-kira 120 km di sebelah tenggara; Fida hingga ar-Rabdzah (terletak 190 km dari Madinah ke arah timur, dengan jarak 350 km); ar-Rabdzah hingga berakhir di Makkah. Peninggalan mega proyek Zubaidah ini sampai sekarang masih. Di sini terdapat rest area Fida, dengan kolam Qarnatain, kolam al-Makhruqah Tuz, kolam al-Arainabah al-'Inabah dan kolam al-Jufailiyah al-Fahimah. Juga rest area Sumaira' dengan kolam Harir al-Hasanah, kolam Katifah al-'Abbasiyah. Selain itu, juga ada rest area al-Jafniyyah dengan kolam Wasad al-Mawiyah, dan rest area as-Shaq'a. Terakhir ar-Rabdzah yang dikenal sebagai kawasan arkeologis.
Fida, terletak di tenggara Hail, sekitar 120 km. Pada zaman 'Abbasiyah, Fida adalah kota terpenting yang berada di jalur perjalanan Zubaidah ini. Karena letaknya yang ada di tengah-tengah antara Kufah dan Makkah. Fida di masa itu telah dipersiapkan oleh Khilafah 'Abbasiyah untuk menyambut para jamaah haji dan umrah dengan makanan, minuman dan kendaraan yang mereka butuhkan. Para jamaah haji dan umrah pun bisa menitipkan barang-barang dan kendaraan mereka kepada penduduk Fida, untuk mereka ambil kembali sepulang mereka dari tanah suci. Karena itu, nama Fida terukir dalam syair Arab, Zahir bin Abi Salma.

Itulah wujud tanggung jawab seorang Khalifah dan permaisurinya yang begitu besar kepada Islam dan umatnya. Karenanya, Harun ar-Rasyid dan Zubaidah terpatri dalam ingatan umat Muhammad sepanjang masa

Ibu, Susuilah Anakmu!

Menyusui adalah investasi dunia akhirat bagi ibu sekaligus anak.

Kementerian Kesehatan akan melarang iklan susu formula untuk bayi usia di bawah satu tahun mulai tahun depan. Ini dipicu masih rendahnya kesadaran kaum ibu untuk menyusui anaknya. Menurut Konsultan Neonatology RSCM, Prof Rulina Suradi, SpA (K) IBCLC, ibu yang memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayinya sampai berumur enam bulan saat ini masih rendah, yaitu kurang dari dua persen dari jumlah total ibu melahirkan. Apalagi menyusui sampai dua tahun.

“Itu antara lain terjadi karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tatalaksana rumah sakit yang salah, dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah,” katanya seperti dikutip www.depkes.go.id.

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di RSCM Jakarta, Senin (25/10) mengatakan, "Susu formula tidak bagus untuk bayi baru lahir sampai usia satu tahun. Kita harus memberikan ASI, itu mengurangi kejadian autis dan meningkatkan kecerdasan anak."

Larangan iklan ini, kata Menkes, akan tercantum dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Pemberian ASI yang tengah disusun. RPP ini sendiri semula ditargetkan bisa terbit Oktober 2010 atau setahun sejak UU Kesehatan disahkan, yakni pada Oktober 2009. Pasalnya RPP Pemberian ASI baru bisa berjalan jika sudah ada peraturan pemerintah.

Membongkar Mitos
Gerakan pemberian ASI didukung larangan iklan susu formula, sangat penting untuk mendobrak mitos yang telanjur melekat di benak masyarakat bahwa susu formula lebih baik dari ASI.

Selama ini, iklan susu formula cenderung menyesatkan. Digambarkan, susu tersebut memiliki kandungan mineral penting yang bisa mencerdaskan anak. Padahal, kandungan susu formula tak sehebat ASI. Sudah banyak penelitian membuktikannya. ASI makanan terbaik bayi baru lahir sampai dua tahun, tiada bandingannya.

Sayang, banyak ibu-ibu terbujuk dengan iklan tersebut, terlebih para ibu pekerja (sibuk). Lebih ironis lagi, kalangan atas yang notabene terdidik, lebih mempercayakan kecerdasan anaknya pada susu sapi formula. Padahal meski mahal dan gengsi, tetap saja tak seideal ASI. Lagipula, konsumsi susu saja tak menjamin anak cerdas tanpa rangsangan sejak dini. Sementara rangsangan itu paling efektif diberikan saat menyusui.

Perlu diingat, susu formula yang diperas dari sapi, didesain agar menyamai ASI. Nutrisi seperti Omega-3, DHA, AA/ARA pun dibenamkan. Hanya, sehebat apapun, tak ada yang bisa menyamai ASI 100 persen. Bahkan dalam prosesnya, kerap membahayakan bayi. Seperti ditemukan kandungan melamin dan bakteri beberapa waktu lalu.

Yang paling penting, ada sistem imun dalam ASI yang tak ada dalam susu formula. Bayi ASI lebih kebal penyakit dibanding bayi bersusu sapi. Soal kecerdasan anak ASI, jangan tanya lagi. Buktikan sendiri!

Bukti Sayang Allah
ASI adalah ungkapan kasih sayang Allah sekaligus hak bagi si bayi. Ibu mendapatkan anugerah luar biasa untuk menjalankan kewajiban memberikan ASI itu pada buah cintanya.

Firman Allah SWT: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah [2]: 233)

Jika pemerintah baru tahun depan mengingatkan kembali pentingnya ASI, Allah SWT telah berabad-abad lalu mengingatkan manusia akan pentingnya ASI. Jauh sebelum ada penelitian yang membuktikan bahwa dua tahun pertama merupakan 'The golden age', masa keemasan bagi anak.

Karena itu, disunahkan bagi ibu menyusui anaknya selama dua tahun. Artinya, sangat dianjurkan oleh para ibu untuk melaksanakan tugas kodratinya ini, kecuali kondisi darurat.

Jadi, sangat disayangkan jika kaum ibu mencari-cari alasan untuk mengabaikan tugas menyusui ini. Seperti alasan bekerja, air susu kering atau sedikit (takut bayi tidak kenyang), atau takut merusak keindahan payudaranya.

Saking pentingnya ASI, bahkan Allah SWT memerintahkan untuk mencarikan ibu susuan bagi si bayi, bila ibu kandungnya tak sanggup menyusui dengan alasan syar'i. Tentu saja, Allah SWT tidak memerintahkan bayi untuk menyusu pada sapi, sebagaimana diperankan susu formula. Dengan demikian, hak bayi untuk menyusui tetap terpenuhi.

Kita bisa bercermin pada kisah Nabi Musa, di mana dalam keadaan sangat darurat pun, ibundanya berusaha mencari cara agar tetap bisa menyusui sang buah hati (QS Al-Qashash: 7). Allah pun berkenan mengabulkan doanya, ketika istri Fir'aun mencari ibu susuan dan pilihan jatuh pada ibunda Musa (QS Al-Qhashas: 12). Kita, dalam kondisi normal, masihkah berdalih menolak menyusui demi masa depan buang hati?

Di sisi lain, ibu susuan 'disetarakan' dengan ibu kandung. Ini menunjukkan pentingnya menyusui dan hukum-hukum yang kemudian berlaku. Saudara sepersusuan menjadi mahram (QS An-Nisaa':23).

Ibadah Terindah
Menyusui bayi, terlebih yang baru lahir, adalah aktivitas yang sangat indah. Mungkin sakit bagi si ibu, sulit bagi si mungil, tapi sungguh pengalaman berharga yang tidak ada bandingannya. Bagaimana ibu-bayi berinteraksi intensif untuk pertama kalinya setelah beberapa menit yang lalu si bayi masih di dalam perut sang bunda.

Menyusui bukan sekadar proses pengaliran ASI ke mulut bayi agar bayi kenyang dan tenang. Menyusui adalah saat penyaluran kasih sayang, pendidikan sejak dini dan ibadah. Ya, jadikan proses laktasi sebagai ibadah, bukan sekadar insting keibuan. Berapa kali bayi mereguk ASI sehari, kali dua tahun lamanya. Senilai itulah pahala yang didapat ibu. Betapa murah dan mudahnya mendulang pahala bagi para ibu shalihah ini.

Amru bin Abdullah pernah berkata kepada isteri yang menyusui bayinya, “Janganlah engkau menyusui anakmu seperti hewan yang menyusui anaknya karena didorong kasih sayangnya kepada anak. Akan tetapi susuilah dengan niat mengharap pahala dari Allah dan agar ia hidup melalui susuanmu itu. Mudah-mudahan ia kelak akan bertauhid kepada Allah Subhanahuwata'ala.”

Subhanallah, pelajaran yang sangat berharga. Betapa mungkin kita lupa, menyusui adalah bentuk investasi kita di dunia dan akhirat. Saat menyusui, adalah saat paling efektif untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sang buah hati. Ajaklah bicara, kenalkan pada Rabb-Nya, beri sentuhan kasih, dan tatap mata polosnya. Semoga anak kita menjadi anak yang bersyukur pada Rabb-nya dan orang tuanya.

”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Luqman :14)

Jadi tunggu apalagi, wahai para ibu, susuilah anak-anakmu![] kholda naajiyah

Thursday, July 14, 2011

Sedekah Orang yang Menangis

Perang Tabuk dikenal sebagai perang paling 'kritis' karena tantangan besar yang dihadapi sahabat menuju tempat itu, yang terletak nun jauh di dekat perbatasan Syams. Terik panas yang memanggang saat perang memunculkan berbagai sifat manusia islam yang sesungguhnya, yang berbeda dari sifat orang-orang pengecut dan munafiqin. Mereka yang terakhir ini datang kepada Rasulullah meminta izin untuk tiada terlibat dalam berperang dengan berbagai alasan yang mengada-ada.

Namun, para sahabat yang benar (shidiq) imannya, menampakan sifat keberanian dan pengorbanan. Kalaupun ada diantara mereka yang tidak turut berperang, hal itu bukan karena sebab duniawi, namun karena tidak adanya perlengkapan perang. Mereka telah datang menghadap Rasulullah meminta perlengkapan itu dan ditolak karena memang tidak ada simpanan perlengkapan itu padanya. Mereka pun pulang dengan duka yang menggenang di pelopak mata. Alloh melukiskan kondisi orang-orang ini dalam firman-Nya:

"Dan tiada dosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu supaya kamu memberikan kepada mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tiada memperoleh kendaraan untuk membawa kalian, "Lalu mereka kembali sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan lantaran mereka tidak memperoleh apa-apa yang akan mereka nafkahkan" (QS.9:92)

Diantara mereka adalah Ulyah bin Yazid, yang kemudian bangun malam untuk sholat tahajjud, kemudian bersimpuh dan bermunajat kepada Alloh SWT dengan diiringi tangis nan memilukan. Doanya kepada Alloh SWT:

"Ya Alloh! Engkau telah memerintahkan berjihad maka akupun mencintainya. Kemudian Engkau tidak menjadikan untukku apa yang menguatkanku dalam jihad ini dan Engkau juga tidak menjadikan pada Rasulullah (kendaraan) yang membawaku dalam jihad ini. Dengan ini aku bersedekah terhadap setiap muslim dengan kedzaliman mereka yang menimpaku baik pada harta, jasad dan kehormatan"

Paginya, seperti biasa ia berkumpul dengan sahabat lain. Rasulullah bertanya, "Dimanakah orang yang bersedekah tadi malam?"" Tak seorangpun sahabat berdiri. "Mana orang yang bersedekah?" Tanya Rasulullah sekali lagi. Maka berdirilah Ulyah bin Yazid dan menemui Rasulullah. Beliau berkata padanya, :Bergembiralah, Demi Dzat yang jiwa itu berada dalam genggaman tangan-Nya, sedekahmu telah ditulis pada zakat yang diterima."(Al-Bidayah wa An-Nihayah 5/5 dan disyahkan oleh Albani. Lihat Fiqhus Sirah:439)

Subhanallah, Dengan ungkapan yang dalam ini sahabat yang mulia memahami universalitas makna sadaqah, yang boleh jadi telah diabaikan oleh mayoritas kaum muslimin. Mereka membatasi pemahaman sadaqah hanya pada harta semata tanpa menoleh pada makna yang luas dalam syariah. Rasulullah SAW telah menyebutkan beberapa macam sadaqah dalam sebuah sabdanya: "Atas setiap persendian kalian sadaqah, setiap tasbih adalah sadaqah, setiap tahmid adalah sadaqah, setiap tahlil adalah sadaqah. Semuanya itu dibalas seperti balasan bagi amal dua rakaat dari sholat dhuha". (HR.Muslim:720)

Sesungguhnya sahabat yang mulia ini, Ulyah bin Yazid, bersedekah dengan perkara yang sulit bagi jiwa. Ia melepaskan dan mundur dari haknya atas kezaliman yang menimpa pada hartanya yang dirampas tanpa dasar kebenaran dan tidak dikembalikan kepadanya; atau pada jasadnya yang disakiti tanpa dasar yang benar; atau pada kehormatan yang dihasud tanpa bukti; atau dituduh padahal ia bebas darinya; atau dihina, dicela tanpa alasan jelas dan benar. Alangkah agungnya sadaqah seperti ini, Rasulullah SAW memberikan kabar gembira, bahwasanyaia diterimasebagai zakat. Maka siapakah diantara kita yang mampu bersedekah seperti ini?

As-Siirah An-Nabawiyah DR. Abdul Hamid Jasim Al-Bilaly

Wednesday, July 13, 2011

Sejarah Islam Di Negeri Tirai Bambu Cina

Tuntutlah Ilmu sampai ke negeri Cina," begitu kata petuah Arab. Jauh sebelum ajaran Islam diturunkan Alloh SWT, bangsa Cina memang telah mencapai peradaban yang amat tinggi. Kala itu, masyarakat Negeri Tirai Bambu sudah menguasai beragam khazanah kekayaan ilmu pengetahuan dan peradaban.

Tak bisa dipungkiri bahwa umat Islam juga banyak menyerap ilmu pengetahuan serta peradaban dari negeri ini. Beberapa contohnya antara lain, ilmu ketabiban, kertas, serta bubuk mesiu. Kehebatan dan tingginya peradaban masyarakat Cina ternyata sudah terdengar di negeri Arab sebelum tahun 500 M. Sejak itu, para saudagar dan pelaut dari Arab membina hubungan dagang dengan `Middle Kingdom' - julukan Cina.
Untuk bisa berkongsi dengan para saudagar Cina, para pelaut dan saudagar Arab dengan gagah berani mengarungi ganasnya samudera. Mereka `angkat layar' dari Basra di Teluk Arab dan kota Siraf di Teluk Persia menuju lautan Samudera Hindia.

Sebelum sampai ke daratan Cina, para pelaut dan saudagar Arab melintasi Srilanka dan mengarahkan kapalnya ke Selat Malaka. Setelah itu, mereka berlego jangkar di pelabuhan Guangzhou atau orang Arab menyebutnya Khanfu. Guangzhou merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan tertua di Cina. Sejak itu banyak orang Arab yang menetap di Cina.

Ketika Islam sudah berkembang dan Rasulullah SAW mendirikan pemerintahan di Madinah, di seberang lautan Cina tengah memasuki periode penyatuan dan pertahanan. Menurut catatan sejarah awal Cina, masyarakat Tiongkok pun sudah mengetahui adanya agama Islam di Timur Tengah. Mereka menyebut pemerintahan Rasulullah SAW sebagai Al-Madinah.

Orang Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti 'agama yang murni'. Masyarakat Tiongkok menyebut Makkah sebagai tempat kelahiran 'Buddha Ma-hia-wu' (Nabi Muhammad SAW). Terdapat beberapa versi hikayat tentang awal mula Islam bersemi di dataran Cina. Versi pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina dibawa para sahabat Rasul yang hijrah ke al-Habasha Abyssinia (Ethopia). Sahabat Nabi hijrah ke Ethopia untuk menghindari kemarahan dan amuk massa kaum Quraish jahiliyah. Mereka antara lain; Ruqayyah, anak perempuan Nabi; Usman bin Affan, suami Ruqayyah; Sa'ad bin Abi Waqqas, paman Rasulullah SAW; dan sejumlah sahabat lainnya.

Para sahabat yang hijrah ke Etopia itu mendapat perlindungan dari Raja Atsmaha Negus di kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan tak kembali ke tanah Arab. Konon, mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba di daratan Cina pada saat Dinasti Sui berkuasa (581 M - 618 M).

Sumber lainnya menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina ketika Sa'ad Abi Waqqas dan tiga sahabatnya berlayar ke Cina dari Ethopia pada tahun 616 M. Setelah sampai di Cina, Sa'ad kembali ke Arab dan 21 tahun kemudian kembali lagi ke Guangzhou membawa kitab suci Alquran.

Ada pula yang menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina pada 615 M - kurang lebih 20 tahun setelah Rasulullah SAW tutup usia. Adalah Khalifah Utsman bin Affan yang menugaskan Sa'ad bin Abi Waqqas untuk membawa ajaran Illahi ke daratan Cina. Konon, Sa'ad meninggal dunia di Cina pada tahun 635 M. Kuburannya dikenal sebagai Geys' Mazars.

Utusan khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang. Kaisar pun lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng atau masjid Memorial di Canton - masjid pertama yang berdiri di daratan Cina. Ketika Dinasti Tang berkuasa, Cina tengah mencapai masa keemasan dan menjadi kosmopolitan budaya. Sehingga, dengan mudah ajaran Islam tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok.

Pada awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di Cina adalah para saudagar dari Arab dan Persia. Orang Cina yang pertama kali memeluk Islam adalah suku Hui Chi. Sejak saat itu, pemeluk Islam di Cina kian bertambah banyak. Ketika Dinasti Song bertahta, umat Muslim telah menguasai industri ekspor dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal pelayaran secara konsisten dijabat orang Muslim.

Pada tahun 1070 M, Kaisar Shenzong dari Dinasti Song mengundang 5.300 pria Muslim dari Bukhara untuk tinggal di Cina. Tujuannya untuk membangun zona penyangga antara Cina dengan Kekaisaran Liao di wilayah Timur Laut. Orang Bukhara itu lalu menetap di di antara Kaifeng dan Yenching (Beijing). Mereka dipimpin Pangeran Amir Sayyid alias 'So-Fei Er'. Dia bergelar `bapak' komunitas Muslim di Cina.

Ketika Dinasti Mongol Yuan (1274 M -1368 M) berkuasa, jumlah pemeluk Islam di Cina semakin besar. Mongol, sebagai minoritas di Cina, memberi kesempatan kepada imigran Muslim untuk naik status menjadi Cina Han. Sehingga pengaruh umat Islam di Cina semakin kuat. Ratusan ribu imigran Muslim di wilayah Barat dan Asia Tengah direkrut Dinasti Mongol untuk membantu perluasan wilayah dan pengaruh kekaisaran.

Bangsa Mongol menggunakan jasa orang Persia, Arab dan Uyghur untuk mengurus pajak dan keuangan. Pada waktu itu, banyak Muslim yang memimpin korporasi di awal periode Dinasti Yuan. Para sarjana Muslim mengkaji astronomi dan menyusun kalender. Selain itu, para arsitek Muslim juga membantu mendesain ibu kota Dinasti Yuan, Khanbaliq.

Pada masa kekuasaan Dinasti Ming, Muslim masih memiliki pengaruh yang kuat di lingkaran pemerintahan. Pendiri Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang adalah jenderal Muslim terkemuka, termasuk Lan Yu Who. Pada 1388, Lan memimpin pasukan Dinasti Ming dan menundukkan Mongolia. Tak lama setelah itu muncul Laksamana Cheng Ho - seorang pelaut Muslim andal.

Saat Dinasti Ming berkuasa, imigran dari negara-negara Muslim mulai dilarang dan dibatasi. Cina pun berubah menjadi negara yang mengisolasi diri. Muslim di Cina pun mulai menggunakan dialek bahasa Cina. Arsitektur Masjid pun mulai mengikuti tradisi Cina. Pada era ini Nanjing menjadi pusat studi Islam yang penting. Setelah itu hubungan penguasa Cina dengan Islam mulai memburuk.

Masa Surut Islam di Daratan Cina


The Niujie Mosque in Beijing

Hubungan antara Muslim dengan penguasa Cina mulai memburuk sejak Dinasti Qing (1644-1911) berkuasa. Tak cuma dengan penguasa, relasi Muslim dengan masyarakat Cina lainnya menjadi makin sulit. Dinasti Qing melarang berbagai kegiatan Keislaman.

Menyembelih hewan qurban pada setiap Idul Adha dilarang. Umat Islam tak boleh lagi membangun masjid. Bahkan, penguasa dari Dinasti Qing juga tak membolehkan umat Islam menunaikan rukun Islam kelima - menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah.

Taktik adu domba pun diterapkan penguasa untuk memecah belah umat Islam yang terdiri dari bangsa Han, Tibet dan Mogol. Akibatnya ketiga suku penganut Islam itu saling bermusuhan. Tindakan represif Dinasti Qing itu memicu pemberontakan Panthay yang terjadi di provinsi Yunan dari 1855 M hingga 1873 M.

Setelah jatuhnya Dinasti Qing, Sun Yat Sen akhirnya mendirikan Republik Cina. Rakyat Han, Hui (Muslim), Meng (Mongol) dan Tsang (Tibet) berada di bawah Republik Cina. Pada 1911, Provinsi Qinhai, Gansu dan Ningxia berada dalam kekuasaan Muslim yakni keluarga Ma.

Kondisi umat Islam di Cina makin memburuk ketika terjadi Revolusi Budaya. Pemerintah mulai mengendorkan kebijakannya kepada Muslim pada 1978. Kini Islam kembali menggeliat di Cina. Hal itu ditandai dengan banyaknya masjid serta aktivitas Muslim antaretnis di Cina.

Bukti Revolusi Pertanian Di Era Islam

Lahan pertanian telah lama menjadi karib umat Islam. Dalam konteks ini, umat Islam tak sekadar mengolah lahan. Namun, mereka juga mengenalkan sistem dan cara pengolahan lahan pertanian secara lebih modern. Termasuk, cara tanam dan penggunaan irigasi.

Bahkan, pada awal abad ke-9, sistem pertanian modern menjadi pusat kehidupan ekonomi dan organisasi di negeri-negeri Muslim. Pertanian di Timur Dekat, Afrika Utara, dan Spanyol, didukung sistem pertanian yang maju.

Sebab, praktik pertanian di sana telah menggunakan irigasi yang baik dan pengetahuan yang sangat memadai. Fakta ini menunjukkan bahwa metode pertanian yang dipraktikkan merupakan metode paling maju di dunia.

Umat Islam memiliki kuda-kuda terbaik, ternak domba, dan kemampuan membudidayakan kebun buah-buahan dan sayuran. Mereka tahu bagaimana cara membasmi serangga dan menggunakan pupuk dengan dosis yang tepat.


Selain itu, mereka juga telah memilik
i kecakapan dalam mencangkok pohon dan tanaman untuk menghasilkan varietas baru. Tak heran

Sejumlah jenis tanaman yang sebelumnya tak dikenal, juga diperkenalkan oleh umat Islam. Pohon jeruk, misalnya, dibawa umat Islam dari India ke Arab sebelum abad ke-10. Pohon ini kemudian diperkenalkan ke wilayah lainnya.

Pada akhirnya, pohon jeruk ini juga dikenal di Suriah, Asia Kecil, Palestina, Mesir, dan Spanyol. Berawal dari Spanyol, lalu pohon jeruk tersebut menyebar ke seluruh wilayah yang ada di Eropa Selatan.

Budidaya tebu dan pemurnian gula juga disebarkan oleh orang-orang Arab Muslim dari India melalui Timur Dekat, kemudian dibawa tentara Salib ke negara-negara Eropa. Kapas pertama kali dibudidayakan di Eropa oleh bangsa Arab.

Pencapaian umat Muslim dalam bidang pertanian mampu pula diwujudkan di tanah Arab, yang sebagian besar merupakan lahan kering. Ini terwujud dengan menggunakan sistem irigasi yang terorganisasi dengan baik.

Khalifah sebagai pemimpin pemerintahan, membiayai pemeliharaan kanal-kanal besar demi kepentingan pertanian. Sungai Efrat dialirkan ke Mesopotamia, sedangkan air dari Tigris dialirkan ke Persia.

Tak hanya itu, pemerintahan Islam juga membangun sebuah kanal besar yang menghubungkan dua sungai di Baghdad. Kekhalifahan Abbasiyah merupakan dinasti yang memelopori pengeringan rawa-rawa agar digunakan untuk pertanian.

Saat memerintah, mereka pun merehabilitasi desa-desa yang hancur dan memperbaiki ladang yang mengering. Pada abad ke-10, di bawah kepemimpinan pangeran-pangeran Samanid, daerah antara Bukhara dan Samarkand, Uzbekistan berkembang pesat.

Tak heran jika kemudian, daerah tersebut ditetapkan sebagai salah satu dari empat surga dunia. Tiga wilayah lainnya adalah Persia Selatan, Irak Selatan, dan kawasan yang ada di sekitar Damaskus, Suriah.

Berdasarkan catatan sejarah dan komentar para ilmuwan termasuk dari Barat, sistem pertanian pada era Spanyol Muslim merupakan sistem pertanian yang paling kompleks dan paling ilmiah, yang pernah disusun oleh kecerdikan manusia.

Hal ini terjadi karena kaum Muslim memperkenalkan banyak perubahan. Salah satu bukti, pada masa itu seluruh Eropa hancur di bawah perbudakan, namun tanah di bawah kekuasaan Islam mengalami kemajuan pesat di bidang pertanian.

Salah seorang cendekiawan berkebangsaan Inggris, Joseph McCabe, mengungkapkan, di bawah kendali Muslim Arab, perkebunan di Andalusia jarang dikerjakan oleh budak. Tapi, perkebunan dikerjakan oleh para petani sendiri.

Di sepanjang Sungai Guadalquivir, juga terdapat 12 ribu desa yang berkecukupan, bahkan makmur. Revolusi pertanian Islam telah diawali pada abad ke-7. Negeri-negeri Islam berkembang pesat dan memiliki masyarakat makmur dari hasil pertanian.

Para ahli geografi awal mengungkapkan, terdapat 360 desa di Fayyum, sebuah provinsi di selatan Kairo, Mesir, yang masing-masing dapat menyediakan kebutuhan makanan bagi penduduk seluruh Mesir setiap hari.

Di sisi lain, terdapat 12 ribu desa di sepanjang Guadalquivir, Spanyol, yang memiliki lahan pertanian subur. Ada pula 200 desa di sepanjang Sungai Tigris, Irak, yang pertaniannya juga maju.

Bukti lain, yang menunjukkan kemajuan umat Islam di bidang pertanian, yakni adanya sebuah sensus yang dilakukan pada abad ke-8 di Mesir. Dalam sensus itu, dari 10 ribu desa di Mesir, tak ada desa yang memiliki bajak kurang dari 500 unit.

Wilayah-wilayah yang kemudian berada di bawah kekuasaan pemerintah Islam, juga mengalami perubahan ke arah kemajuan yang drastis. Banyak wilayah yang sebelumnya tak maju, namun di bawah pemerintah Islam, kemajuan kemudian terwujud.

Pada masa pra-Islam, Mediteranian kuno pada umumnya hanya bisa memanen tanaman saat musim dingin. Itu pun, satu bidang lahan hanya mampu menghasilkan satu jenis tanaman setiap tahunnya.

Namun, datangnya Islam ke sana membuat segalanya berubah. Sebab, Muslim yang datang ke wilayah itu memperkenalkan berbagai macam tanaman baru. Dengan demikian, garapan pertanian pun kian beragam. Seorang ahli agronomi Andalusia, seperti Al-Tignarî yang berasal dari Granada, membuat referensi tentang tanaman-tanaman yang memberikan kontribusi besar bagi peningkatan pertanian yang cukup signifikan.

Salah seorang orientalis dari Prancis, Baron Carra de Vaux, bahkan menyebutkan, sejumlah tumbuhan dan hewan yang berasal dari Timur dibawa ke Spanyol oleh umat Islam. Tumbuhan dan hewan itu, kata dia, digunakan untuk beragam kebutuhan. Jadi, tak hanya untuk keperluan pertanian maupun peternakan, tapi tumbuhan dan hewan itu digunakan juga untuk keperluan pengembangan perkebunan, status kemewahan, perdagangan, dan seni.

De Vaux membuat sebuah daftar. Tumbuhan dan hewan itu adalah tulip, bakung, narcissi, lili, melati, mawar, persik, plum, domba, kambing, kucing Anggora, ayam Persia, sutra, dan katun. Salah satu tanaman penting yang diperkenalkan oleh umat Islam di Spanyol adalah tebu. Sedangkan kapas, mulai dibudidayakan di Andalusia pada akhir abad ke-11. Andalusia kemudian mampu berswasembada kapas.

Bahkan kemudian, para petani di Andalusia mampu mengekspor kapas hingga ke luar negeri. Di sisi lain, pengenalan tanaman baru kelak melahirkan sistem pertanian yang kompleks. Termasuk, pembangunan irigasi. Semula sebidang lahan hanya menghasilkan sekali panen satu macam tanaman per tahun. Namun, dengan makin beragamnya tanaman dan adanya irigasi, petani mampu panen tiga atau lebih tanaman per tahun.

Dengan produksi pertanian yang semacam ini, penduduk kosmopolitan di kota-kota Islam, termasuk yang ada di Spanyol, mampu memenuhi kotanya dengan beragam produk buah dan sayuran yang sebelumnya tak dikenal di Eropa.

Paling tidak, ada beberapa faktor penyebab revolusi pertanian Islam yang akhirnya sampai ke Spanyol. Yaitu, pengenalan tanaman baru oleh umat Islam, penggunaan irigasi yang intensif, dan penggunaan serta pengolahan tanah yang lebih baik.

Selain itu, faktor lain yang juga sangat menentukan adalah banyaknya karya ilmiah, yang memperkenalkan inovasi pertanian dan ilmu pengetahuan tentang pertanian.


Mereka yang Berjasa

Kemajuan pertanian di wilayah Islam, termasuk di Spanyol, tentu tak lepas dari kontribusi ahli pertanian Muslim. Mereka menyumbangkan pemikiran-pemikirannya dalam buku-buku tentang pertanian. Karya mereka menjadi panduan dalam pengembangan pertanian kala itu.

Abu'l Khair, seorang ahli pertanian di Spanyol pada abad ke-12, misalnya, menulis Kitab Al-Filaha yang berisi tentang hal ihwal pertanian. Dalam kitabnya itu, ia menuliskan empat cara untuk menampung air hujan dan membuat perairan buatan.

Khair menegaskan perlunya penggunaan air hujan untuk membantu proses reproduksi pohon zaitun dengan cara stek. Ia juga menguraikan tentang proses pembuatan gula yang sebelumnya telah diungkapkan ilmuwan lainnya, Ibn Al-Awwam.

Proses pembuatan gula diawali dengan memanen tanaman tebu yang telah dewasa. Lalu, tebu-tebu tersebut dipotong menjadi potongan-potongan kecil yang kemudian dihancurkan dengan cara dimasukkan ke dalam alat penekan.

Setelah itu, ekstrak tebu direbus dalam jangka waktu tertentu lalu hasilnya disaring. Hasil saringan ekstrak tebu itu dimasak lagi sampai tinggal seperempat bagian dari jumlah semula. Kemudian, ekstrak tebu yang terakhir ini dituangkan ke dalam cetakan tanah liat.

Ekstrak tebu yang dimasukkan ke dalam cetakan-cetakan berbentuk khusus itu, disimpan di tempat teduh hingga mengeras atau mengkristal. Langkah selanjutnya, gula dikeluarkan dari cetakan dan dikeringkan di tempat yang teduh.

Gula tersebut digunakan untuk pemanis minuman maupun sebagai bahan campuran membuat makanan atau kue-kue yang sangat lezat. Di sisi lain, sisi tanaman tebu tak dibuang sia-sia. Namun, dijadikan makanan kuda, sebagai sumber kekuatan dan energi.

Ada pula ahli pertanian dari Damaskus Suriah, Riyad al-Din al-Ghazzi al-Amiri (935/1529). Dia menulis sebuah buku tentang pertanian yang perinci. Secara umum, para penulis Arab kuno menuliskan tentang pertanian dalam berbagai subjek.

Di antaranya, soal jenis lahan pertanian dan pilihan tanah, pupuk kandang dan pupuk lain, alat pertanian dan karya budidaya, sumur, mata air, saluran irigasi, tanaman, pembibitan, penanaman, pemangkasan, dan pencangkokan buah.

Mereka juga membahas soal budidaya serealia, kacang-kacangan, sayuran, bunga, umbi-umbian, dan tanaman untuk parfum. Pun, tentang tumbuhan dan hewan beracun serta pengawetan buah.
jika kemudian lahir varietas tanaman yang unggul dan menambahkan keragaman tanaman yang ada.

Teknik Irigasi Dalam Peradaban Islam

Sebelum peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya, peradaban manusia di Timur Tengah begitu menggantungkan hidupnya pada sungai-sungai besar seperti Nil, Tigris dan Efrat. Sejatinya, peradaban sebelum Islam telah mengenal teknik dasar irigasi. Ketika kekhilafahan Islam menjelma menjadi kekuatan dunia dan kota-kotanya menjadi metropolis sistem irigasi pun dipercanggih.

Guna memenuhi kebutuhan air di kota-kota Islam yang saat itu mulai berkembang pesat, sistem irigasi yang ada mulai diperluas. Tak hanya itu, penguasa Muslim pun memperbanyak pembangunan kanal. Sehingga, kota-kota Islam di era keemasan tak pernah mengalami kekurangan suplai air baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk pertanian serta perkebunan.

''Sistem irigasi yang dikembangkan di dunia Islam mengandung aspek-aspek teknologi dan sosiologi yang menarik,'' papar Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya bertajuk ''Islamic Technology:An Ilustrated History''. Untuk membangun sebuah jaringan dan sistem irigasi yang amat luas, para insinyur Muslim terdorong untuk mengembangkan beragam teknologi.

Di zaman keemasan, teknik irigasi menjadi salah satu obyek yang sangat vital. Apalagi, sebagian besar negeri-negeri Islam memiliki jenis tanah yang kering. Para petani Muslim harus memutar otak untuk mendatangkan air ke lahan kering sehingga dapat ditanami beragam komoditas seperti tebu, padi, dan kapas - tanaman yang sangat membutuhkan air.

Menurut Al-Hassan dan Hill, para petani Muslim mewarisi sistem sistem irigasi yang telah rusak. Tak heran, jika pasokan air ke berbagai daerah yang sebelumnya dikuasai peradaban non-Islam kian menyusut. Sistem irigasi diperluas dan dipercanggih lantaran ''Revolusi Hijau'' yang dicetuskan peradaban Islam tak lagi memadai. Salah satu kunci keberhasilan ''Revolusi Pertanian'' adalah tersedianya air yang melimpah.

Selain memperluas sistem irigasi, para petani Muslim pun akhirnya mampu mengembangkan beragam teknologi, seperti peralatan pengangkat air, cara penyimpanan, pengangkutan serta distribusi air. Bahkan, mereka pun berhasil menciptakan teknik pencarian sumber-sumber air baik yang tersembunyi maupun sistem bawah tanah (qanat).

"Sedemikian besarnya kemajuan yang telah dicapai sehingga tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa pada abad ke-11 M hampir semua sungai, anak sungai, oasis, mata air, dan aquifer-aquifer yang diketahui ataupun banjir yang sudah diramalkan dapat dimanfaatkan peradaban Islam," cetus Al-Hassan dan Hill.

Bukti kemajuan peradaban Islam di bidang pengairan juga sangat tampak dengan pesatnya pembangunan kanal. Dengan kanal-kanal itu air dari sungai dialirkan ke daratan. Peradaban Islam juga telah mampu mengalirkan air ke kanal yang yang letaknya lebih tinggi. Pembangunan sarana irigasi dan kanal secara besar-besaran terjadi di era kekuasaan pemerintahan Dinasti Abbasiyah.

Saat itu, masyarakat yang berada di wilayah tandus mengalami krisis air. Akibatnya, masyarakat di wilayah itu tak bisa menghasilkan apapun karena lahannya yang kering, bahkan mereka selalu mengimpor makanan. Pemerintahan Abbasiyah akhirnya membuat aliran air dari sungai Tigris dan Efrat.

Sistem irigasi terus ditingkatkan dengan penggalian sejumlah kanal baru. Kanal terbesar dikenal dengan nama Nahr Isa. Saat itu, Kanal tak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat, namun juga digunakan untuk transportasi air antara Syria dan Irak. Dengan begitu roda perekonomian berputar semakin cepat dan negeri-negeri Muslim pun menjadi lebih makmur.

Teknisi-teknisi muslim kemudian menyempurnakan kincir air yang dibangun cukup rumit dengan saluran air bawah tanah yang disebut qanats. Untuk pembangunan tersebut dibutuhkan keterampilan yang tinggi karena posisinya berada dibawah lima puluh kaki bawah tanah.

Salah satu teknologi irigasi yang dikembangkan peradaban Islam bernama Noria. Teknologi yang satu ini digunakan pada sistem irigasi buatan. Untuk memudahkan aliran air secara konstan, masyarakat Muslim menggunakan noria, dalam bahasa Arab na'ura, yakni sebuah mesin pengangkat air yang masuk ke dalam saluran air kecil.

Ada tiga jenis noria yang dikembangkan para insinyur Muslim. Noria yang paling terkenal adalah noria dengan roda vertikal menggantung dengan ember berantai. Ember tersebut bisa masuk ke dalam mata air hingga 8 meter atau 26 kaki. Ini merupakan noria yang paling kuno, yang digerakkan keledai atau banteng.
Dengan sistem yang masih sama, noria jenis kedua digerakkan o angin. Angin menggerakkan noria di sekitar Cartagena, Spanyol.

Noria jenis ketiga menggunakan energi yang berasal dari aliran sungai. Ini meruapakn noria yang besar. Alat ini mampu mengangkat air dari sungai ke saluran air kecil yang lebih tinggi.Noria tidak dilengkapi dengan power otomatis untuk setiap proses. Noria dapat meningkatkan air yang sebelumnya tidak penuh menjadi penuh. Noria terbesar di dunia, dengan diameter sekitar 20 meter, berlokasi di Syria kota Hama. Sejak saat itu, Noria menjadi dasar dari sistem irigasi canggih.

Penggunaan Noria menyebar dengan cepat ke berbagai wilayah di dunia. Noria pun menjadi aset negara untuk menjamin distribusi air yang adil. Di beberapa daerah di Valencia saja terdapat sekitar 8.000 noria untuk mengairi daerah pertanian.Selain itu juga alat lain bernama saqiya. Alat ini juga berfungsi untuk mengangkat air dengan menggunakan alat yang berupa roda gigi. Teknologi ini digerakkan oleh binatang peliharaan sepeti keledai atau unta. Teknologi saqiya ditemukan dan dikembangkan Al-Jazari.

Teknologi pengairan lainnya yang berkembang di era Islam adalah qanat. Alat ini digunakan untuk memanfaatkan air bawah tanah dengan menggunakan pipa. Menurut Al-Hassan dan Hill, qanat merupakan contoh pertama operasi pertambangan yang rumit dan berbahaya.Qanat merupakan suatu terowongan yang nyaris horisontal dari sebuah aquifer (lapisan batu, tanah atau pasir yang mengandung sumber air) menuju ke lokasi-lokasi yang membutuhkan air. Dengan teknologi pengangkat air itu, kebutuhan air tetap terpenuhi dalam berbagai musim. Dalam sistem pengelolaan air, peradaban Islam telah memberi inspirasi bagi manusia modern.

Manajemen Sistem Irigasi
Sebagai sumber kehidupan, air begitu penting bagi umat manusia. Tanpa air, kehidupan tak pernah ada di muka bumi ini. Kekhalifahan Islam berupaya mengelola dan mengatur distribusi secara adil. Untuk mengatur dan mengelola tata distribusi air baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk pertanian diatur melalui manajemen sistem irigasi yang profesional.

Menurut Ahmad Y Hassan dan Donald R Hill, manajemen sistem irigasi yang besar di era keemasan Islam melibatkan berbagai instansi dan lembaga. Sistem irigasi diawasi administrator departemen tenaga kerja, rekayasawan hodrolika, petugas inspeksi, buruh dan tenaga kerja terlatih. Sebuah kerja tim yang harus bener-benar terkoordinasi dengan baik.

''Alokasi air untuk para petani dilakukan dengan dua cara,'' papar Al-Hassan dan Hill. Cara pertama berdasarkan waktu. Saluran yang berasal dari kanal menuju ladang-ladang ditutup dengan tanah padat. Ketika tiba gilirannya untuk mendapatkan air, bendungan kecil itu dibuka dan air dibiarkan mengalir ke tanah yang sedang mendapatkan giliran. Setelah waktunya habis, saluran ditutup kembali.

Alternatif kedua dengan menutup lubang berdiameter tertentu. Dengan demikian air tetap tersedia secara kontinyu tetapi bervariasi dalam kecepatan sesuai laju aliran dari kanal yang mengairinya. Mengelola dan mengawasi distribusi memang tugas berat. Sampai-sampai, otoritas sistem irigasi Sungai Murghab di Tashkent memiliki petugas sebanyak 1.000 orang.
Begitulah, tata air dikelola secara profesional dan adil. Sehingga, semua petani dan masyarakat mendapatkan air secara sama.


Al-Jazari: Pencipta Teknologi Pengangkat Air

Al-Jazari (1136 M - 1206 M) adalah insinyur Muslim terkemuka. Beragam teknologi modern berhasil diciptakannya di abad ke-12 M. Tak salah jika sang ilmuwan didaulat sebagai 'Bapak Teknik Moderen'.Insinyur yang juga didapuk sebagai 'Bapak Perintis Robot' itu juga dikenal dunia sebagai peletak sejarah teknologi modern. Penemu berbagai peralatan teknologi itu bernama lengkap Al-Shaykh Ra'is Al-A`mal Badi`Al-Zaman Abu Al-`Izz ibn Isma`il ibn Al-Razzaz Al-Jazari.

Namanya mengguncang jagad teknologi dunia lewat kitabnya yang fenomenal berjudul Al-Jami `bayn al-`ilm wa 'l-`amal al-nafi `fi sina `at al-hiya (Ikhtisar dan Panduan Membuat Berbagai Mesin Mekanik). Inilah risalah paling penting dalam tradisi teknik mesin Islam, juga dunia.Risalah yang berisi 50 penemuan yang diciptakannya itu mengundang decak kagum para sejarawan teknologi dunia. ''Tak mungkin mengabaikan hasil karya Al-Jazari yang begitu penting.

Dalam bukunya, dia begitu detail memaparkan instruksi untuk mendesain, merakit, dan membuat sebuah mesin,'' ungkap Sejarawan Inggris Donald R Hill dalam tulisannya berjudul Studies in Medieval Islamic Technology.Salah satu temuannya adalah saqiya. Alat pengangkat air ciptaan Al-Jazari itu sungguh modern. Dengan menggunakan roda gigi, alat pengangkat air itu tak lagi menggunakan tenaga hewan. ''Jelas sudah bahwa penemu roda gigi pertama adalah Al-Jazari. Barat baru menemukannya pada tahun 1364 M,'' papar White Lynn, ilmuwan Barat.