Sunday, December 30, 2012

Muqadimah Pilar-Pilar Pengokoh Islamiyyah [Pengingat]


[Dikeluarkan oleh : Hizbut Tahrir]


Sesungguhnya syakhshiyah Islamiyah ini tidak akan berjalan dengan lurus, kecuali jika ‘aqliyah orang tersebut adalah‘aqliyah Islamiyah, yang mengetahui hukum-hukum yang memang dibutuhkannya, dengan senantiasa menambah ilmu-ilmu syariah sesuai dengan kemampuannya. Pada saat yang sama, nafsiyah-nya juga merupakan nafsiyah Islamiyah,sehingga dia akan melaksanakan hukum-hukum syara’, bukan sekadar untuk diketahui, tetapi untuk diterapkan dalam segala urusannya, baik dengan Penciptanya, dengan dirinya sendiri, maupun dengan sesamanya, sesuai dengan cara yang memang disukai dan diridhai oleh Allah Swt.
Jika ‘aqliyah dan nafsiyah-nya telah terikat dengan Islam, berarti dia telah menjelma menjadi syakhshiyah Islamiyah, yang akan melapangkan jalannya menuju kebaikan di tengah-tengah berbagai kesulitan, dan dia pun tidak pernah takut terhadap celaan orang yang mencela, semata-mata karena Allah.
Hanya saja, tidak berarti dalam diri prilakunya tidak akan pernah ada kecacatan. Tetapi (kalaulah ada), kecacatan tersebut tidak akan mempengaruhi syakhshiyah-nya selama kecacatannya bukan perkara pangkal (dalam kepribadiannya), melainkan pengecualian (kadang terjadi, kadang tidak). Alasannya, karena manusia bukanlah malaikat. Dia bisa saja melakukan kesalahan, lalu memohon ampunan dan bertaubat. Bisa juga dia melakukan kebenaran, lalu memuji Allah atas kebaikan, karunia, dan hidayah-Nya.
Ketika seorang muslim meningkatkan tsaqafah Islamnya untuk meningkatkan ‘aqliyah-nya, dan meningkatkan ketaatannya untuk memperkuat nafsiyah-nya; ketika dia berjalan menuju puncak kemuliaan, dan teguh dalam mengarungi puncak kemuliaan, bahkan semakin tinggi, dari yang tinggi ke yang lebih tinggi lagi; dalam kondisi seperti ini, dia bisa menguasai kehidupan (dunia) dengan sesungguhnya, serta memperoleh kebahagian akhirat melalui segala usahanya ke sana, dengan keyakinan penuh. Dia akan menjadi orang yang senantiasa dekat dengan mihrab, pada saat yang sama menjadi pahlawan perang (jihad). Predikatnya yang tertinggi adalah bahwa dia merupakan hamba Allah Swt., Penciptanya.
Di dalam buku ini, kami mempersembahkan kepada kaum Muslim umumnya, dan para pengemban dakwah khususnya, beberapa pilar pengokoh nafsiyah Islamiyah, supaya lisan para pengemban dakwah yang sedang berjuang untuk menegakkan Khilafah senantiasa basah dengan dzikir kepada Allah; hatinya senantiasa dipenuhi dengan ketakwaan kepada Allah; anggota badannya senantiasa bergegas melaksanakan berbagai kebaikan. Membaca al-Quran dan mengamalkannya, serta mencintai Allah dan Rasul-Nya. Suka dan benci karena Allah. Senantisa mengharapkan rahmat Allah, dan takut akan azab-Nya. Bersabar sembari terus melakukan instrospeksi, disertai kepatuhan penuh kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya. Konsisten dalam memegang kebenaran, bagai gunung yang tinggi menjulang. Bersikap lemah-lembut dan penuh kasih sayang kepada orang-orang Mukmin, dan bersikap keras dan terhormat di hadapan orang-orang kafir. Dia tidak terpengaruh oleh caci maki orang yang mencaci maki, semata karena Allah; akhlaknya baik, tutur katanya manis, hujjahnya kuat, dan senantiasa menyerukan kepada yang makruf dan mencegah kemunkaran. Dia melangkah dan beramal di dunia, sementara kedua matanya senantiasa menatap nun jauh di sana (negeri akhirat), surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
Tak lupa, kami juga ingin mengingatkan para pengemban dakwah yang tengah berjuang demi melanjutkan kembali kehidupan Islam di muka bumi ini dengan menegakkan negara Khilafah Rasyidah. Kami ingin mengingatkan mereka tentang kondisi riil tempat mereka berkiprah. Sesungguhnya goncangan yang bertubi-tubi dari musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya sedang mengepung mereka. Sementara, jika mereka tidak bersama Allah di tengah malam dan di ujung-ujung waktu siang hari, bagaimana mungkin mereka bisa membuka jalan di tengah-tengah berbagai kesulitan? Bagaimana mungkin mereka bisa meraih apa yang mereka harapkan? Bagaimana mungkin mereka bisa mendaki tempat yang tinggi dan menuju ke tempat yang lebih tinggi lagi? Bagaimana dan bagaimana?

Friday, December 28, 2012

Desember


Ku coba ingat kembali
Waktu terasa begitu cepat berlalu
Rasanya masih banyak asa yang tak sempat ku lakukan dalam putaran waktu kala itu
Namun Desember hampir berlalu, 2013 di ambang pintu
Tak bosan, seperti biasa akan tetap ku sapa ia di balik rintik-rintik hujan senja ini
Agar tak menguap seiring angin yang bertiup kencang.

Monday, December 24, 2012

Derita TKW, Bukti Nyata Eksploitasi Perempuan atas Nama Pahlawan Devisa.



Pemimpin Indonesia layak Malu! Betapa tidak, belum lama ini terpampang jelas iklan ‘Indonesian Maids now on Sale’ di negara tetangga, Malaysia. Dimana tenaga kerja Indonesia yang diantaranya perempuan dianggap sebagai komoditas jual beli yang dihargai murah.   

Fenomena wanita indonesia yang berbondong-bondong bekerja ke luar negeri untuk mencari Dollar, Ringgit, ataupun Dirham demi menyambung hidup bukanlah hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Menjadi tenaga kerja di luar negeri dengan harapan mendapat imbalan yang cukup tinggi membuat banyak perempuan Indonesia tergiur untuk menjalaninya. Namun, tak jarang Jauh panggang dari api, tidak sedikit yang justru menderita. Selain gajinya yang tidak dibayarkan, banyak pula yang menerima siksaan fisik hingga pemerkosaan yang berujung pada kehamilan dan memiliki anak di luar nikah.

Friday, December 21, 2012

A wish



Ya Alloh,  sungguh, kekaguman atas hambaMu dari kalangan sahabat Rasululloh tak dapat ku cegah,  kesholehan Abu Bakar ash siddiq, Umar bin Khattab, dan sahabat lainnya, mereka penebar jejak kesholehan yang menginspirasi, tertancap dalam di relung hati dan fikiran. Mereka hamba yang juga tak maksum. Namun militansi, perjuangan, dan pengorbanan mereka di jalanMu tak ada yang meragui, semua sepakat bahwa mereka sahabat terbaik yang setia menyertai bersama dakwah Rasul, semua kan tertunduk malu membandingkan diri yang masih tak setaraf..

Ya Rabbi.. Engkau berikan aku kaki untuk melangkah, menyusuri tiap liku jalanan ini. Ku sadari, Tak ada yang abadi.. kelak semuanya akan menjadi lembar catatan sejarah yang akan ku pertanggungjawabkan di hadapan Mu. Rahmat Mu begitu luas, melebihi kiraan ku. Sedang daku hanya hamba lemah, layaknya butiran debu, yang Kau angkat untuk berada di jalan mulia. Butir air mata mengucur deras. Rindu dan bimbang melebur menjadi satu. Rindu bertemu Engkau dan kekasihMu, namun bimbang amal tak cukup untuk bersua dalam pertemuan yang mendebarkan setiap dada. Langkah terkadang salah arah, hati terkadang salah menduga, lisan terkadang salah berkata, laku terkadang khilaf adanya... ku coba bermuhasabah. Hati membathin.. Sungguh, banyak jejak hamba Mu seolah tak tampak menapak, telah sirna oleh angin yang bertiup pagi dan petang, lalu bagaimana dengan jejak ku, Sudahkah ia membekas dan cukup menjadi hujjah di hari penghisaban kelak? rasanya masih sangat sangat jauh.. kembali ku benamkan wajah dalam-dalam. tersungkur dalam do’a pengharapan, resah umur kan berujung.. ..  Lalu, bagaimana dapat ku angkat wajah untuk angkuh di hadapan Mu dan juga hamba-hamba Mu.. sedangkan dengan menunduk pun aku masih malu..

Tuesday, December 18, 2012

Mulianya Memaafkan



‘Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh’.[Al A’raf : 199].
Alamiah memang, ketika setiap orang menempuh proses pendewasaan yang berbeda-beda, sadar atau tidak sadar, bagi kebanyakan orang, memaafkan bukanlah hal yang mudah. Banyak orang yang masih mencoba membandingkan kesalahan dan manusia seperti hal nya analogi paku yang ditancapkan di sebuah pohon. Kesalahan yang diperbuat seseorang kepada kita adalah paku, dan pohonnya adalah kita sendiri, dimana ia akan tetap membekas meski paku telah dicabut, ia masih menyisakan luka meski kata maaf telah terlafaz. Bagi sesama muslim, tentu analogi ini tak bisa dijadikan contoh dan panutan seutuhnya. Kaum muslimin terikat oleh ikatan akidah, bahkan lebih kuat dibanding ikatan darah sekalipun. Ketika dirasa ada kesalahan yang telah dilakukan saudara seakidah atas kita, dan ia mengakui kekhilafannya, maka alangkah bijak untuk segera memaafkannya, membimbing, menyantuni dan memperlakukannya dengan baik. Tak perlu menimbang terlalu lama untuk mema’afkan. Rosul sang tauladan pun demikian, ketika belum berislam, Umar r.a adalah salah satu orang yang memusuhi Rosululloh, hal ini berubah 180 derajat ketika ia berislam. Wajah Rasul yang dulu paling ia benci, sekarang Rasul lah yang paling ia cintai. Lalu bagaimana dengan Rosululloh saw? kalau analogi paku tadi yang dipakai, tentu sudah sangat dalam bekas luka yang kaumnya lakukan pada kekasih Alloh, Nabi Muhammad saw. Apakah lantas beliau membenci dan tidak memaafkan umar yang pernah begitu membencinya? Jawabannya adalah : tidak, sahabat ku. Bahkan Rasululloh saw mengatakan bahwa berislam nya Umar adalah jawaban atas do’a nya kepada Alloh agar dipilihkan salah satu diantara dua orang bangsa quraisy untuk memeluk islam, dan Umar lah yang akhirnya berislam. Selanjutnya, marilah kita renungkan lagi, sudah seberapa banyak dosa yang dilakukan manusia kepada Sang Pencipta? Apakah Alloh telah menutup pintu ampunanNya? Ketahuilah, sudah seberapa jauh manusia dari jalan Nya, sudah seberapa banyak dosa yang dilakukannya, namun ketika ia bertaubat, Alloh berjanji akan mengampuninya. Subhanalloh.. berlapang hatilah dengan memaafkan meski hati mu sempat terluka.. bukankah janji akan pahala dari Nya yang engkau harapkan? Lalu apa yang masih membuat mu tak berlapang dada dan lembut hatinya dengan saling mema’afkan ?!
dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Alloh mengampunimu? Dan Alloh Maha Pengampun, Maha Penyayang."[an Nur : 22]

Wednesday, December 5, 2012

Quote of the Day


Maybe, There is something about the day, The chill weather, that gentle breeze, storms come and go laughter turns into frowns, but life must go on. Lust is just there, but life must go on. you can give and take away happiness, What Ever, life must go on. Hold fast to dreams, for when dreams go, even life is a barren field and frozen with snow.