Tuesday, May 13, 2014

Bukan Jalan Biasa


Jalan ini bukan jalan orang biasa, yang akan sanggup dilewati oleh setiap orang yang tidak faham benar tentang tujuan ia dihidupkan. Jalan ini jalan istimewa, penuh onak dan duri yang senantiasa menguji. Jalan ini milik orang-orang pilihan, jalan yang tidak memberikan dunia sebagai imbalannya, namun sesuatu yang tidak nampak oleh mata biasa namun dapat kita lihat penjelasannya di Ayat cintaNya (al Qur’an). Jalan ini jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang pandangan mata dan hati nya sudah jauh ke syurga.
Jalan ini tidak mudah, namun memberikan kebahagiaan hakiki. Yang orang-orang  akan bertanya-tanya mengapa engkau tetap ingin melewatinya meski jiwa ragamu taruhannya? Yang orang akan terheran-heran akan sebuah perjuangan yang tidak terbayar materi, populeritas atau embel-embel dunia lainnya.
Ya, memang bukan itu yang dicari. Bukan dunia dengan segala kegemerlapannya yang menjadi tujuan dan harapan. Namun, jalan yang penuh keridhoan, meski banyak orang akan tidak berkenan. Bukankah hanya ridhoNya yang diharapkan? Kelak di akhirat, penghisaban datang pada setiap diri, maka tanyakan pada diri sendiri, jika waktu itu datang, apakah wajah ini termasuk wajah yang bercahaya karena iman atau wajah yang hitam menunduk penuh penyesalan? 

Monday, May 12, 2014

Moment


Moment 1 : ‘ting‘ pukul 20.30 wib tanda masuk sms terdengar, segera dibuka sms tersebut, ternyata berasal dari anak teman, ‘ummi, Amei ada PR bahasa Inggris, mama udah lupa. ajarin ya mi?’ ‘deg’ rasanya dalam sekali... ‘Ummi Tika, Amei mau panggilnya ummi aja ya… !’.. ‘tante aja ya ce…?’ ‘kan tante belum jadi ummi… ‘ jawab saya. ‘Enggak, Ummi aja!’. Hmm.. akhirnya dalam keseharian Amei panggilan ini melekat dan mulai terbiasa walaupun ada getaran tersendiri.

Moment 2 :  ‘Bunda.. Bunda.. Bunda..  bu, ada bunda.. ‘ dua orang anak kembar adorable Adil dan Adnan yang baru ku kenal beberapa hari yang lalu itu memanggil kearahku, kemudian aku menoleh ke kiri dan kanan, apakah bunda nya ada di sampingku? Sehingga kedua anak kembar tersebut berteriak girang sekali.. oh bukan… ternyata ibunya ada di dalam rumah dan kemudian keluar ikut menyapaku.. ‘bunda, ayo mampir dulu, mau hujan lho bun..’ ‘iya bunda, si kembar juga menyahutnya.  Masya Alloh.. apa tidak salah ini, sejak kapan saya sudah menjadi bunda??$$
Ya,  ‘bunda’ itu bukan panggilan mereka kepada ibu nya tetapi mereka memanggilku dengan ‘bunda’! termasuk ibunya juga. Suatu hari pernah berjalan bersama adek melewati rumah si kembar, kemudian mereka berteriak lagi ‘Bunda…’ kemudian berebutan salaman. ‘deg lagi’ rasanya dalam sekali… kak, kok dipanggil bunda? Kata adekku tidak percaya dan sambil ketawa geli…ya memang begitu adanya J  kalau dipanggil ibu mungkin sudah biasa, karena bentuk sapaan umum, nah ini ummi, bunda… tapi ya, harus diakui, memang damai sekaligus lucu sekali rasanya :D dan panggilan ini akhirnya mulai terbiasakan sampai sekarang. 
Salam sayang Amei, Adil, dan Adnan :))


Sunday, May 4, 2014

Berilmu

Masih banyak orang tua saat ini yang beranggapan bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi, termasuk orang-orang tua tionghoa karena ujung-ujungnya anak perempuan hanya akan kembali ke dapur. Tamat SMA lebih baik segera menikah saja, habis perkara.
Keluhan ini sempat disampaikan oleh sepupu-sepupu perempuan dari keluarga ayah yang tidak didukung keluarganya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi,  ini pula yang sempat saya alami menjelang kelulusan SMA, dan pemahaman tersebut jelas menjadi suatu hal yang menyulitkan bagi anak-anak perempuan yang berprestasi, mencintai pendidikan, juara kelas bahkan juara umum dari tahun ke tahun, mewakili sekolah dalam setiap olimpiade-olimpiade, perlombaan akademik dsb. Bisa terbayangkan bukan kesedihannya? Karena keumuman di tempat kelahiran, anak-anak peranakan tionghoa terkenal jenius di sekolah, sekian rentetan juara hampir semuanya milik mereka. Termasuk anak-anak perempuannya, bisa jadi ini dikarenakan ketekunan dalam belajar. Kompetisi juara menjadi hal yang mewarnai sekolah. Selain anugerah, jelas ini juga masuk ranah pilihan untuk menjadi istimewa atau biasa-biasa saja.

Friday, May 2, 2014

Note 4 sisters

Rasa malu sudah dibuang jauh, padahal setelah iman yang menjadi benteng, malu menjadi perisai kehormatan.
Pacaran : Mungkin sudah tidak asing lagi dengan kata dan aktivitas satu ini, karena pacaran telah dianggap sesuatu yang wajar di kalangan anak muda, dr SD-SMP-SMA-bahkan Perguruan Tinggi sekalipun.  Dan mirisnya, justru muncul anggapan aneh, bagi anak muda  yang tidak pacaran berarti ‘ketinggalan zaman’, ‘jual mahal’, ‘gak laku’. Bagi yang gampang terprovokasi jelas ini menjadi bensin yang menghidupkan api, seolah-olah malu jika tidak berpacaran, akhirnya ikut-ikutan pacaran.