Friday, May 27, 2011

Barakallah ya Ummi...

“ Seorang Ibu adalah sekolah apabila engkau persiapkan dengan baik berarti engkau telah mempersiapkan generasi yang harum” (Syair Hafizh Ibrahim)

Dalam sejarah islam, orang-orang besar lahir di bawah bimbingan bijak para Ibu. Seorang Ulama, Hasan Muhammad Abu Al-Walid an-Naisabari menjadi ulama yang cerdas dan pintar karena ibunya mendoakannya saat kehamilannya, “ Ya Alloh, anugerahkanlah kepadaku anak yang pintar.” Dan dikabulkanlah permintaannya, Imam Bukhari menjadi Ulama dan Pakar hadist yang sukses berkat besarnya perhatian ibunya terhadap pendidikannya.

Keberhasilan seorang anak tidak pernah lepas dari pendidikan yang diberikan oleh Ibunya, Ibunya yang mengarahkannya, mengajarkannya, membimbingnya, mengiringi perkembangannya, dari anak tersebut masih dalam kandungan, hingga anak itu tumbuh dewasa.

Bahkan ketika anaknya sudah dewasa pun, seorang Ibu akan terus mendoakannya,menasihatinya, untuk selalu menjadi seorang muslim yang baik, seorang pemimpin yang cerdas, seorang manusia yang senantiasa bermanfaat.

Teringat cerita tentang Abdullah bin Zubair sata ia masih kecil. Seperti biasa ia bermain bersama teman-temannya. Tiba2-tiba tawa riang mereka berhenti seketika . Sunyi,senyap. Teman-temannya pergi. Ternyata Karena Umar yang sangar dan di takuti itu lewat. Anak-anak pun takut. Mereka berhamburan dan berlarian ketakutan. Namun Abdullah bi Zubair tetap diam di tempatnya.

Umar pun tertarik dan mendekat padanya, “ Mengapa engkau tidak ikut-ikutan berlari bersama teman-temanmu?” Tanya Umar penuh keheranan.

“Wahai Amirul Mukminin. Aku tidak berbuat salah,mengapa harus takut kepadamu? Lagipula jalan kan masih luas,tidak sempit, mengapa aku harus menyingkir dan meluaskannya untukmu?” jawab bocah belia ini. Mendengar jawaban bocah kecil ini, Umar pun kagum atas keberanian dan keterusterangannya. Benar-benar pemberani.

Siapa di balik keberanian Abdullah ini? Tidak lain adalah Ibunya Asama binti Abu Bakar. Asma adalah seorang wanita pemberani,putri sahabat nabi, Abu Bakar ash-Shiddiq.

Terdapat juga kisah tentang remaja nan belia. Lelaki mulia. Usianya baru belasan tahun. Suatu hari saat masih remaja ia berkelana. Di tengah perjalanan itu, ia dihadang sekumpulan perampok. Para perampok itu menggertaknya. Mereka hendak merampas harta miliknya. Karena memang itulah tugas para perampok.

Nah, saat digertak oleh gerombolam perampok itu remaja ini bergeming,sama sekali tidak merinding. Tegak Berdiri gagah berani. Menjawab dengan mantap dan penuh percaya diri.

“ Aku telah berjanji pada ibuku untuk selalu berlaku jujur. Aku tidak mau mengkhianati janjiku pada ibuku,” katanya pada perampok itu. “Aku membawa uang sebanyak 40 dinar.”

Mendengar jawaban jujur dan polos remaja tersebut,sang kepala perampok pun menangis. Ia mengatakan,” Engkau takut mengkhianati janjimu pada ibumu,, Tetapi mengapa aku tidak takut mengkhianati janjiku pada Alloh?” Siapa pemuda Jujur tersebut? Dialah Abdul Qadir Al-Jailani. Prestasinya harum sepanjang waktu. Keberanian,kejujuran, dan kecerdasannya menjadi modal yang kekal. Dia berhasil mengantar ribuan orang masuk islam. Dia memang hebat,dahsyat, tapi siapakah yang lebih hebat, tentu saja Ibu yang mendidiknya.

Tentu semuanya tau siapa Khalid bin Walid, Dialah Mujahid legendaris yang membuat orang kafir miris. Berkali-kali ia terlibat perang, dan totalitasnya selalu mengagumkan baik sebagai qiyadah (pemimpin) perang, maupun Jundi (prajurit) perang..

Lalu siapa dibalik kehebatan Khalid bin Walid?? Tentu saja ibunya.. Ketika Umar mendengar Khalid di penghujung usia, beliau mengakui eksistensi kepahlawanan dan keutamaan ibunya, “ Seluruh wanita tidak mampu melahirkan anak seperti Khalid..” begitu komentar Umar.

Mungkin tidak asing dengan sosok Khansa’ ibunda para Mujahid. Ia mengerahkan keempat putranya untuk ikhlas berperang di medan perang. Ia yang menasihati keempat putanya bahwa kehidupan yang kekal hanya di akhirat, dan meyakinkan mereka bahwa Alloh akan menyediakan pahala bagi seorang muslim yang memerangi orang kafir.

Sehingga semua anaknya menjadi pejuang yang tangguh di medan perang, ketika saudara mereka terbunuh satu-persatu pun,mereka selalu teringat akan nasihat ibunya.. Sehingga rasa takut pun enggan menyelinap di hati mereka.

Khansa’ mengerahkan keempat anaknya untuk ikut mengangkat senjata dalam usaha mendapatkan tiket masuk Syurga. Khansa’ pun tidak tinggal diam, ikut berperang di medan perang dalam barisan wanita, yang merawat prajurit dan membawa makanan. Subhanallah..

Para pahlawan adalah orang-orang yang mampu menggali potensi dahsyat dari rumahnya,dari Ibunya. Merekalah Madrasah sebelum Madrasah lainnya. Al-Ummu madrasatun. Seorang Ibu adalah tempat sekolah bagi anak-anaknya sekaligus madrasah cinta para pahlawan

Napoleon Bonaparte pernah ditanya,” Benteng manakah di Prancis yang paling kuat?” Ia menjawab,” Para ibu yang baik.”

Karena itu,, Barakallah ya Ummi, selamat wahai para Ibu. Di tangan mu lah generasi ini akan maju.

By : Najmulhayah

No comments:

Post a Comment