Saturday, February 27, 2010

Al-Quds yang Terlupakan


“... dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, kami pergilirkan diantara manusia (agar manusia mendapat pelajaran) ...“

TQS 3:140

Al Quds dari Masa ke Masa

Jerusalem bermula 5000 tahun SM. Di kota inilah suku bangsa Jebusit keturunan suku bangsa Kan’an yaitu suku bangsa Arab yang pertama bermigrasi dari semanjung Arab ke wilayah Palestina. Kaum ini pulalah yang pertama kali membangun dinding dan tembok kokoh disekeliling tempat tinggal mereka.

Keberadaan bangsa Arab lewat suku Jebusit jauh mendahului kedatangan Nabi Daud as atau yang disebut Kerajaan Israel atau Kerajaan Yehuda. Dari sinilah akar kata “bangsa Yahudi”. Kemudian pada tahun 1000 SM, Nabi Daud as berhasil menaklukkan kota tersebut dan menjadikan sebagai ibukota pemerintahannya. Jerusalem atau Zion yang kemudian melahirkan nama Zionisme.

Sepeninggal Nabi Daud as, Nabi Sulaiman as membangun Kuil Sulaiman yang merupakan tempat ibadah (Kanisah) bagi orang-orang Yahudi di Al Quds. Kanisah tersebut dikenal dengan nama Haekal Sulaiman atau Gunung Kuil (Temple Mount) yang letaknya tersembunyi di balik bangunan besar yang terbuat dari batu-batuan. Pada tahun 70 SM, tempat tersebut dihancurkan oleh orang Romawi, Titus.

Di atas reruntuhan inilah Khalifah Umar bin Khaththab membangun sebuah masjid (Kubah As Askhara) yang bersebelahan dengan Masjid Al Aqsha. Baitul Maqdis ditaklukkan oleh Umar bin Khaththab pada tahun XV Hijriyah. Beliau pula yang membersihkan kembali kompleks Al Aqsha sehingga bisa dijadikan tempat shalat bagi kaum Muslim. Dengan seorang pendeta Nasrani yang bernama Shafarnius, Khalifah Umar bin Khaththab membuat piagam perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian Umariyah yang berisi :

“ Bismillahirrahmanirrahim. Ini adalah (perjanjian) yang diberikan oleh hamba Allah swt, Umar, Amirul Mukminin, kepada penduduk Iliya (Baitul Maqdis) dari segi keamanan. Berikanlah kepada mereka keamanaan untuk jiwa-jiwa mereka dan harta benda mereka; begitupun terhadap tempat-tempat peribadatan mereka dan salib-salib mereka; juga bagi orang yang sakit maupun yang miskin serta bagi seluruh millah (pengikut) mereka. Janganlah engkau mendiami tempat-tempat peribadatan mereka dan jangan merobohkannya. Jangan merugikan/mengotori tempat-tempat peribadatan mereka dan daerah sekelilingnya. Jangan mengotori salib-salib mereka dan mengambil apapun dari harta mereka. Janganlah memaksakan sesuatu terhadap agama mereka, termasuk memberi kemudaratan kepada salah satu dari mereka. Jangan pula mereka (kaum Nasrani) tinggal di Iliya bersama bersama Yahudi ...“ (Muhammad Mahidullah, Majmu’a al watsa’iq as-siyasiyyah).

Jerusalem merupakan kota suci bagi umat Islam, Nasrani, dan Yahudi. Masyarakat Palestina lebih suka menyebut dengan Al Quds. Di dalam kota bertembok kuno tersebut hidup komunitas kaum Muslim, Nasrani, Yahudi dan masyarakat Armenia yang luasnya tidak lebih dari 3 km.

Di Al Quds inilah dibangun masjid kedua di bumi yaitu Masjidil Aqsha. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad; Abu thar bertanya kepada Rasulullah “Masjid mana yang pertama kali dibangun ? Rasul menjawab : Al Haram kemudian Al Aqsha 40 tahun kemudian.”

Masjid Al Aqsha merupakan kiblat pertama kaum Muslim sekaligus tempat Mi’rajnya Rasulullah saw ke langit ketujuh untuk menerima perintah langsung dari Allah swt yaitu Shalat. Peristiwa ini terjadi pada tahun 11 kenabian atau 621 M.
***

Keadaan Kota Al Quds

Memasuki pelataran Al Aqsa, perhatian akan tertuju pada Kubah As Sakhra (Dame of the Rock) atau juga dikenal sebagai Masjid Umar yang kubahnya berwarna kuning keemasan yang digunakan shalat Jum’at untuk wanita dan anak-anak. Sedangkan laki-laki melakukan shalat jum’at di Masjid Al Aqsha, sebelah Selatan Kubah As Sakhra.

Bagian Barat Laut Al Quds terdapat Via Dolorosa, jalan yang diyakini oleh orang Nasrani sebagai tempat Yesus memanggul salib. Di Al Quds juga terdapat Mount Olive yang merupakan sutau tempat yang diyakini banyak kalangan Nasrani sebagai tempat diangkatnya Nabi Isa as ke langit.

Pagar yang terletak di sebelah Barat Masjid Al Aqsha terdapat Tembok Ratapan, tembok yang disucikan bagi orang Yahudi. Mereka menyakini di tempat inilah Haekal Sulaiman atau Gunung Kuil (Temple Mount) pernah berdiri. Namun tidak ada yang tersisa dari bangunan kuil tersebut. Masyarakat Yahudi seluruh dunia mengunjungi sisa-sisa tembok kuno yang dulu merupakan bangunan kuil yang sekarang dikenal dengan nama Tembok Ratapan (Wailing Wall).

Kompleks Al aqsha dikelilingi pohon Kurma dan Zaitun. Untuk sampai ke Masjid Al Aqsha harus melewati jalan-jalan berbatu yang berliku-liku dan diapit rumah-rumah penduduk yang desainnya tidak berubah selama ratusan tahun.

Setiap belokan terdapat petunjuk arah menuju Al Aqsha untuk memudahkan peziarah supaya tidak tersesat. Selain itu kompleks Al Aqsha dikelilingi tembok yang tinggi dan lorong-lorong yang sempit dimana bagian kanan dan kirinya hanya dibatasi pagar dan rumah-rumah penduduk yang terbuat dari batu. Jerusalem ditaklukkan, dihancurkan dan dibangun kembali lebih dari 20 kali dalam kurun waktu 3000 tahun terakhir.

Tidak semua kaum Muslim mengetahui tentang Al Quds bahkan kota suci ketiga bagi umat Islam setelah Mekah dan Madinah seolah terlupakan. Padahal tempat tersebut merupakan tempat ibadah beberapa Nabi sebelum Rasulullah Muhammad saw. Nabi Ishak as putra Nabi Ibrahim as juga beribadah di Al Aqsha dan melakukan perjalanan ke Ka’bah di Mekah. Nabi Ishak as berhaji dari Al Aqsha seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim as. Nabi Ya’kub as yang merupakan keturunan kedua Nabi Ishak as menyatakan bahwa Al Aqsha merupakan tempat ibadah semua umat.

Disaat orang-orang berlomba-lomba berziarah ke Mekah dan Madinah berulang-ulang untuk mendulang pahala, Al Quds menjadi suatu kota yang asing bagi kita. Karena begitu asingnya, kita tidak mengetahui yang mana Masjid Al Aqsha tempat Mi’raj Nabi Muhammad saw. Padahal begitu berartinya Al Quds dengan Al Aqshanya, Rasulullah dalam sebuah hadits menyatakan “Shalat yang dilakukan di Masjid Al Haram sama dengan 100.000 shalat, di Masjidku (Nabawi) sama dengan 1000 kali dan di Al Aqsha sama dengan 500 kali.”

Umat Islam ada yang mengira kubah batu berwarna keemasan (Kubah As Sakhra) adalah Al Aqsha seperti yang sering disaksikan di gambar-gambar mengenai Kota Al Quds. Masjid Al Aqsha terletak sebelah Selatan Kubah As Sakhra yang kubahnya berwarna abu-abu. Mujirudin Al Hambaly mengatakan “Sudah hal umum yang dikalangan orang-orang bahwa Al Aqsha adalah suatu yang terletak ke arah kiblat termasuk mimbar dan mihrab.”

Menurut Muhammad Hassan Sharab dalam bukunya Baitul Maqdis dan Masjid Al Aqsha mengatakan “ Masjid Al Aqsha yang tercantum dalam surah Al Isra’ adalah seluruh kawasan suci (Haram Al Quds) dan akan mendapatkan pahala berlipat bila melakukan ibadah di bagian manapun di sekitar temboknya.” Artinya seluruh wilayah yang berada di dalam pekarangan merupakan bagian dari Majid Al Aqsha. Termasuk tembok Ratapan bagian Barat, Ribat Al Kurd, dan Gerbang Maghareba.

Wilayah Al Aqsha dikelilingi tembok-tembok di bagian Timur, Selatan, dan Utara dengan pintu gerbang di Barat. Di dalamnya terdapat pekarangan pasir yang ditanami pohon Zaitun, tiang-tiang, mihrab-mihrab, dan bangunan lainnya. Sekarang sebagian wilayah tersebut telah dicaplok oleh Zionis Israel. Pemerintah Israel menutup pintu gerbang menuju pekarangan-pekarangan dan bangunan-bangunan Al Aqsha yang disebut “Aqsha Tua” dan Masjid Mawarni di bagian bawah arah sisi Timur.
***

Pembebasan Al Quds

Kekhilafaan Abbasyiyah menguasai Jerusalem antara 1073 – 1098. Dunia Islam yang saat itu merupakan peradaban yang superior dibandingkan semua peradaban yang ada. Pada tanggal 25 November 1095 Paulus Urbanus II menyerukan Perang Salib dan tahun 1099 pasukan salib menaklukkan Jerusalem. Mereka membantai sekitar 30.000 warga Jerusalem yang terdiri dari kaum Muslim, Yahudi dan kelompok masyarakat lainnya. Puluhan ribu kaum Muslim yang mengungsi dan mencari perlindungan di atap Al Aqsa dibantai dengan sadis tanpa pandang bulu baik wanita, anak-anak dan orang tua.

Pada tahun 1187 Salahuddin Al Ayyubi sebagai komandan pasukan Muslim berhasil membebaskan kembali Jerusalem dari pasukan salib yang telah diduduki selama sekitar 87 tahun (1099 – 1187). Setelah pembebasan usai, tentara salib yang kalah dipersilakan pulang. Mereka cuma dikenai tebusan ringan, bahkan jika tidak punya harta akan disantuni dan bagi yang tidak ikut berperang sama sekali tidak tersentuh oleh pedang kaum Muslim. Adzan pun kembali berkumandang di menara Al Aqsha.

Langkah Salahuddin Al Ayyubi mengundang simpati kalangan Nasrani. Penguasa gereja dengan sukarela menyerahkan kunci Al Quds yang memang merupakan wilayah kaum Muslim pada zaman Khalifah Umar bin Khaththab. Mereka tulus mengakui hidup di bawah naungan pemerintahan Islam jauh lebih baik daripada di bawah cenkraman Romawi, saudara mereka seagama.
***

Masuknya Zionis ke Palestina

Awal Diaspora

Palestina memiliki sejarah berdarah yang panjang. Sejak Dinasti Saljuk di tahun 1071, Perang Salib pada abad X hingga pencaplokan oleh Israel.

Gelombang imirasi pertama Yuhudi ke Palestina terjadi pada tahun 1882. Konferensi Zionis pertama yang digelar di Swiss pada 29 Agustus tahun 1897 semakin mengukuhkan pencaplokan Israel atas wilayah Palestina.

Zionis adalah gerakan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi untuk mendirikan negara khusus bagi komunitas Yahudi (di Pelastina). Negara ini merupakan institusi yang akan mengumpulkan kembali orang-orang Yahudi yang sudah bertebaran di seluruh dunia.
Pada tanggal 1 Oktober 1917 Inggris menguasai Palestina. Melalui Lord Arthur Balfour Inggris menjanjikan tanah bagi kaum Yahudi untuk berdirinya Der Judenstaat Zionisme “Sebuah Rumah Nasional bagi Orang Yahudi di Pelastina”. Saat itu tidak lebih dari 2 % dari luas Palestina sudah dikuasai oleh Yahudi.

Konspirasi internasional berhasil membuat Inggris memberikan mandat kepada Israel untuk melakukan invasi ke Palestina. Pada tahun itu pula terbentuk tentara Israel yang disebut Haganah yang bertugas melindungi aksi invasi. Akhirnya terjadilah perang terbuka antara bangsa Arab dengan Yahudi pada tahun 1929 dan berakhir pada tahun 1936.

Tahun 1937, tanah suci Al Quds oleh Badan Internasional yang disebut Peel Comision membagi menjadi dua bagian, yaitu sebagian milik Arab dan sebagian milik Israel. Penderitaan rakyat Palestina terus berlanjut ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 November tahun 1947 memberikan restu atas pendirian negara Yahudi. Sebelumnya tanggal 30 Agustus 1945, presiden AS saat itu Harry S Truman oleh warga Yahudi dimintai izin dan perlindungan untuk memasuki wilayah Palestina. Tak lama setelah mendapat restu dari PBB dan mendapat perlindungan dari AS, Israel dengan tentara Zionisnya yang dipersenjatai lengkap menyerbu dan menduduki tanah Palestina.

Pembentukan Negara Israel

Pada tanggal 14 Mei tahun 1948, 37 orang Yahudi berkumpul di Tel Aviv termasuk Ben Gurion. Mereka memproklamirkan berdirinya negara Israel dan melakukan konsolidasi pada warga Yahudi untuk melakukan perlawanan terhadap bangsa Arab. Mereka berdalih bahwa hal tersebut merupakan hak sejarah dan alamiah. Karena bagi mereka (Yahudi), harapan akan kembalinya “Tanah yang dijanjikan” adalah bagian fundamental dari ideologi mereka dan kaum Yahudi sedunia dapat bersatu (diaspora).

Sejak itu Zionis Israel tidak segan-segan menumpahkan darah orang-orang Palestina untuk mempertahankan kemerdekaannya yang lemah. Menurut sejarawan Issa Nakhleh “Minoritas Yahudi tidak berhak untuk menyatakan kemerdekaan suatu negara di atas wilayah yang dimiliki oleh bangsa Arab Palestina.” Bagaimana tidak lemah, dari 37 orang Yahudi yang memproklamirkan kemerdekaan tersebut, 35 orang lahir dan besar di Eropa, seorang berasal dari Yaman dan hanya seorang saja yang dilahirkan di Palestina.

Pada waktu yang sama, negara-negara Arab mengirimkan pasukannya untuk mempertahankan Palestina dan setahun penuh perang berkecamuk sampai 1949. Tentara Zionis saat itu berhasil mengusir tidak kurang dari 160.000 warga Palestina dari tanahnya sendiri dan menguasai kurang lebih 77,4 % dari keseluruhan tanah Palestina. Selain itu, pada bulan Mei tahun 1949 mereka juga membangun sekitar 1.947 permukiman yang dibangun di atas reruntuhan desa dan tempat-tempat lain yang telah ditinggalkan oleh penduduk Arab yang lari dari teror atau dipaksa hengkang. Pada bulan Oktober tahun yang sama, banyak imirgan Yahudi mulai berdatangan dari sejumlah negara yang berbeda.

Perang akhirnya mereda, tetapi perang kecil antara warga Palestina dan Zionis terjadi hampir setiap hari. Puncak peperangan kembali terjadi antara bangsa Arab dan Israel yang dipicu pembakaran Al Aqsha oleh seorang turis Australia, Michael Rohan atas desakan Israel pada tangal 21 Agustus 1969. Di tahun 1973, perang antara bangsa Arab melawan Zionis Israel kembali terjadi.
***

Upaya Zionis Menguasai Al Quds

Seperti diketahui, Israel tidak akan mundur untuk menjadikan Al Quds sebagai Ibukota Israel. Berbagai cara dan upaya mereka lakukan untuk dapat merampas dan merebut Al Quds.

Sebuah buku “The Daydreams” yang merupakan kumpulan tulisan penulis Israel memberikan dan menyebutkan hipotesis mereka tentang penghancuran Al Aqsha dan membangun kembali Al Haikal. Selain itu ekstrim Yahudi melakukan propaganda bahwa pembangunan Al Haikal adalah sinyal surgawi yang semakin dekat untuk kaum Yahudi.

Dalam buku “ The Daydremas” disebutkan empat skenario penghancuran Al Aqsha :
1.Membangun 10 tiang yang melambangkan Sepuluh Perintah Tuhan dalam Ten Commandements di dekat dinding Barat Al Aqsha.
2.Menyerukan membangun kembali Al Haikal secara vertikal dan lebih tinggi dari Al Aqsha.
3.Membangun terowongan bentuk spiral di sekitar Kubah As Sakhra
4.Membangunn Al Haikal di atas reruntuhan Al Aqsha.

Pada tangal 7 Juni 1967 Israel menjajah bagian Timur kota Al Quds dan mengambil kunci-kunci bagian Timur Al Aqsha. Dulunya kunci tersebut diberikan oleh penguasa gereja dengan sukarela kepada Khalifah Umar bin Khaththab yang memang merupakan wilayah kaum Muslim dan kunci tersebut oleh Israel belum dikembalikan hingga sekarang. Pada tahun, sama pula shalat Jum’at di Al Aqsha terhalang tentara Israel. Pada tahun itu pula tepatnya seorang pendeta Yahudi bernama Shalomon Gorn bersama 50 pengikutnya melaksanakan ibadah keagamaan di halaman Al Aqsha. Pada tahun 1976, pengadilan Pusat Israel memutuskan bahwa orang Yahudi mempunyai hak melakukan upacara ritualnya di dalam masjid.

Pada bulan Agustus tahun 1981 ditemukan terowongan di bawah Masjid Al Aqsha yang gerbangnya berada di Tembok Ratapan. Pondasi terowongan tersebut dibangun oleh seorang pendeta Tembok Ratapan dan para pekerja dari Departemen Agama Israel. Akibat penggalian terowongan menyebabkan keretakan serius di sejumlah bangunan warisan Islam yang berdampingan dengan Masjid Al Aqsha.

Pada tahun 1990, pasukan Israel melakukan pembantaian di dalam Masjid Al Aqsha akibatnya 22 jamaah meninggal dan lebih dari 200 lainnya luka-luka. Pada tanggal 4 Oktober 1996, Barikade militer Israel diletakkan di pintu masuk Masjid Al Aqsha dan pemuda Islam Palestina yang usianya dibawah 35 tahun dilarang masuk untuk melaksanakan shalat di dalam Masjid Al Aqsha.

Zionis Yahudi pernah memberikan sebuah hadiah kepada seorang pendeta Gereja Yunani, Maxim Saloom berupa patung perak kota Jeruslem. Dalam replika Jerusalem tersebut sudah tidak terdapat lagi Masjid Al Aqsha dan sebagai gantinya adalah Al Haikal yang berdiri dengan megahnya.

Salah satu stasiun TV Israel pernah menayangkan prediksik bahwa Masjid Al Aqsha akan runtuh karena gempa bumi. Berdasarkan Info dari Badan Geologi bahwa Jeruslem merupakan salah satu titik gempa yang paling aktif di dunia. Hal tersebut membuat Zionis semakin bersemangat untuk merapuhkan pondasi Al Aqsha dan berusaha untuk meruntuhkannya.

Pada tanggal 14 Juli 1996, PM Israel Benyamin Netanyahu meminta untuk membagi lagi wilayah Al Quds dan kemudian mengambil keputusan untuk membanguan pemukiman baru Yahudi di bukit Abu Ghneim, Jerusalem. Pada tanggal 28 Januari 1997 penggalian terowongan masih berlangsung di bagian Barat Daya Masjid Al Aqsha dengan ketinggian 6 – 9 meter. Ditahun 1999, Israel pernah berencana untuk mengahancurkan sebuah istana dimasa Dinasti Umayyah yang bersebelahan dengan Masjid Al Aqsha dan perluasan Tembok Ratapan untuk Yahudisasi lokasi serta merusak simbol-simbol Islam lainnya yang terdapat di wilayah itu.

Tanggal 9 Maret 2000, kelompok Yahudi bernama Azrat Menahem berusaha untuk mendirikan aula pesta besar di halaman Tembok Ratapan untuk keperluan upacaya umat Yahudi. Pada tanggal 29 Juli 2001, para pemuda Palestina berdatangan dari berbagai sudut kota sebelum subuh hingga saat matahari mulai naik. Mereka datang dan berkumpul di Masjid Al Aqsha untuk mempertahankannya dari rencana keji Zionis yang akan dilakukan pada hari itu. Sehari sebelumnya, Mahkamah Tinggi Israel mengeluarkan izin sepihak kepada kelompok ekstrim Yahudi “Umana Haikal” untuk meletakkan batu marmer seberat 4,5 ton. Batu tersebut sebagai fondasi pertama sekaligus untuk melakukan peringatan atas pemusnahan kuil yang mereka klaim ada di wilayah Maghareba sekitar Masjid Al Aqsha. Mereka meyakini wilayah tersebut merupakan tanah warisan yang akan dijadikan sebagai tempat untuk membangun sebuah kuil milik Yahudi.

Mufti Al Quds, Syaikh Ikrimah Shabri menyatakan bahwa keputusan Mahkamah Tinggi Israel tidak layak dikeluarkan karena menyangkut tanah wakaf milik umat Islam. Termasuk perkampungan Maghareba yang menjadi tempat batu fondasi Sinagong Yahudi merupakan wilayah umat Islam.

Pemerintah Israel telah membangun jembatan bawah tanah yang akan menghubungkan beberapa tempat yang langsung ke Masjid Al Aqsha. Ketua Yayasan Al Aqsha Syaikh Ra’ed Shalah membenarkan bahwa Israel telah melakukan aksi dan usaha untuk meruntuhkan Masjid Al Aqsha. Beliau menemukan bukti-bukti berupa galian dan sambungan baru bawah tanah di permukiman Muslim dekat Masjdi Al Aqsha. Menurutnya, penggalian dilakukan pada malam hari. Hal ini diperkuat dengan pengaduan warga setempat berupa bunyi-bunyi alat galian dan bebatuan yang berjatuhan.

Sebuah video dokumenter dari Yayasan Al Aqsha juga menunjukkan sebuah terowongan dengan tinggi 6 – 9 meter dan berjarak 30 m telah tergali dengan rapi. Terowongan lain juga sudah terbangun di bawah Masjid Al Aqsha. Dari letak penggalian tersebut diyakini Zionis telah memidahkan lebih 100 makam para sahabat dari makam Al Rahma. Penggalian tersebut berakibat keretakan dinding bagian Selatan Masjid Al Aqsha.
***

“ ...dan siapkanlah untuk menghadapi musuh apa saja yang kamu sanggupi.“
TQS 8:60

Penulis : Musyarrafah Inayah

No comments:

Post a Comment