Ibu, masih terekam kuat di benak ini lelah mu.
lelah saat ibu bersusah payah memenuhi semua permintaan kami, anak-anak mu..
Begitu cekatannya ibu mengerjakan semua yang dapat ibu kerjakan.. mengambil raport kami tiap tahun,
mengantarkan kemanapun tempat yang ingin kami tuju, menyiapkan makanan dan
menyuapkan makanan, membereskan rumah saat anakmu jauh.. juga semua permintaan
ayah kami, suamimu. ibu tunaikan. Mendengar keluh kesah kami semua, membeli obat
juga mengantarkan kami berobat.. yang tidak tidur jika kami sakit..
Ibu, masih kuingat benar tatapan matamu, saat
ibu amati kami satu persatu dengan kasih sayangmu. Memastikan anak-anak mu tak kurang satu pun
kebutuhannya. Penilaian lewat matamu jarang salah, ibu bisa menilai apakah kami
sedang bersedih atau sebaliknya, lewat raut wajah kami, ibu tahu apa yang
sedang kami tampakkan atau yang sedang kami sembunyikan.. seiring usia yang
bertambah dan kami beranjak dewasa, ibu semakin kuat dan tak lemah..
Ibu, engkau madrasah pertama anak-anakmu, lewat
ibu aku belajar mengenal dunia.. jangan tanyakan besar kecilnya cinta, sebuah
kepastian bahwa aku sangat mencintaimu.. meski kadang ada hal tertentu yang
kita berbeda memandang dan menyikapinya, disanalah kedewasaan untuk menyadari
bahwa cinta bukan berarti membenarkan semua hal..cinta adalah jernih dan
bijaksana ketika memandang sebuah hal, menilai, dan bersikap sesuai dengan Zat
Yang Menciptakan Ibu dan Menciptakan anak mu ini.
Ibu, senantiasa do’akan dan nasehatilah anakmu
ini bu.. tanpa nasehat dan do’amu aku seperti burung dengan sayap patah..