Siapa yang tidak
mengenal Umar bin al-Khaththab, sosok yang paling ditakuti di negeri
Mekkah pada masanya. Namun setelah keislamannya, Umarpun berbuah drastis 360
derajat dari dirinya yang dahulu berkepribadian keras dan memusuhi Nabi hingga menjadi orang yang paling zuhud
dan yang teramat besar kecintaannya terhadap Alloh dan Rasul-Nya beserta
risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yaitu
“Islam”.
Anas bin Malik radhiallahu
’anhu menceritakan bahwa suatu ketika dia bersama Nabi sedang keluar dari
Masjid- ada seorang
Arab Badui -di depan pintu masjid- yang berkata kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kapankah hari kiamat terjadi?” Maka,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Apa yang
sudah kamu persiapkan untuk menghadapinya?” Ia menjawab, “Kecintaan kepada
Alloh dan Rasul-Nya.” Nabi bersabda, “Kamu akan bersama orang yang kamu
cintai.” Anas berkata, “Tidaklah kami merasa sangat bergembira
setelah masuk Islam dengan kegembiraan yang lebih besar selain tatkala
mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kamu akan bersama dengan
orang yang kamu cintai.’ Maka aku mencintai Alloh, cinta Rasul-Nya, Abu Bakar,
dan Umar. Aku pun berharap akan bersama mereka -di akherat- meskipun aku tidak
bisa beramal seperti amal-amal mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh
Muslim [8/234-235], kata-kata dalam tanda kurung diambil dari riwayat Bukhari)
Nama lengkapnya adalah Umar
bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Izzy bin Rabah bin Qirath bin Razah bin Adi
bin Ka’ab bin Luay al-Quraisy al-‘Adawy. Terkadang dipanggil dengan Abu Hafash
dan digelari dengan al-Faruq. Ibunya bernama Hantimah binti Hasyim bin
al-Muqhirah al-Makhzumiyah.
Awal
Keislaman Umar bin al-Khaththab
Umar masuk Islam ketika para
penganut Islam kurang lebih sekitar 40 (empat puluh) orang terdiri dari
laki-laki dan perempuan.
Imam Tirmidzi, Imam Thabrani
dan Hakim telah meriwayatkan dengan riwayat yang sama bahwa Nabi Shallallahu
‘alaihi wassalam telah berdo’a,” Ya Alloh, muliakanlah agama Islam ini dengan orang yang paling Engkau cintai diantara
kedua orang ini, yaitu Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal ‘Amr bin Hisyam.”.
Alloh Subahana wa Ta’ala-pun mengabulkan permohonan Nabi dengan memilih salah
satu dari kedua orang yang diminta oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa
Sallam yaitu Umar bin al-Khaththab Radhiallahu Anhu.
Berkenaan dengan masuknya
Umar bin al-Khaththab ke dalam Islam yang diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad yang
diungkap oleh Imam Suyuti dalam kitab “ Tarikh al-Khulafa’ ar-Rasyidin” sebagai
berikut:
Anas bin Malik berkata:
” Pada suatu hari Umar
keluar sambil menyandang pedangnya, lalu Bani Zahrah bertanya” Wahai Umar, hendak
kemana engkau?,” maka Umar menjawab, “ Aku hendak membunuh Muhammad.”
Selanjutnya orang tadi bertanya:” Bagaimana dengan perdamaian yang telah dibuat
antara Bani Hasyim dengan Bani Zuhrah, sementara engkau hendak membunuh
Muhammad”.
Lalu orang tadi berkata,”
Tidak kau tahu bahwa adikmu dan saudara iparmu telah meninggalkan agamamu”.
Kemudian Umar pergi menuju rumah adiknya dilihatnya adik dan iparnya sedang membaca lembaran Al-Quran,
lalu Umar berkata, “barangkali keduanya benar telah berpindah agama”,. Maka
Umar melompat dan menginjaknya dengan keras, lalu adiknya (Fathimah binti
Khaththab) datang mendorong Umar, tetapi Umar menamparnya dengan keras sehingga
muka adiknya mengeluarkan darah.
Kemudian Umar berkata:
“Berikan lembaran (al-Quran) itu kepadaku, aku ingin membacanya”, maka adiknya
berkata.” Kamu itu dalam keadaan najis tidak boleh menyentuhnya kecuali kamu dalam keadaan suci, kalau engkau ingin tahu maka mandilah
(berwudhulah/bersuci).”. Lalu Umar berdiri dan mandi (bersuci) kemudian membaca
lembaran (al-Quran) tersebut yaitu surat Thaha sampai ayat,” Sesungguhnya
Aku ini adalah Alloh, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dirikanlah
Shalat untuk mengingatku.” (Qs.Thaha:14). Setelah membaca lembaran Qur’an,
raut wajah Umar yang tadinya bengispun berubah dan berkata,” Bawalah aku
menemui Muhammad.”.
Mendengar perkataan Umar
tersebut langsung Khabbab keluar dari persembunyiannya seraya berkata:”Wahai
Umar, aku merasa bahagia, aku harap do’a yang dipanjatkan Nabi pada malam kamis menjadi kenyataan, Ia (Nabi)
berdo’a “Ya Alloh, muliakanlah agama Islam ini dengan orang yang paling Engkau
cintai diantara kedua orang ini, yaitu Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal
‘Amr bin Hisyam.”.
Lalu Umar berangkat menuju
tempat Muhammad Shallallahu alaihi wassalam, didepan pintu berdiri Hamzah,
Thalhah dan sahabat lainnya. Lalu Hamzah seraya berkata,” jika Alloh
menghendaki kebaikan baginya, niscaya dia akan masuk Islam, tetapi jika ada
tujuan lain kita akan membunuhnya”. Lalu kemudian Umar menyatakan masuk Islam dihadapan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.
Lalu bertambahlah kejayaan
Islam dan Kaum Muslimin dengan masuknya Umar bin Khaththab, sebagaimana ini
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Mas’ud, seraya berkata,” Kejayaan kami
bertambah sejak masuknya Umar.”.
Umar turut serta dalam
peperangan yang dilakukan bersama Rasulullah, dan tetap bertahan dalam perang
Uhud bersama Rasulullah sebagaimana dijelaskan oleh Imam Suyuthi dalam “Tarikh
al-Khulafa’ar Rasyidin”.
Rasulullah memberikan gelar
al-Faruq
kepadanya, sebagaimana ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari Dzakwan, seraya
dia berkata,” Aku telah bertanya kepada Aisyah, “ Siapakah yang memanggil Umar
dengan nama al-Faruq?”, maka Aisyah menjawab “Rasulullah”.
Hadist Imam Bukhari dari Abu
Hurairah, Rasulullah bersabda:” Sungguh telah ada dari umat-umat sebelum
kamu para pembaharu, dan jika ada pembaharu dari umatku niscaya ‘Umarlah
orangnya”. Hadist ini dishahihkan oleh Imam Hakim. Demikian juga Imam Tirmidzi
telah meriwayatkan dari Uqbah bin Amir bahwa Nabi bersabda,” Seandainya
ada seorang Nabi setelahku, tentulah Umar bin al-Khaththab orangnya.”.
Diriwayatkan oleh Tirmidzi
dari Ibnu Umar dia berkata,” Nabi telah bersabda:”Sesungguhnya Alloh telah
mengalirkan kebenaran melalui lidah
dan hati
Umar”. Anaknya Umar (Abdullah) berkata,” Apa yang pernah dikatakan oleh
ayahku (Umar) tentang sesuatu maka kejadiannya seperti apa yang diperkirakan
oleh ayahku”.
Keberanian Umar
bin al-Khaththab
Riwayat dari Ibnu ‘Asakir
telah meriwayatkan dari Ali, dia berkata,” Aku tidak mengetahui seorangpun yang
hijrah dengan sembunyi sembunyi kecuali Umar bi al-Khaththab melakukan dengan
terang terangan”. Dimana Umar seraya menyandang pedang dan busur
anak panahnya di pundak
lalu dia mendatangi Ka’bah dimana kaum Quraisy sedang berada di halamannya,
lalu ia melakukan thawaf sebanyak 7 kali dan mengerjakan shalat 2 rakaat di
maqam Ibrahim.
Kemudian ia mendatangi
perkumpulan kaum Quraisy satu persatu dan berkata,” Barang siapa orang yang
ibunya merelakan kematiannya, anaknya
menjadi
yatim
dan istrinya menjadi janda, maka temuilah aku di belakang lembah itu”.
Kesaksian tersebut menunjukan keberanian Umar bin Khaththab Radhiyallahu’Anhu.
Wafat Umar bin
al-Khaththab
Pada hari rabu bulan
Dzulhijah tahun 23 H ia wafat, ia ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh
beliau ditikam oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah budak milik
al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar
dimakamkan di samping Nabi dan Abu Bakar ash Shiddiq, beliau wafat dalam usia
63 tahun. ‘Umar bin al-Khaththab (wafat 23 H)
Disadur dari Biografi Umar
Ibn Khaththab dalam Tahbaqat Ibn Sa’ad, Tarikh al-Khulafa’ar Rasyidin Imam
Suyuthi
alhamdulillah. ternyata keadilan masih akan kt dapatkan jika sistem yg diterapkan adlh Khilafah islamiyyah, Allohu'alam..
ReplyDeletesykrn sdh mampir, wslm :)