Jatinangor,
06. 30 WIB, Hari masih pagi.. ku lihat kanan kiri masih lengang, tidak seperti
biasanya. tapi kelengangan ataupun hiruk pikuk orang-orang tidak menghentikan
langkah kaki berjalan ke tempat tujuan. Ku cari damri Jatinangor-Dipati Ukur yang
akan membawaku kesana. Seperti hal nya hari yang masih lengang, begitu hal nya
dengan penumpang di bis ini, masih sedikit penumpangnya, lekas ku cari tempat
duduk sebelah kanan karena berfikir cahaya matahari tidak akan menyengat jika
duduk berlawanan arah jarum jam. sengaja ku pilih kursi dekat jendela agar bisa
ku lihat pemandangan di jalanan yang ku lewati, pagi hari adalah saat dimana
alam baru bangun dari istirahat yang cukup panjang, jika hujan turun, daun-daun
pepohonan dan rumput-rumput tampak semakin hijau, udara terasa dingin dan
bersih.. sedikit banyak masih ada sawah yang terbentang di sepanjang jalan tol
Soekarno-Hatta, alhamdulillah, syukur ku ucapkan, hari ini dapat melihat padi
hijau berjejer rapi dan merunduk dengan bulir-bulir nya yang berisi.
Saturday, October 20, 2012
Saturday, October 13, 2012
Demi Waktu
بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
وَالْعَصْرِ
إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Sejak
tadi tak kuasa menahan air mata yang hendak menetes di depannya.. ku tahan air
mata agar tak jatuh berderai, supaya ia tak ikut menangis dan iba kepada ku
karena berfikir bahwa aku sedang ada masalah, tapi sungguh bukan karna masalah
aku hendak menangis di hadapan manusia, tapi karena kesadaran akan kerdil dan
lemahnya aku sebagai manusia. Ketika mengingatkan dan menasehati orang lain,
tentu pengaruh terbesar itu ada pada diri sendiri sebagai penyampai dan akan
dimintai pertanggung jawabannya, banyak ibroh yang selalu ku petik setiap ada
hamba Mu yang bersedia memperjuangkan agama Mu, al Haq, Al Islam. Masya Alloh,
begitu besar karunia Mu sehingga Engkau berkenan membuka satu
Friday, October 5, 2012
Tegar & Hadapi!
Senja hari ini
mengapa begitu berbeda
tak tampak langit barat
berarak merah pekat
semua tertutup awan jingga
mengapa begitu berbeda
tak tampak langit barat
berarak merah pekat
semua tertutup awan jingga
Malam mulai beranjak naik, menebar gelap pada
hamparan ladang yang menatap langit. memandang awan yang sedang tersenyum,
melepaskan rintik rintik hujan yang sedang berkemas untuk membawa embun biru, pada
sayap sayap angin yang menebar persada, menyuburkan tanah yang mulai tandus.
Malampun mulai kepakan sayapnya hingga berjalan
menitis pada angin yang tersenyum,menebarkan pesona pada hamparan kabut yang
selubungi gunung,pada gulungan ombak yang menari nari senang pada keindahan
langit yang teduhkan bumi, hingga malam memberikan hiasan pita yang indah biru.
Di hamparan langit
malam, ku tulis aksra harapan dan cita masa depan.. ada yang tetap bertahan,
ada yang terhapus oleh tetes-tetes air hujan., ada pula yang menjadi abu dan
terbang bersama angin. Musim panas dan dingin telah menjadi guru hidupnya. Menguatkan
atau melemahkan dan kemudian hilang jika aksara harapan dan cita itu tidak
dibutuhkan zaman. Ia mengajarkan kesabaran dan ikhlas yang tak mudah jika tak
ditempuh dengan sungguh-sungguh. #Di sudut waktu menyaksikan episode
kehidupan
Subscribe to:
Posts (Atom)