Jatinangor,
06. 30 WIB, Hari masih pagi.. ku lihat kanan kiri masih lengang, tidak seperti
biasanya. tapi kelengangan ataupun hiruk pikuk orang-orang tidak menghentikan
langkah kaki berjalan ke tempat tujuan. Ku cari damri Jatinangor-Dipati Ukur yang
akan membawaku kesana. Seperti hal nya hari yang masih lengang, begitu hal nya
dengan penumpang di bis ini, masih sedikit penumpangnya, lekas ku cari tempat
duduk sebelah kanan karena berfikir cahaya matahari tidak akan menyengat jika
duduk berlawanan arah jarum jam. sengaja ku pilih kursi dekat jendela agar bisa
ku lihat pemandangan di jalanan yang ku lewati, pagi hari adalah saat dimana
alam baru bangun dari istirahat yang cukup panjang, jika hujan turun, daun-daun
pepohonan dan rumput-rumput tampak semakin hijau, udara terasa dingin dan
bersih.. sedikit banyak masih ada sawah yang terbentang di sepanjang jalan tol
Soekarno-Hatta, alhamdulillah, syukur ku ucapkan, hari ini dapat melihat padi
hijau berjejer rapi dan merunduk dengan bulir-bulir nya yang berisi.
Sawah
dan Padi, dua hal yang dekat dengan keseharian praktikum kuliahku dulu. Banyak mengambil
hikmah dari kedua nya. Sawah tidak pernah marah ketika pak tani menginjaknya, mengolah tanahnya dengan traktoar atau
cangkul agar lebih gembur dan terairi dengan saluran irigasi agar padi dapat tumbuh
dengan baik. Padi pun, ia tak pernah bosan tumbuh dengan sehat hingga harus merunduk
karena menahan beban berat bulir-bulir nya yang berisi agar dapat dikonsumsi
manusia. Dan akhirnya, harus banyak mengevaluasi diri dan mengambil pelajaran
dari setiap yang teridera oleh mata dan semua alat indera, sudah sekuat dan
setegar apakah diri ini jika dibandingkan dengan pengibaratan sawah dan padi tadi
?
No comments:
Post a Comment