Saturday, October 20, 2012

Jalanan


Jatinangor, 06. 30 WIB, Hari masih pagi.. ku lihat kanan kiri masih lengang, tidak seperti biasanya. tapi kelengangan ataupun hiruk pikuk orang-orang tidak menghentikan langkah kaki berjalan ke tempat tujuan. Ku cari damri Jatinangor-Dipati Ukur yang akan membawaku kesana. Seperti hal nya hari yang masih lengang, begitu hal nya dengan penumpang di bis ini, masih sedikit penumpangnya, lekas ku cari tempat duduk sebelah kanan karena berfikir cahaya matahari tidak akan menyengat jika duduk berlawanan arah jarum jam. sengaja ku pilih kursi dekat jendela agar bisa ku lihat pemandangan di jalanan yang ku lewati, pagi hari adalah saat dimana alam baru bangun dari istirahat yang cukup panjang, jika hujan turun, daun-daun pepohonan dan rumput-rumput tampak semakin hijau, udara terasa dingin dan bersih.. sedikit banyak masih ada sawah yang terbentang di sepanjang jalan tol Soekarno-Hatta, alhamdulillah, syukur ku ucapkan, hari ini dapat melihat padi hijau berjejer rapi dan merunduk dengan bulir-bulir nya yang berisi.
Sawah dan Padi, dua hal yang dekat dengan keseharian praktikum kuliahku dulu. Banyak mengambil hikmah dari kedua nya. Sawah tidak pernah marah ketika pak tani menginjaknya,  mengolah tanahnya dengan traktoar atau cangkul agar lebih gembur dan terairi dengan saluran irigasi agar padi dapat tumbuh dengan baik. Padi pun, ia tak pernah bosan tumbuh dengan sehat hingga harus merunduk karena menahan beban berat bulir-bulir nya yang berisi agar dapat dikonsumsi manusia. Dan akhirnya, harus banyak mengevaluasi diri dan mengambil pelajaran dari setiap yang teridera oleh mata dan semua alat indera, sudah sekuat dan setegar apakah diri ini jika dibandingkan dengan pengibaratan sawah dan padi tadi ?


No comments:

Post a Comment