Saturday, March 29, 2014

Cahaya

Sebut saja namanya Nur, ia adalah salah seorang saudari yang baru saja memeluk Islam sejak tahun 2005 silam.  Awal masuknya ia ke dalam Islam adalah karena keyakinan dan ketertarikannya pada agama ini. Agama yang ia anut sebelumnya (katolik) tidak meberikan ketenangan, juga sangat banyak pertanyaan yang tak terjawabkan sehingga akhirnya timbul keraguan.
Alhamdulillah, berkat izin Alloh dan bantuan dari temannya yang muslim, ia akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat dan telah menjadi seorang muslimah. Jalan yang penuh cahaya itu memang berliku, Alloh pasti akan menguji hambaNya semata-mata untuk meningkatkan derajat ketaqwaan hamba. Sampailah pada 1 waktu, Nur menikah dengan seorang muslim, duda, yang telah berkali-kali menikah dan bercerai karena tidak mendapatkan anak dari pernikahan-pernikahan sebelumnya. Ia ikut suaminya hijrah ke Batam, Alhamdulillah ia pun hamil, namun ujian itu datang saat kandungannya berusia 7 bulan, ibu mertuanya dengan tidak berempati memaksa Nur melahirkan dengan cesar meski tanda-tanda kelahiran anaknya belum nampak. Nur yang seorang diri di tempat orang ini terpaksa mengikuti kehendak ibu mertuanya, sedang suami tidak bisa melakukan apa-apa. Akhirnya Nur melakukan operasi cesar dan lahirlah seorang anak laki-laki yang prematur, namun belum sempat Nur melihat anaknya, sang ibu mertua telah membawa anaknya ke Malaysia tempat ibu mertua itu tinggal. Sejak saat itu, Nur tidak berhenti menangis, tiada hari tanpa menangis, dengan kesedihan yang amat mendalam menyaksikan istrinya sedih, akhirnya suaminyapun menyusul ibu nya ke Malaysia untuk mengambil kembali anaknya.
Namun, hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan tahun, suaminya tidak kunjung pulang. Dari info yang didapatkan, suaminya ini diguna-guna oleh ibunya sendiri agar tidak kembali kepada Nur. Nur yang sedih dan stress dengan tekanan hidup akhirnya pulang ke kampung halaman di Medan dengan tetap memakai kerudungnya. Namun, ibarat jatuh tertimpa tangga pula, Nur bersama kedua orangtuanya yang tetap mendukungnya meski masih nasrani, malah diusir oleh masyarakat di kampungnya karena tidak menerima orang muslim di kampung tersebut yang mayoritas nasrani. Akhirnya dengan keadaan terpaksa Nur kembali ke Batam, sedangkan kedua orangtuanya tinggal di Pekanbaru.
Setibanya di Batam, Nur kembali bekerja sebagai karyawan perusahaan. Beberapa tahun setelah itu, ia dinikahkan oleh ibu kost nya dengan seorang pemuda dari Cianjur. Pemuda ini meyakinkan bahwa ia telah siap menikahi Nur. Hingga akhirnya Nur menerima dan merekapun menikah.
Setelah menikah, semua kebohongan sedikit demi sedikit akhirnya terbongkar. Suaminya sebenarnya adalah seorang pengangguran, ketikapun bekerja, tidak akan memakan waktu lama kemudian dipecat kembali. Selain itu, suaminya memiliki kebiasaan mabuk-mabukan. Hingga kini ia dikarunia seorang anak laki-laki berusia 3,5 bulan, namun sedikit simpanannya untuk susu anaknya selalu diambil suaminya untuk bermabuk-mabukkan. Menahan lapar berhari-hari ia sudah terbiasa, namun yang ia bimbangkan adalah anaknya yang masih sangat kecil hingga ia menerima tawaran menyetrika pakaian tetangganya dengan upah 50 ribu/minggu. Uang itulah yang ia gunakan sehari-hari.
Di kajian pemula untuk mu’alaf kemarin ia datang dengan menggendong anaknya, anggun sekali dengan kerudung dan jilbab yang diberikan saudari-saudarinya. Kembali bercerita suaminya belum pulang 3 hari, karena telah membawa uang hasil penggalangan dana kami untuk membantu membayar uang kontrakan rumah yang sudah menunda 4 bulan. Dengan tenang, ia berkata, 'ce, meski Alloh memberi saya ujian, saya tetap tidak akan meninggalkan agama ini'. Masya Alloh… ishbir ya ukhti.. Innalloha ma’ana.. terus mendekat kepada Rabb kita, engkau tidak sendiri, ikat erat dirimu dalam lingkaran kajian ini, susah senang akan berusaha kita tanggung bersama, karena sejatinya kita bersaudara, ibarat 1 tubuh, Alloh lah yang menciptakan rasa cinta kepada saudara seaqidah. Bersambung….

No comments:

Post a Comment