Muslim Cleansing di Republik Afrika
Tengah
Selama beberapa bulan ini Republik
Afrika Tengah tengah menjadi saksi operasi yang disebut sebagai Muslim Cleansing (pembersihan agama)
terhadap kaum Muslim oleh milisi Kristen. Akibatnya ratusan meninggal dan
ribuan lainnya mengungsi karena takut akan pembunuhan brutal tanpa pandang
bulu. Dalam laporannya pada Rabu (12/2), Amnesty
Internasional menyatakan telah mendokumentasi lebih dari 200 kasus pembunuh
terhadap umat Islam yang dilakukan milisi Kristen. Sejak Desember tahun
lalu, setelah milisi Kristen melakukan serangan terkoordinasi, lebih dari 1000
orang muslim terbunuh. Total sejak konflik terjadi ada 2,5 juta orang
yang terlantar sebagian besar adalah muslim .Puluhan ribu orang mengungsi dari
kampungnya tetapi kemudian terjebak tanpa tujuan. Pembantaian ini dilakukan
secara sadis yang tidak bisa dibayangkan oleh manusia normal. Secara
terbuka,pendukung milisi Kristen memakan daging seorang muslim yang mereka
bunuh. Wanita-wanita muslimah juga diperkosa. Rumah-rumah dan masjid dibakar
dan dihancurkan. Penyiksaan terhadap muslim dilakukan di jalan-jalan secara
terbuka. Mereka melakukan kebiadaban ini dengan ini dengan wajah yang gembira
dan penuh kesombongan. “Muslim! Muslim! Muslim. Saya menusuknya di kepala. Saya
menuangkan bensin padanya. Saya membakarnya. Lalu saya memakan kakinya,
semuanya hingga ke tulang-tulangnya dengan roti. Itu sebabnya orang-orang
memanggilku dengan sebutan Mad Dog (anjing gila), “, ujar Magloire dengan
sombongnya.
Menurut Amnesty International juga
bahwa pada tanggal 18 Januari milisi melancarkan serangan di utara kota
Bossemptele, yang mengakibatkan lebih dari seratus orang meninggal di kalangan
penduduk Muslim. Kekerasan sektarian ini telah menyebabkan seperempat dari
penduduk negara itu—yang berjumlah 4,6 juta orang—melarikan diri ke daerah di
sekitar mereka karena takut serangan balasan yang menewaskan sedikitnya dua
ribu orang. Dan puluhan ribu kaum Muslim melarikan diri ke negara-negara
tetangga, Chad dan Kamerun. Dengan semakin banyaknya jumlah kaum Muslim yang
melarikan diri, Peter Bouckaert, Direktur Kondisi Darurat Human Right Watch
mengumumkan bahwa dalam hitungan hari semua kaum Muslim Afrika Tengah akan
melarikan diri untuk menghindari kekerasan. Ia menambahkan: “Ada sebuah
perkampungan kaum Muslim yang seluruh warganya melarikan diri, kemudian
rumah-rumah mereka dihancurkan secara sistematis, di mana satu persatu pintu,
jendela dan langit-langit dibongkar. Bahkan ada bukti bahwa mereka semua
sengaja dilenyapkan.” Bouckaert mengatakan bahwa ia melihat sendiri tubuh
seorang pria Muslim dibakar di jalan. Dan ia juga melihat milisi Kristen
menangkap seorang Muslim lainnya, kemudian memukulinya sampai meninggal.
Sebelum itu, anggota parlemen Jean-Emmanuel Djarawa dibunuh, setelah ia
mengumumkan penentangannya yang keras terhadap sejumlah serangan yang
menargetkan pembunuhan terhadap kaum Muslim di negara ini.
Jumlah kaum Muslim di Republik Afrika
Tengah sekitar 15 persen, sehingga menjadi agama terbesar kedua di negara
tersebut setelah Kristen yang dianut oleh setengah dari jumlah penduduk (25
persen Protestan dan 25 persen Katolik), sedangkan sisanya menganut agama-agama
lokal. Sebagian besar kaum Muslim Afrika Tengah bermukim di utara, dekat
perbatasan dengan Chad. Di mana dari mereka inilah tampil Michel Djaotodia
sebagai Presiden Muslim pertama negara itu, dan pendukungnya para perwira di
koalisi Celica.
Meski telah menjadi korban, umat
Islam pun disalahkan dalam pembantaian ini. Menyalahkan korban (blame the victim)
menjadi pola yang berulang. Umat Islam dianggap bersekongkol dengan Michel
Djaotodia (seorang yang kebetulan muslim) yang didukung
koalisi Seleka menggulingkan Presiden Francois Bozize pada bulan Maret
2013 yang telah berkuasa selama 10 tahun. Djotodia, pemimpin muslim pertama
Republik Afrika Tengah, akhirnya menjadi presiden setelah kudeta Maret lalu.
Menyusul penggulingan Presiden Francois Bozize, negara yang mayoritas
penduduknya beragama Kristen itu, jatuh ke dalam kekerasan sektarian antara
Muslim Seleka dan kelompok-kelompok Kristen Anti Bakala. Berbagai aksi
kekerasan mulai terjadi pada hari Kamis (5/12) ketika milisi Kristen yang setia
kepada presiden terguling François Bozize Yangouvonda melancarkan serangan
terhadap kaum Muslim, Sejak pengunduran diri Djaotodia, negara itu tenggelam
lingkaran kekerasan sektarian dan pembalasan yang dilancarkan oleh
milisi-milisi Kristen terhadap milisi Celica dan warga sipil Muslim, terjadi
aksi yang diklaim sebagai aksi balas dendam. Seluruh umat Islam pun dianggap
bersalah dan dibantai. Padahal kebijakan Djaotodia bukanlah mewakili umat
Islam, apalagi selama ini umat Islam (15 persen dari penduduk CAR) dan
warga Kristen bersama penganut agama-agama lokal lainnya hidup
berdampingan dengan damai.
Akar Masalah
Sama dengan tahun-tahun
sebelumnya awal tahun 2014 ini umat
Islam dunia masih diliputi berbagai persoalan. Intinya, dunia Islam masih
dijajah baik penjajahan itu secara langsung dengan pendudukan militer, ataupun
penjajahan dalam bentuk lain secara ideologi, ekonomi, politik, pertahanan atau
sosial budaya. Secara ideologi hampir semua negeri
Islam mengadopsi ideologi kapitalisme sebagai dasar negara dan asas pengaturan
masyarakat. Penjajahan ideology inilah
yang menjadi sumber penyebab penjajahan lainnya termasuk aspek keamanan yang
tengah dihadapi muslim Afrika Tengah.
Dunia internasional
seperti biasa hanya sebatas aklamasi berrkomitmen membantu menyelesaikan
konflik berdarah ini, 1.600
tentara Perancis yang dikirim ke Afrika Tengah tidak dapat diterima masyarakat
karena berpihak kepada milisi Kristen. Sistem
internasional ala kapitalis dengan organ PBB-nya juga menyusul gagal, keprihatian
yang disampaikan oleh sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon nampak mandul,
diplomasi-diplomasi yang dilakukan juga bukan solusi nyata dalam mengentaskan
permasalahan tersebut. Penguasa-penguasa boneka
negeri Islam, alih-alih peduli dengan penindasan yang dialami muslim di negeri
lain, untuk melindungi rakyat dan kekayaan alam negeri sendiri saja gagal dan mereka justru menjadi pembunuh bagi rakyatnya
sendiri dan memberikan jalan negara-negara penjajah untuk merampok
kekayaan negeri Islam. Diamnya lisan penguasa-penguasa negeri Islam menunjukkan
betapa nasionalisme telah mengakar di benak mereka dan menjadi racun
yang mematikan umat Islam. Dengan alasan, tidak berhubungan dengan kepentingan
nasional Negara masing-masing, penguasa-penguasa negeri Islam tidak ambil pusing.
Tidak peduli dengan nasib muslim di Negara Afrika Tengah, sebagaimana mereka
tidak berbuat apa-apa terhadap penderitaan muslim rohingya, Suriah, Palestina,
Irak dan negeri-negeri Islam lainnya.
Nasionalisme yang merupakan produk
ideology kapitalisme sesungguhnya merupakan ikatan ashobiyah, yang hanya
mementingkan suku atau bangsa Imam Abu Dawud
menuturkan sebuah hadits dari Jubair bin Muth’im ra bahwasanya Nabi saw
bersabda: “Tidaklah termasuk golongan
kami, siapa saja yang menyeru kepada ‘ashabiyyah, dan bukanlah termasuk
golongan kami, siapa saja yang berperang di atas ‘ashabiyyah, dan bukan
termasuk golongan kami, siapa saja yang mati di atas ‘ashabiyyah”. [HR. Imam Abu Dawud].
Belenggu Nasionalisme terbukti
mengikis ukhuwah islamiyah dan kepedulian umat sehingga umat menjadi lemah.
Negeri-negeri Islam menjadi santapan empuk bangsa-bangsa imperialis, meskipun
jumlah kita lebih dari 1,5 milyar di seluruh dunia. Nasionalisme juga telah
memecah belah umat Islam dengan kehadiran nation-state (negara bangsa) yang
jumlahnya banyak. Padahal Umat Islam diwajibkan hidup dalam satu kepemimpinan
seorang khalifah dalam institusi Negara Khilafah, bukan justru mengadopsi
konsepsi nation state yang dipimpin oleh banyak presiden atau raja
seperti saat ini. “Jika dibaiat dua
orang khalifah(kepala negara) maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya.” (HR
Muslim).
Pembantaian
seperti ini berulang karena ketiadaan Khilafah yang melindungi umat, maka melihat kondisi umat
Islam yang memilukan ini, umat Islam tidak dapat bersatu tanpa sebuah
institusi yang menyatukan mereka di bawah komando Khalifah, Secara politik jumlah 1,5
Milyar umat Islam yang merupakan angka yang besar tersebut pun tidak membuat
umat Islam menjadi negara adi daya di dunia.Meskipun sudah merdeka secara
formal, namun sebagian besar negeri Islam masih belum independen, masih
dijajah, tertindas dan tunduk kepada kepentingan negara-negara imperialis.
Sebagian besar penguasa negeri-negeri Islam adalah penguasa dictator yang
represif dan mengabdi ke Barat.
Umat
Butuh Khilafah
Maka tidaklah mengherankan
meskipun jumlahnya besar umat Islam tidak bisa membebaskan diri atau
membebaskan saudaranya yang ditindas diberbagai kawasan dunia Islam seperti
Chechnya, Irak, Afrika Tengah, Afghanistan, Pakistan, Thailand Selatan ,
Philipina Selatan, Turkistan Timur (Xianjiang), Bosnia, atau Palestina.
Umat Islam belum bisa berbuat banyak menghentikan kekejaman. Bandingkan dengan
hanya gabungan Iran (74 juta) , Irak (30 juta), Suriah (20 juta) , Saudi Arabia
(25 juta) , Yaman (23 juta ) , Mesir (79 juta) saja populasi muslim hampir
mencapai 251 juta. Artinya kalaulah diambil 10 % saja menjadi tentara, berarti
ada 25 juta tentara yang bisa digerakan untuk membebaskan Palestina. Tapi itu
tidak terjadi. Karena tidak ada yang memobilisasi tentara yang demikian banyak
itu.
Apa yang digambarkan oleh
hadist Rosulullah untuk melihat kondisi umat Islam saat ini sangatlah tepat.
Seperti makanan yang dikerubungi oleh musuh-musuhnya yang buas. Padahal
jumlahnya banyak. Rosulullah menggambarkan umat Islam bagaikan buih dilautan,
banyak tapi lemah.
Umat Islam sesungguhnya telah
diberikan oleh Allah SWT dengan segala kebaikan untuk menjadi negara adi daya
di dunia Islam. Umat Islam memiliki potensi dengan jumlah pululasi yang besar,
kekayaan alamnya melimpah, secara geopolitik posisi negeri Islam sangatlah
strategis, umat Islam juga memiliki ideology yang shohih yakni Islam. Umat
Islam tinggal butuh satu saja, yakni negara Khilafah yang menyatukan dan
menerapkan ideology Islam.
Walhasil jumlah yang besar atau
kenaikan populasi muslim tidak berarti apa-apa tanpa ada yang menyatukan dan
mengorganisir umat Islam. Disinilah kenapa seruan penegakan Khilafah menjadi
sangat relevan untuk menyatukan umat Islam dan menerapkan syariah Islam yang
akan mengatur (mengorganisir) umat Islam . Dengan khilafah potensi umat yang
besar dan berserakan itu akan menjadi kekuatan yang dahsyat untuk
menyelamatkan negeri Islam tertindas dan mensejahterakan dunia. Allohu’alam..
No comments:
Post a Comment