Masih
banyak orang tua saat ini yang beranggapan bahwa anak perempuan tidak perlu
sekolah tinggi, termasuk orang-orang tua tionghoa karena ujung-ujungnya anak
perempuan hanya akan kembali ke dapur. Tamat SMA lebih baik segera menikah
saja, habis perkara.
Keluhan
ini sempat disampaikan oleh sepupu-sepupu perempuan dari keluarga ayah yang tidak
didukung keluarganya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, ini pula yang sempat saya alami menjelang
kelulusan SMA, dan pemahaman tersebut jelas menjadi suatu hal yang menyulitkan
bagi anak-anak perempuan yang berprestasi, mencintai pendidikan, juara
kelas bahkan juara umum dari tahun ke tahun, mewakili sekolah dalam setiap
olimpiade-olimpiade, perlombaan akademik dsb. Bisa terbayangkan bukan
kesedihannya? Karena keumuman di tempat kelahiran, anak-anak peranakan tionghoa
terkenal jenius di sekolah, sekian rentetan juara hampir semuanya
milik mereka. Termasuk anak-anak perempuannya, bisa jadi ini dikarenakan
ketekunan dalam belajar. Kompetisi juara menjadi hal yang mewarnai sekolah. Selain
anugerah, jelas ini juga masuk ranah pilihan untuk menjadi istimewa atau
biasa-biasa saja.
Jika
hidup sudah diarahkan untuk menjadi pembelajar sejati, tentu akan menjadi hal
yang berat jika harus berhenti sekolah, memang sangat-sangat disayangkan, Ini adalah
prinsip. Dulu, ktika menghadapi kendala ini, setelah mengumpulkan keberanian,
akhirnya tekad inipun disampaikan kepada Ayah, lobi berminggu minggu hingga guru-guru
pun ikut melobinya, dan Alhamdulillah akhirnya pertahanan pemahaman anak
perempuan tidak perlu sekolah tinggi ini pun runtuh juga. Dengan meyakinkan
bahwa, akan belajar kuat dan mandiri hidup di pulau orang, berusaha menjadi
yang terbaik dan lulus cumlaude maksimal 4 tahun, komitmen ini telah sampaikan
sejak awal. Dan tentu konsekuensinya tidak semudah membalikkan telapak tangan, kesulitan
demi kesulitan pun pantang diadukan karena telah memilih jalan tersebut. Bismillah..
Dia yang akan menolong hambaNya.. Alhamdulillah, pintu kemudahan sedikit
terbuka, setelah itu mindset ayah sedikit demi sedikit berubah, tidak pandang anak laki-laki
atau anak perempuan, semuanya harus sekolah setinggi apapun, karena ilmu adalah
modal kehidupan, hanya masalahnya kadang-kadang ketika orang tua sudah sangat
baik, justru anaknya yang bermasalah tidak mau sekolah.
Maka
dari itu, bagi yang punya kendala yang serupa, sebenarnya jangan pernah takut
dengan suatu hal yang yang menjadi penghalang. Jangan malu dengan keterbatasan,
bicaralah dari hati ke hati kepada kedua orang tuanmu, sampaikan dengan yakin
dan jelas, Yakinlah pada mereka bahwa ada kekuatan yang Maha Besar yang sangat
besar dibandingkan manusia yang lemah, itulah kekuatan Tuhan kita, Alloh. Dia
mampu memudahkan apa yang sulit dan menyulitkan apa yang menurut manusia itu
mudah. Sedikitpun jangan muncul rasa putus asa jika kesulitan tidak kunjung
hilang atau sombong jika semuanya terasa mudah. Jika itu kebaikan, tugas kita
hanya 1 yaitu berusaha terus menerus, berdo’a dengan keyakinan, dan
tawakkal sejak awal,
Dari
sistem hidup yang tidak adil, membeda-beda kan anak perempuan, menghambat
pendidikan, tergerus tujuan menuntut ilmu yang hanya bertujuan menghasilkan
agen-agen yang dibutuhkan pasar kapitalistik, seharusnya pula membukakan mata
kita bahwa diantara sistem yang ada di dunia, hanya islam satu-satunya sistem
yang memberi keadilan bagi manusia. Pendidikan mutlak dibutuhkan para muslimah
agar dapat membekali diri menjadi seorang hamba yang berilmu, juga kelak
sebagai ummu ajyal (ibu generasi).
Telah tertulis dalam sejarah, banyak
muslimah yang memberikan sumbangsih pada peradaban, ada sosok Sutayta al
mahamli sebagai pakar matematika, Labana
yang menguasai geometri, Nusayba binti Harits sebagai ahli bedah, Maryam al
asturlabi, Zubaidah, dan sosok-sosok muslimah lainnya. Pendidikan menjadi
hajatul asasi (kebutuhan asas) warganya dan dijamin oleh Khilafah penyediaannya,
orang-orang akan berlomba-lomba menuntut ilmu, berlomba-lomba menjadi inisiator
ilmu pengetahuan dan teknologi, para orang tua akan memotivasi anaknya untuk
menjadi manusia yang bermanfaat dengan ilmu dan amal. Semua itu murni atas
dorongan ketaqwaan. Maka sudah tentu, tegaknya sistem paripurn ini menjadi harapan
bagi manusia yang rindu akan perubahan hakiki.
No comments:
Post a Comment