Sunday, May 4, 2014

Berilmu

Masih banyak orang tua saat ini yang beranggapan bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi, termasuk orang-orang tua tionghoa karena ujung-ujungnya anak perempuan hanya akan kembali ke dapur. Tamat SMA lebih baik segera menikah saja, habis perkara.
Keluhan ini sempat disampaikan oleh sepupu-sepupu perempuan dari keluarga ayah yang tidak didukung keluarganya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi,  ini pula yang sempat saya alami menjelang kelulusan SMA, dan pemahaman tersebut jelas menjadi suatu hal yang menyulitkan bagi anak-anak perempuan yang berprestasi, mencintai pendidikan, juara kelas bahkan juara umum dari tahun ke tahun, mewakili sekolah dalam setiap olimpiade-olimpiade, perlombaan akademik dsb. Bisa terbayangkan bukan kesedihannya? Karena keumuman di tempat kelahiran, anak-anak peranakan tionghoa terkenal jenius di sekolah, sekian rentetan juara hampir semuanya milik mereka. Termasuk anak-anak perempuannya, bisa jadi ini dikarenakan ketekunan dalam belajar. Kompetisi juara menjadi hal yang mewarnai sekolah. Selain anugerah, jelas ini juga masuk ranah pilihan untuk menjadi istimewa atau biasa-biasa saja.

Jika hidup sudah diarahkan untuk menjadi pembelajar sejati, tentu akan menjadi hal yang berat jika harus berhenti sekolah, memang sangat-sangat disayangkan, Ini adalah prinsip. Dulu, ktika menghadapi kendala ini, setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya tekad inipun disampaikan kepada Ayah, lobi berminggu minggu hingga guru-guru pun ikut melobinya, dan Alhamdulillah akhirnya pertahanan pemahaman anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi ini pun runtuh juga. Dengan meyakinkan bahwa, akan belajar kuat dan mandiri hidup di pulau orang, berusaha menjadi yang terbaik dan lulus cumlaude maksimal 4 tahun, komitmen ini telah sampaikan sejak awal. Dan tentu konsekuensinya tidak semudah membalikkan telapak tangan, kesulitan demi kesulitan pun pantang diadukan karena telah memilih jalan tersebut. Bismillah.. Dia yang akan menolong hambaNya.. Alhamdulillah, pintu kemudahan sedikit terbuka, setelah itu mindset ayah sedikit demi sedikit berubah, tidak pandang anak laki-laki atau anak perempuan, semuanya harus sekolah setinggi apapun, karena ilmu adalah modal kehidupan, hanya masalahnya kadang-kadang ketika orang tua sudah sangat baik, justru anaknya yang bermasalah tidak mau sekolah.
Maka dari itu, bagi yang punya kendala yang serupa, sebenarnya jangan pernah takut dengan suatu hal yang yang menjadi penghalang. Jangan malu dengan keterbatasan, bicaralah dari hati ke hati kepada kedua orang tuanmu, sampaikan dengan yakin dan jelas, Yakinlah pada mereka bahwa ada kekuatan yang Maha Besar yang sangat besar dibandingkan manusia yang lemah, itulah kekuatan Tuhan kita, Alloh. Dia mampu memudahkan apa yang sulit dan menyulitkan apa yang menurut manusia itu mudah. Sedikitpun jangan muncul rasa putus asa jika kesulitan tidak kunjung hilang atau sombong jika semuanya terasa mudah. Jika itu kebaikan, tugas kita hanya 1 yaitu berusaha terus menerus, berdo’a dengan keyakinan, dan tawakkal  sejak awal,  
Dari sistem hidup yang tidak adil, membeda-beda kan anak perempuan, menghambat pendidikan, tergerus tujuan menuntut ilmu yang hanya bertujuan menghasilkan agen-agen yang dibutuhkan pasar kapitalistik, seharusnya pula membukakan mata kita bahwa diantara sistem yang ada di dunia, hanya islam satu-satunya sistem yang memberi keadilan bagi manusia. Pendidikan mutlak dibutuhkan para muslimah agar dapat membekali diri menjadi seorang hamba yang berilmu, juga kelak sebagai ummu ajyal (ibu generasi). 


Telah tertulis dalam sejarah, banyak muslimah yang memberikan sumbangsih pada peradaban, ada sosok Sutayta al mahamli sebagai pakar matematika, Labana yang menguasai geometri, Nusayba binti Harits sebagai ahli bedah, Maryam al asturlabi, Zubaidah, dan sosok-sosok muslimah lainnya. Pendidikan menjadi hajatul asasi (kebutuhan asas) warganya dan dijamin oleh Khilafah penyediaannya, orang-orang akan berlomba-lomba menuntut ilmu, berlomba-lomba menjadi inisiator ilmu pengetahuan dan teknologi, para orang tua akan memotivasi anaknya untuk menjadi manusia yang bermanfaat dengan ilmu dan amal. Semua itu murni atas dorongan ketaqwaan. Maka sudah tentu, tegaknya sistem paripurn ini menjadi harapan bagi manusia yang rindu akan perubahan hakiki. 

No comments:

Post a Comment