Rasa
malu sudah dibuang jauh, padahal setelah iman yang menjadi benteng, malu menjadi
perisai kehormatan.
Pacaran
: Mungkin sudah tidak asing lagi dengan kata dan aktivitas satu ini, karena
pacaran telah dianggap sesuatu yang wajar di kalangan anak muda, dr
SD-SMP-SMA-bahkan Perguruan Tinggi sekalipun. Dan mirisnya, justru muncul anggapan aneh,
bagi anak muda yang tidak pacaran berarti
‘ketinggalan zaman’, ‘jual mahal’, ‘gak laku’. Bagi yang gampang terprovokasi
jelas ini menjadi bensin yang menghidupkan api, seolah-olah malu jika tidak
berpacaran, akhirnya ikut-ikutan pacaran.
Di
kota dan di Kampung pun tidak jauh berbeda, anak-anak sekarang lebih cepat ‘dewasa’
dan akrab dengan lawan jenisnya. Saat sholat tarawih tahun lalu di Mesjid dekat
rumah contohnya.. saat azan Isya’, anak-anak gadis nya ramai sekali berkumpul
di dalam masjid, saat Imam memberi aba-aba sholat tarawih, satu persatu keluar,
dan akhirnya tinggal lah satu baris jama’ah ibu-ibu. Setiap malam begitu, karena
agak penasaran, saat kultum menyempatkan sebentar kebelakang dan akhirnya
ketahuan, anak-anak muda nya bercanda di tiap pojokan masjid, dan di tempat parkir.
Ternyata sudah sangat jauh sekali keadaan waktu dulu dengan saat ini.
Dulu
bukan tidak ada teman yang berpacaran, tetap ada. Namun jumlahnya tidak sebanyak
sekarang, orang-orang pacaran masih sembunyi-sembunyi, dan kalau ketahuan akan
jadi bahan pembicaraan yang negative. Secara pribadi, saya melihat teman-teman
yang berpacaran terkesan lebih tua, padahal bisa jadi usia nya sama atau lebih
muda. dan memilih tidak mau berteman dekat dengan orang yang berpacaran, karena
rasanya tatapan mata orang yang berpacaran ini berbeda & tidak polos lagi,
senyum dan ketawanya, gerak geriknya, bicaranya gak nyambung, semua benar-benar
berbeda, tidak nyaman duduk dan berbicara dengannya lama-lama, tidak pantas pula
untuk usia semuda itu yang seharusnya waktu yang dimiliki diisi dengan sesuatu
yang produktif.
Mengerti…..
sangat mengeri perasaanmu adik-adikku…Hidup
di zaman yang serba tidak kondusif memunculkan ketidak tentraman, orang yang
tidak mau berpacaran bukan berarti ia aman dari kejaran orang-orang yang sudah
terpenuhi hawa nafsu syaitan ini, 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,
orang pun berdatangan… dengan berbagai macam karakternya.. ketika ditolak
karena tidak mau pacaran, pasti ada yang menerima, ada pula yang marah-marah,
meyebarkan berita yang kurang baik, dll.. hadapi saja dengan lapang hati,
mudah-mudhan ada pahala kesabaran disana, nangis-nangis sedikit karena sedih
diperlakukan kurang baik bolehlah, tapi sama Alloh aja…:) dicandain sudah makanan sehari-hari, namun tetap kalem saja, senyum lebar
bahagia.. Akan Alloh gantikan kesabaran mu dengan barakah.. selain itu tidak ada beban harus sms an
terus, malam mingguan, mojok :D dan buktikan dengan prestasi bahwa pacaran
hanya menmbawamu ke jurang kehinaan, sementara menghabiskan waktu dengan hal
yang bermanfaat akan membawamu kepada keberhasilan, semoga di perjalanan hidup
diisi dengan mengkaji Islam, maka sangat indah hidup ini tinggal menunggu
seorang ikhwan yang sholih menjemputmu dengan asma Alloh dan Akad atas
keridhoan kedua orang tuamu… :)
Kalau
alasan pacaran karena kasian, itu juga tidak boleh, beberapa tipikal laki-laki
yang belum faham adalah mereka tidak akan berhenti menggoda sampai yang jadi
targetnya menjadi pacarnya.. bukan istrinya.. alangkah dangkal sekali pemahaman
yang seperti ini. Itu tidak mungkin cinta, dear.. itu adalah kebodohan karena
nafsu. Orang yang mencintaimu dengan tulus tidak mungkin mengajakmu
bermaksiat, ia akan membimbingmu untuk bersama-sama meraih ketaatan., dan
ingat, ketaatan bersama pasanganmu hanya akan didapatkan dalam pernikahan,
tidak dengan pacaran.
Catatan
ini bukan berarti mengabaikan naluri yang telah dianugerahkan, karena
hakikatnya tertarik dan ada rasa kecenderungan itu fitrah, namun tidak mesti disalurkan
saat itu juga, apalagi dengan pacaran.. karena naluri dorongannya berasal dari
luar, jika tidak terpenuhi ia tidak akan menyebabkan kematian seperti hal nya
rasa lapar, haus, namun efek yang timbul adalah keresahan, dan keresahan ini
harus dialihkan dengan pengalihan yang tepat. Nabi Saw telah mengingatkan untuk
menyegerakan menyempurnakan separuh agama sebagai wujud panyaluran yang syar’I
dari naluri kasih sayang, dengan proses yang syar’I,, melayakkan diri dengan
mengkaji Islam agar kelak mendapat pemdamping yang terbaik. Semoga masih ada waktu untuk bertaubat atas kesalahan.. dan Ia berkenan menerimanya,
Terakhir,, ada kata-kata hikmah dari ust Sallim a fillah..
‘Alangkah
seringnya mentergesai kenikmatan tanpa ikatan, membuat detik-detik di depan
terasa hambar. Belajar dari ahli puasa, ada dua kebahagiaan baginya. Saat berbuka
dan saat Allah menyapa lembut memberikan pahal, inilah puasa panjangku.‘kekuatan
ada pada menahan, dan rasa nikmat itu terasa diwaktu buka yang penuh kejutan. Coba
saja kalau Allah yang menghalalkan setetes cicipan surga kan menjadi shadaqah
berpahala’ [Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan].
Batam, 5/3/2014 : Antara ingin menulis dan ingin bercerita… :)
No comments:
Post a Comment