Menyusui adalah investasi dunia akhirat bagi ibu sekaligus anak. Kementerian Kesehatan akan melarang iklan susu formula untuk bayi usia di bawah satu tahun mulai tahun depan. Ini dipicu masih rendahnya kesadaran kaum ibu untuk menyusui anaknya. Menurut Konsultan Neonatology RSCM, Prof Rulina Suradi, SpA (K) IBCLC, ibu yang memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayinya sampai berumur enam bulan saat ini masih rendah, yaitu kurang dari dua persen dari jumlah total ibu melahirkan. Apalagi menyusui sampai dua tahun.
“Itu antara lain terjadi karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tatalaksana rumah sakit yang salah, dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah,” katanya seperti dikutip www.depkes.go.id.
Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di RSCM Jakarta, Senin (25/10) mengatakan, "Susu formula tidak bagus untuk bayi baru lahir sampai usia satu tahun. Kita harus memberikan ASI, itu mengurangi kejadian autis dan meningkatkan kecerdasan anak."
Larangan iklan ini, kata Menkes, akan tercantum dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Pemberian ASI yang tengah disusun. RPP ini sendiri semula ditargetkan bisa terbit Oktober 2010 atau setahun sejak UU Kesehatan disahkan, yakni pada Oktober 2009. Pasalnya RPP Pemberian ASI baru bisa berjalan jika sudah ada peraturan pemerintah.
Membongkar Mitos
Gerakan pemberian ASI didukung larangan iklan susu formula, sangat penting untuk mendobrak mitos yang telanjur melekat di benak masyarakat bahwa susu formula lebih baik dari ASI.
Selama ini, iklan susu formula cenderung menyesatkan. Digambarkan, susu tersebut memiliki kandungan mineral penting yang bisa mencerdaskan anak. Padahal, kandungan susu formula tak sehebat ASI. Sudah banyak penelitian membuktikannya. ASI makanan terbaik bayi baru lahir sampai dua tahun, tiada bandingannya.
Sayang, banyak ibu-ibu terbujuk dengan iklan tersebut, terlebih para ibu pekerja (sibuk). Lebih ironis lagi, kalangan atas yang notabene terdidik, lebih mempercayakan kecerdasan anaknya pada susu sapi formula. Padahal meski mahal dan gengsi, tetap saja tak seideal ASI. Lagipula, konsumsi susu saja tak menjamin anak cerdas tanpa rangsangan sejak dini. Sementara rangsangan itu paling efektif diberikan saat menyusui.
Perlu diingat, susu formula yang diperas dari sapi, didesain agar menyamai ASI. Nutrisi seperti Omega-3, DHA, AA/ARA pun dibenamkan. Hanya, sehebat apapun, tak ada yang bisa menyamai ASI 100 persen. Bahkan dalam prosesnya, kerap membahayakan bayi. Seperti ditemukan kandungan melamin dan bakteri beberapa waktu lalu.
Yang paling penting, ada sistem imun dalam ASI yang tak ada dalam susu formula. Bayi ASI lebih kebal penyakit dibanding bayi bersusu sapi. Soal kecerdasan anak ASI, jangan tanya lagi. Buktikan sendiri!
Bukti Sayang Allah
ASI adalah ungkapan kasih sayang Allah sekaligus hak bagi si bayi. Ibu mendapatkan anugerah luar biasa untuk menjalankan kewajiban memberikan ASI itu pada buah cintanya.
Firman Allah SWT: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah [2]: 233)
Jika pemerintah baru tahun depan mengingatkan kembali pentingnya ASI, Allah SWT telah berabad-abad lalu mengingatkan manusia akan pentingnya ASI. Jauh sebelum ada penelitian yang membuktikan bahwa dua tahun pertama merupakan 'The golden age', masa keemasan bagi anak.
Karena itu, disunahkan bagi ibu menyusui anaknya selama dua tahun. Artinya, sangat dianjurkan oleh para ibu untuk melaksanakan tugas kodratinya ini, kecuali kondisi darurat.
Jadi, sangat disayangkan jika kaum ibu mencari-cari alasan untuk mengabaikan tugas menyusui ini. Seperti alasan bekerja, air susu kering atau sedikit (takut bayi tidak kenyang), atau takut merusak keindahan payudaranya.
Saking pentingnya ASI, bahkan Allah SWT memerintahkan untuk mencarikan ibu susuan bagi si bayi, bila ibu kandungnya tak sanggup menyusui dengan alasan syar'i. Tentu saja, Allah SWT tidak memerintahkan bayi untuk menyusu pada sapi, sebagaimana diperankan susu formula. Dengan demikian, hak bayi untuk menyusui tetap terpenuhi.
Kita bisa bercermin pada kisah Nabi Musa, di mana dalam keadaan sangat darurat pun, ibundanya berusaha mencari cara agar tetap bisa menyusui sang buah hati (QS Al-Qashash: 7). Allah pun berkenan mengabulkan doanya, ketika istri Fir'aun mencari ibu susuan dan pilihan jatuh pada ibunda Musa (QS Al-Qhashas: 12). Kita, dalam kondisi normal, masihkah berdalih menolak menyusui demi masa depan buang hati?
Di sisi lain, ibu susuan 'disetarakan' dengan ibu kandung. Ini menunjukkan pentingnya menyusui dan hukum-hukum yang kemudian berlaku. Saudara sepersusuan menjadi mahram (QS An-Nisaa':23).
Ibadah Terindah
Menyusui bayi, terlebih yang baru lahir, adalah aktivitas yang sangat indah. Mungkin sakit bagi si ibu, sulit bagi si mungil, tapi sungguh pengalaman berharga yang tidak ada bandingannya. Bagaimana ibu-bayi berinteraksi intensif untuk pertama kalinya setelah beberapa menit yang lalu si bayi masih di dalam perut sang bunda.
Menyusui bukan sekadar proses pengaliran ASI ke mulut bayi agar bayi kenyang dan tenang. Menyusui adalah saat penyaluran kasih sayang, pendidikan sejak dini dan ibadah. Ya, jadikan proses laktasi sebagai ibadah, bukan sekadar insting keibuan. Berapa kali bayi mereguk ASI sehari, kali dua tahun lamanya. Senilai itulah pahala yang didapat ibu. Betapa murah dan mudahnya mendulang pahala bagi para ibu shalihah ini.
Amru bin Abdullah pernah berkata kepada isteri yang menyusui bayinya, “Janganlah engkau menyusui anakmu seperti hewan yang menyusui anaknya karena didorong kasih sayangnya kepada anak. Akan tetapi susuilah dengan niat mengharap pahala dari Allah dan agar ia hidup melalui susuanmu itu. Mudah-mudahan ia kelak akan bertauhid kepada Allah Subhanahuwata'ala.”
Subhanallah, pelajaran yang sangat berharga. Betapa mungkin kita lupa, menyusui adalah bentuk investasi kita di dunia dan akhirat. Saat menyusui, adalah saat paling efektif untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sang buah hati. Ajaklah bicara, kenalkan pada Rabb-Nya, beri sentuhan kasih, dan tatap mata polosnya. Semoga anak kita menjadi anak yang bersyukur pada Rabb-nya dan orang tuanya.
”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Luqman :14)
Jadi tunggu apalagi, wahai para ibu, susuilah anak-anakmu![] kholda naajiyah