Harun ar-Rasyid, menjadi lebih istimewa, karena mempunyai istri yang cerdas, cantik dan luar biasa jasanya kepada Islam. Dia tak lain adalah Zubaidah binti Ja'far al-Akbar bin Abi Ja'far al-Manshur. Keinginannya untuk memberikan pelayanan kepada kaum Muslim, khususnya jamaah haji, sehingga memudahkan perjalanan mereka, diwujudkannya dalam megaproyek “Jalur Zubaidah”, yaitu jalur perjalanan yang berbasis arsitektur dan logistik modern.
Dia mulai dengan membuka jalan, mendirikan waduk, mengebor sumur, membangun perumahan dan tempat peristirahatan (rest area) di sepanjang jalur perjalanan tersebut. Dia juga mendirikan sejumlah tempat peristirahatan dan telaga air raksasa di Mina dan Arafah, juga melakukan pengeboran untuk sejumlah sumur. Dia menginstruksikan kepada para insinyur untuk mengalirkan air dari pegunungan yang ada di sekitar Makkah melintasi saluran air yang dibuat khusus untuk memindahkan ke waduk raksasa di dalam kota Makkah, yang kemudian diberi nama Birkah Zubaidah (Waduk Zubaidah).
Untuk mengerjakan mega proyeknya, dia memo-bilisir banyak potensi, pakar dan tenaga ahli untuk melak-sanakan mega proyek pembangunan ini. Dia meng-gunakan jasa para insinyur sipil untuk membuka dan memperbarui jalur perjalanan, menggambar rambu-rambu, serta mendirikan kolam-kolam raksasa, perumahan dan tempat peristirahatan, sementara para insinyur ahli geologi melakukan pengukuran sumber air. Para tukang bangunan juga telah dikerahkan untuk membangun kolam-kolam raksasa, telaga air raksasa, sumur bor dan saluran air kolam raksasa.
Sedangkan para petani diperintahkan untuk menanami tanah di sekelilingnya. Para penggembala diminta untuk mengusahakan dan mengembangkan kekayaan hewani untuk membekali para musafir dengan makanan, minuman dan logistik lainnya. Tidak lupa para arsitek dan ahli bangunan diminta untuk menghitung kebutuhan jalur perjalanan ini, termasuk pekerjaan perencanaan dan kajian untuk pengembangan dan peremajaannya agar sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan jamaah haji dan para musafir di masa mendatang. Perlu diketahui, mega proyek ini berhasil diselesaikan melalui kerja keras permaisuri yang luar biasa, dengan supervisi dan nafkah pribadinya.
Jalur Zubaidah ini sendiri meliputi Kufah, di Irak hingga Rafha, yang berbatasan dengan Saudi, lalu Rafha hingga Fida, dengan jarak kira-kira 120 km di sebelah tenggara; Fida hingga ar-Rabdzah (terletak 190 km dari Madinah ke arah timur, dengan jarak 350 km); ar-Rabdzah hingga berakhir di Makkah. Peninggalan mega proyek Zubaidah ini sampai sekarang masih. Di sini terdapat rest area Fida, dengan kolam Qarnatain, kolam al-Makhruqah Tuz, kolam al-Arainabah al-'Inabah dan kolam al-Jufailiyah al-Fahimah. Juga rest area Sumaira' dengan kolam Harir al-Hasanah, kolam Katifah al-'Abbasiyah. Selain itu, juga ada rest area al-Jafniyyah dengan kolam Wasad al-Mawiyah, dan rest area as-Shaq'a. Terakhir ar-Rabdzah yang dikenal sebagai kawasan arkeologis.
Fida, terletak di tenggara Hail, sekitar 120 km. Pada zaman 'Abbasiyah, Fida adalah kota terpenting yang berada di jalur perjalanan Zubaidah ini. Karena letaknya yang ada di tengah-tengah antara Kufah dan Makkah. Fida di masa itu telah dipersiapkan oleh Khilafah 'Abbasiyah untuk menyambut para jamaah haji dan umrah dengan makanan, minuman dan kendaraan yang mereka butuhkan. Para jamaah haji dan umrah pun bisa menitipkan barang-barang dan kendaraan mereka kepada penduduk Fida, untuk mereka ambil kembali sepulang mereka dari tanah suci. Karena itu, nama Fida terukir dalam syair Arab, Zahir bin Abi Salma.
Itulah wujud tanggung jawab seorang Khalifah dan permaisurinya yang begitu besar kepada Islam dan umatnya. Karenanya, Harun ar-Rasyid dan Zubaidah terpatri dalam ingatan umat Muhammad sepanjang masa
Dia mulai dengan membuka jalan, mendirikan waduk, mengebor sumur, membangun perumahan dan tempat peristirahatan (rest area) di sepanjang jalur perjalanan tersebut. Dia juga mendirikan sejumlah tempat peristirahatan dan telaga air raksasa di Mina dan Arafah, juga melakukan pengeboran untuk sejumlah sumur. Dia menginstruksikan kepada para insinyur untuk mengalirkan air dari pegunungan yang ada di sekitar Makkah melintasi saluran air yang dibuat khusus untuk memindahkan ke waduk raksasa di dalam kota Makkah, yang kemudian diberi nama Birkah Zubaidah (Waduk Zubaidah).
Untuk mengerjakan mega proyeknya, dia memo-bilisir banyak potensi, pakar dan tenaga ahli untuk melak-sanakan mega proyek pembangunan ini. Dia meng-gunakan jasa para insinyur sipil untuk membuka dan memperbarui jalur perjalanan, menggambar rambu-rambu, serta mendirikan kolam-kolam raksasa, perumahan dan tempat peristirahatan, sementara para insinyur ahli geologi melakukan pengukuran sumber air. Para tukang bangunan juga telah dikerahkan untuk membangun kolam-kolam raksasa, telaga air raksasa, sumur bor dan saluran air kolam raksasa.
Sedangkan para petani diperintahkan untuk menanami tanah di sekelilingnya. Para penggembala diminta untuk mengusahakan dan mengembangkan kekayaan hewani untuk membekali para musafir dengan makanan, minuman dan logistik lainnya. Tidak lupa para arsitek dan ahli bangunan diminta untuk menghitung kebutuhan jalur perjalanan ini, termasuk pekerjaan perencanaan dan kajian untuk pengembangan dan peremajaannya agar sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan jamaah haji dan para musafir di masa mendatang. Perlu diketahui, mega proyek ini berhasil diselesaikan melalui kerja keras permaisuri yang luar biasa, dengan supervisi dan nafkah pribadinya.
Jalur Zubaidah ini sendiri meliputi Kufah, di Irak hingga Rafha, yang berbatasan dengan Saudi, lalu Rafha hingga Fida, dengan jarak kira-kira 120 km di sebelah tenggara; Fida hingga ar-Rabdzah (terletak 190 km dari Madinah ke arah timur, dengan jarak 350 km); ar-Rabdzah hingga berakhir di Makkah. Peninggalan mega proyek Zubaidah ini sampai sekarang masih. Di sini terdapat rest area Fida, dengan kolam Qarnatain, kolam al-Makhruqah Tuz, kolam al-Arainabah al-'Inabah dan kolam al-Jufailiyah al-Fahimah. Juga rest area Sumaira' dengan kolam Harir al-Hasanah, kolam Katifah al-'Abbasiyah. Selain itu, juga ada rest area al-Jafniyyah dengan kolam Wasad al-Mawiyah, dan rest area as-Shaq'a. Terakhir ar-Rabdzah yang dikenal sebagai kawasan arkeologis.
Fida, terletak di tenggara Hail, sekitar 120 km. Pada zaman 'Abbasiyah, Fida adalah kota terpenting yang berada di jalur perjalanan Zubaidah ini. Karena letaknya yang ada di tengah-tengah antara Kufah dan Makkah. Fida di masa itu telah dipersiapkan oleh Khilafah 'Abbasiyah untuk menyambut para jamaah haji dan umrah dengan makanan, minuman dan kendaraan yang mereka butuhkan. Para jamaah haji dan umrah pun bisa menitipkan barang-barang dan kendaraan mereka kepada penduduk Fida, untuk mereka ambil kembali sepulang mereka dari tanah suci. Karena itu, nama Fida terukir dalam syair Arab, Zahir bin Abi Salma.
Itulah wujud tanggung jawab seorang Khalifah dan permaisurinya yang begitu besar kepada Islam dan umatnya. Karenanya, Harun ar-Rasyid dan Zubaidah terpatri dalam ingatan umat Muhammad sepanjang masa
No comments:
Post a Comment