Thursday, July 28, 2011

Dakwah Ini Tidak Bisa Diemban OIeh Orang Yang Manja dan Lemah

Dalam perjalanan ke Najed. Abu Musa Al Asyari RA meriwayatkan. “Dalam perjalanan itu kami keluar bersama Rasulullah SAW. Waktu itu kami enam orang bergantian mengendarai satu unta. Seorang naik unta secara bergantian. Sambil menunggu giliran kami harus menempuh perjalanan yang panjang. sehingga telapak kaki kami pecah-pecah dan kuku-kukunya pun copot. Waktu itu kami balut kaki kami dengan sobekan kain sehingga aku menyebut peperangan itu perang Dzatur Riqaa “Sobekan Kain.” Abü Musa Al Asyari menyebutkan hadits ini tetapi kemudian ia tidak menyukainya. Seolah-olah dia tidak suka untuk menceritakan pengalamannya.


Dalam riwayat lbnu lshaq dan Ahmad dan Jabir bin Abdullah RA ia menceritakan. “Kami berangkat bersama Rasulullah SAW pada perang Dzatur Riqaa. Pada kesempatan itu tertawanlah seorang wanita musyrikin. Setelah Rasulullah SAW berangkat pulang, suami wanita itu yang sebelumnya tidak ada di rumah baru saja datang. Kemudian lelaki itu bersumpah tidak akan berhenti mencari sebelum dapat mengalirkan darah para sahabat Muhammad SAW. Lalu lelaki itu keluar mengikuti jejak perjalanan Rasulullah SAW. Pada sebuah lorong di suatu lembah Rasulullah SAW bersama para sahabat berhenti. Kemudian beliau bersabda, “Siapakah di antara kalian yang bersedia menjaga kita malam ini?” Jabir berkata, “Maka majulah seorang dari Muhajirin dan seorang lagi dan Anshar lalu keduanya menjawab, Kami siap untuk berjaga ya Rasulullah’. Nabi Muhammad SAW berpesan Jagalah kami di mulut lonong ini.” Jabir menceritakan waktu itu, Rasulullah SAW bersama para sahabat berhenti di lorong suatu lembah.

Ketika kedua orang sahabat itu keluar ke mulut lorong, sahabat Anshar berkata pada sahabat Muhajirin, Pukul berapa engkau inginkan aku berjaga, apakah permulaan malam ataukah akhir malam?’ Sahabat Muhajirin menjawab Jagalah kami di awal malam.’ Kemudian sahabat Muhajirin itu berbaring dan tidur Sedangkan sahabat Anshar melakukan shalat. Jabir berkata, datanglah lelaki musyrikin itu dan ketika mengenali sahabat Anshar dia paham bahwa sahabat itu sedang bertugas juga. Kemudian orang ini memanahnya tepat mengenai dirinya. Lalu sahabat Anshar mencabutnya kemudian berdiri tegak melanjutkan shalatnya. Kemudian orang musyrikin itu memanahnya lagi dan tepat mengenainya lagi, lalu sahabat itu mencabut kembali anak panah itu kemudian berdiri tegak melanjutkan shalatnya. Kemudian untuk ketiga kalinya orang itu memanah kembali sahabat Anshar tersebut dan tepat mengenai dirinya. Lalu dicabut pula anak panah itu kemudian ia rukuk dan sujud. Setelah itu la membangunkan sahabat Muhajirin seraya berkata, ‘Duduklah karena aku telah dilukai.’ Jabir berkata, “Kemudian sahabat Muhajirin itu melompat mencari orang yang melukai sahabat Anshar itu. Ketika orang musyrikin itu melihat keduanya ia sadar bahwa dirinya telah diketahui maka ia pun melarikan diri. Ketika sahabat Muhajirin mengetahui darah yang melumuri sahabat Anshar, ia berkata, Subhanalloh kenapa engkau tidak membangunkan aku dari tadi?’ Sahabat Anshar menjawab, Aku sedang membaca surat dan aku tidak ingin memutusnya. Namun, setelah orang itu berkali-kali memanahku barulah aku rukuk dan memberitahukan dirimu. Demi Alloh SWT kalau bukan karena takut mengabaikan tugas penjagaan yang diperintahkan Rasulullah SAW kepadaku niscaya nafasku akan berhenti sebelum aku membatalkan shalat.”

Kesetiaan Memenuhi Seruan Da’wah, lndikasi Sikap Militan hamiluddawah bukanlah perjalanan yang banyak ditaburi oleh kegemerlapan dan kesenangan melainkan ia merupakan perjalanan panjang yang penuh tantangan dan rintangan yang berat. Telah banyak kita dapati sejarah orang-orang terdahulu yang merasakan perjalanan dawah ini. Ada yang disiksa, ada pula yang harus meninggalkan kaum kerabatnya ada pula yang diusir dan kampung halamannya. Dan sederetan kisah penjuangan lainnya yang banyak tersebar bukti dan pengorbanannya dalam jalan da’wah ini. Mereka telah merasakan dan sekaligus membuktikan cinta dan kesetiaan mereka terhadap da'wah.

Abu Musa Al Asyari dan para sahabat lainnya — Semoga Alloh SWT meridhai mereka—telah merasakannya hingga kaki-kaki mereka robek dan kukunya copot. Namun, mereka arungi penjalanan itu tanpa mengeluh sedikit pun bahkan mereka malu untuk menceritakannya karena keikhlasan mereka dalam perjuangan ini Keikhlasan membuat mereka gigih dalam pengorbanannya dan menjadi tinta emas sejarah umat da’wah ini.

Pengorbanan yang telah mereka berikan dalam perjalanan da’wah ini menjadi suri teladan bagi generasi sesudahnya. Karena kontribusi yang telah mereka sumbangkan, maka da’wah ini tumbuh bersemi dan generasi berikutnya memanen hasilnya dengan gemilang. Kawasan Islam telah tersebar ke seluruh pelosok dunia. Umat Islam telah mengalami populasi dalam jumlah besar. Semua itu merupakan karunia yang diberikan Alloh SWT melalui kesungguhan dan kesetiaan para pendahulu da’wah ini. Semoga Alloh meridhai mereka dan mereka pun ridha kepadaNya..
Mereka telah mengalami langsung apa yang difirmankan Alloh SWT dalam Al Quran surat At Taubah ayat 42, berikut:

“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan penjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Alloh: Jika kami sanggup tentulah kami benangkat bersamamu” Meneka membinasakan diri mereka sendiri dan Alloh mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta”.

Mereka juga telah melihat siapa-siapa yang dapat bertahan dalam mengarungi perjalanan yang berat itu. Hanya orang-orang yang setialah yang senantiasa tabah meniti perjalanan da’wah ini. Kesetiaan yang menjadikan pemiliknya sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian. Menjadikan mereka optimis menghadapi kesulitan dan siap berkorban untuk meraih kesuksesan. Kesetiaan yang menghantarkan mereka untuk berada pada barisan terdepan dalam perjuangan ini. Kesetiaan yang membuat pelakunya berbahagia dan sangat menikmati beban hidupnya. Setia dalam kesempitan dan kesukaran demikian pula setia dalam kelapangan dan kemudahan.

Sebaliknya orang-orang yang rentan jiwanya dalam perjuangan ini tidak akan dapat bertahan lama. Mereka mengeluh atas beratnya perjalanan yang mereka tempuh. Mereka pun menolak untuk menunaikannya dengan berbagai macam alasan agar mereka diizinkan untuk tidak ikut. Mereka pun berat hati berada dalam perjuangan ini dan akhirnya berguguran satu persatu sebelum mereka sampai pada tujuan perjuangan. Penyakit wahn telah menyerang mental mereka yang rapuh sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan pahit sebagai resiko dan sunnah dakwah ini. Malah mereka menggugatnya lantaran anggapan mereka bahwa perjuangan dakwah tidaklah harus rnengalami kesulitan.

“Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Alloh dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya. Dan jika mereka beliau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Alloh tidak menyukai keberangkatan mereka. Maka Alloh melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka:

“Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.’ (At Taubah, 91: 45-46)


Kesetiaan merupakan indikasi sikap militan hamiluddakwah. Sikap ini membuat mereka stand by menjalankan tugas yang terpikul di pundaknya. Mereka pun dapat menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Bila ditugaskan sebagai prajurit terdepan dengan segala akibat yang akan dihadapinya senantiasa berada pada posnya tanpa ingin meninggalkannya sekejap pun. Atau bila ditempatkan pada bagian belakang maka ia pun akan berada pada tempatnya tanpa berpindah-pindah. Sebagaimana yang disebutkan Rasulullah SAW dalam beberapa riwayat tentang prajurit yang baik.

Keyakinan Pada Janji-Janji Alloh SWT Orang-orang yang telah membuktikan kesetiaannya pada da’wah lantaran keyakinan mereka terhadap janji-janji Alloh SWT. Janji yang tidak akan pernah dipungkiri sedikit pun. Alloh SWT telah banyak memberikan janji-Nya pada orang-orang yang beniman yang setia pada jalan da’wah ini berupa berbagai anugerahNya. Sebagaimana yang terdapat dalam Al Qur’an:

Hal orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Alloh, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Alloh mempunyai karunia yang besar’. (Al Anfal 81:29)

Dengan janji Alloh SWT tersebut orang-orang beriman tetap bertahan mengarungi jalan da’wah ini. Dan mereka pun tahu bahwa penjuangan yang berat itu sebagai kunci untuk mendapatkannya. Semakin berat perjuangan ini semakin besar janji yang diberikan Alloh SWT kepadanya. Kesetiaan yang bersemayam dalam din mereka itulah yang membuat mereka tidak akan pernah menyalahi janji-Nya dan mereka pun tidak akan pernah mau mengubah janji kepada-Nya.

‘Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (Al Ahzab 33: 23)

Hamiluddakwah sangat menyakini bahwa kesabaran yang ada pada dirinya yang membuat mereka kuat menghadapi berbagai tantangan dawah. Bila dibandingkan apa yang kita lakukan serta yang kita dapatkan sebagai resiko perjuangan di hari ini dengan keadaan orang-orang terdahulu dalam penjalanan da’wah ini belumlah seberapa. Pengorbanan kita di hari ini masih sebatas pengorbanan waktu untuk da’wah. Pengorbanan tenaga dalam amal untuk kepentingan da’wah. Pengorbanan sebagian kecil dan harta kita yang banyak. Dan bentuk pengorbanan ecek-ecek lainnya yang telah kita lakukan. Coba lihatlah pengorbanan orang-orang terdahulu, ada yang disisir dengan sisir besi, ada yang digergaji, ada yang diikat dengan empat ekor kuda yang berlawanan arah lalu kuda itu dipukul untuk lari sekencang-kencang hingga robeklah orang itu. Ada pula yang dibakar dengan tungku yang berisi minyak panas. Mereka dapat menerima resiko karena kesabaran yang ada pada dirinya.

Kesabaran sebagai kuda-kuda pertahanan orang-orang beriman dalam meniti perjalanan ini. Bekal kesabaran mereka tidak pernah berkurang sedikit pun karena keikhlasan dan kesetiaan mereka pada Alloh SWT

“Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dan pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Alloh, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Alloh menyukai orang-orang yang sabar.” (Al lmran3: 146)

BiIa kita memandang kehidupan generasi pilihan, kita akan temukan kisah-kisah brilian yang telah menyuburkan da’wah ini. Muncullah pertanyaan besar yang harus kita tujukan pada diri kita saat ini. Apakah kita dapat menyemai da’wah ini menjadi subur dengan perjuangan yang kita lakukan sekarang ini ataukah kita akan menjadi generasi yang hilang dalam sejarah da’wah ini? Ingat, dawah ini tidak akan pernah dapat dipikul oleh orang-orang yang manja. Militansi merupakan kendaraan yang akan menghantarkan kepada kesuksesan da’wah ni. Wallahu a’lam

No comments:

Post a Comment