Suatu ketika Rosululloh ditanya tentang kematian dan beliau menjawab, “kematian yang paling mudah serupa dengan sebatang pohon duri yang menancap pada kain sutra. Apakah pohon itu dapat diambil tanpa meninggalkan bekas koyak pada kain?”
Berbagai gambaran tentang sakitnya kematian pernah diungkapkan, dan ini adalah sebagian kecil saja yang pernah tercatat dan ditemukan.
Al Auza’I berkata, :telah sampai kabarpada ku, bahwa orang mati itu terus merasakan sakitnya kematian sampai kelak ia dibangkitkan dari kubur”.
Salah seorang sahabat, semasa Umar menjabat sebagai Khalifah pernah ditanya tentang sakitnya kematian. “kematian itu seperti sebatang pohon berduri yang dimasukkan ke dalam perut seseorang. Kemudian dengan sekuat tenaga pohon itu dicabutnya, maka terbawalah semua yang terbawa dan disisakan semua yang tersisa”.
Diriwayatkan, konon dulu ada seseorang yang gemar sekali bertanya pada orang – orang yang sakit yang sedang menghadapi kematian. Tapi kemudian ia jatuh sakit sendiri dan maut bersiapa datang menjemput. Maka ia ditanya oleh seseorang tentang rasa kematian. “ seakan-akan langit runtuh ke bumi dan ruh ku ditarik melalui lubang jarum.”
Nabi Musa A.s menggambarkan kematian seperti ia menjadi seekot burung yang dibakar hidup-hidup. “ tak mati untuk terbebas dari rasa sakit, dan tidak bisa terbang untuk menyelamatkan diri.”
Rosululloh bersabda, “ manusia pasti akan merasakan derita dan sakitnya kematian. Dan sungguh, sendi-sendi nya akan saling mengucapkan kata selamat tinggal. “ sejahteralah atas mu dan sekarang kita saling berpisah hingga datang hari kiamat”.
Sungguh, meski banyak gambaran tentang kematian, sesungguhnya kematian itu lebih pedih dari senua yang bisa digambarkan. Tak satu pun dari kita yang sanggup menanggungnya, hanya keringanan saja yang akan kita terima. Itu pun dengan catatan, bahwa kita wafat dalam keadaan beriman dengan amal soleh yang melimpah. Belum terlambat untuk membuat satu perubahan.
Berbagai gambaran tentang sakitnya kematian pernah diungkapkan, dan ini adalah sebagian kecil saja yang pernah tercatat dan ditemukan.
Al Auza’I berkata, :telah sampai kabarpada ku, bahwa orang mati itu terus merasakan sakitnya kematian sampai kelak ia dibangkitkan dari kubur”.
Salah seorang sahabat, semasa Umar menjabat sebagai Khalifah pernah ditanya tentang sakitnya kematian. “kematian itu seperti sebatang pohon berduri yang dimasukkan ke dalam perut seseorang. Kemudian dengan sekuat tenaga pohon itu dicabutnya, maka terbawalah semua yang terbawa dan disisakan semua yang tersisa”.
Diriwayatkan, konon dulu ada seseorang yang gemar sekali bertanya pada orang – orang yang sakit yang sedang menghadapi kematian. Tapi kemudian ia jatuh sakit sendiri dan maut bersiapa datang menjemput. Maka ia ditanya oleh seseorang tentang rasa kematian. “ seakan-akan langit runtuh ke bumi dan ruh ku ditarik melalui lubang jarum.”
Nabi Musa A.s menggambarkan kematian seperti ia menjadi seekot burung yang dibakar hidup-hidup. “ tak mati untuk terbebas dari rasa sakit, dan tidak bisa terbang untuk menyelamatkan diri.”
Rosululloh bersabda, “ manusia pasti akan merasakan derita dan sakitnya kematian. Dan sungguh, sendi-sendi nya akan saling mengucapkan kata selamat tinggal. “ sejahteralah atas mu dan sekarang kita saling berpisah hingga datang hari kiamat”.
Sungguh, meski banyak gambaran tentang kematian, sesungguhnya kematian itu lebih pedih dari senua yang bisa digambarkan. Tak satu pun dari kita yang sanggup menanggungnya, hanya keringanan saja yang akan kita terima. Itu pun dengan catatan, bahwa kita wafat dalam keadaan beriman dengan amal soleh yang melimpah. Belum terlambat untuk membuat satu perubahan.
No comments:
Post a Comment