Friday, January 15, 2010

waktu...


Waktu semakin tipis, tapi kesadaran tak semakin menebal. Waktu kian habis. Namun, belum juga kita sampai pada titik nalar yang benar.
Kita seharusnya selalu dituntut untuk sadar. Sadar dalam menjalani waktu. Karena sesungguhnya kita sedang mencipta sejarah. Sejarah apa yang telah kita cipta setahun yang lalu? Sejarah apa yang telah kita ubah sebulan yang lalu? Bahkan sejarah apa yang sedang kita pikirkan sedetik lalu? Pertanyaan-pertanyaan yang selayaknya kita layangkan berulang-ulang tidak saja pada diri sendiri tapi juga pada karib, kawan. Sejarah apa yang sedang kita sulam?

Hidup bukanlah rangkaian waktu yang terjadi begitu saja. Dari tiada lalu lahir, besar, tua, dan hilang. Sungguh, tak seperti itu yang terjadi sebenarnya. Kita akan ditanya tentang waktu-waktu yang telah berlalu dalam hidup ini. Ditanya oleh yang punya waktu, kemana saja waktu dihabiskan dan pergi.
Waktu adalah pedang, begitu kata pepatah arab. Tapi sekali lagi, meski waktu adalah pedang, tak pernah kita punya perasaan bahwa sewaktu-waktu kita terpenggal. Kita masih banyak menjalani waktu tanpa kesadaran mencipta sejarah. Kita menjalani waktu seolah kita lahir, besar, lalu tua dan mati, hilang tanpa dituntut pertanggungjawaban.

Waktu akan terus mengapung dalam ruang hidup, meminta jawab dan selalu mengajukan pertanyaan. Sungguh, kita tak diajrkan untuk menjalankan hidup apa adanya. Rosul merancang hidupnya. Rosul merancang dakwah nya. Rosul merancang sejarahnya. Begitu juga dengan sahabat dan uswah teladan lainnya. Hidup mereka tidak mengalir begitu saja. Mereka memikirkan apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang dan peran apa yang harus mereka mainkan.

Peranan dalam sejarah harus kita tentukan. Kita tak bisa lagi membiarkan waktu berlalu tanpa peran dan jejak-jejak kaki kita mencipta sejarah. Tentu saja sejarah yang cemerlang, diingat dan dituturkan dengan bangga dan riang. Bukan sejarah yang diceritakan dengan mengenang segala keburukan.

No comments:

Post a Comment