Wednesday, August 18, 2010

Islam Memberi Jawapan Terhadap Demokrasi

Sifat yang benar bagi sistem demokrasi adalah sistem yang menjadikan pemisahan agama dari kehidupan sebagai qa’idah fikriyah (kaedah berfikir) yang di atasnya terhasil tentang pemahaman kedaulatan milik umat, dan al-hakim iaitu yang berhak mengeluarkan dan membuat sejumlah hukum adalah akal saja, jadi tidak ada hubungannya dengan Sang Pencipta. Maka, dalam demokrasi al-hakim dan as-siyadah (kedaulatan) dan kuasa mengeluarkan hukum-hukum, hanya milik akal dan bukan syara’.

Setelah difahami secara mendalam berkenaan demokrasi dari awal pembahasan, dapat kita fahami bahawa sesungguhnya demokrasi sangatlah bertentangan dengan islam, baik dari sudut meyakininya atau mengambilnya untuk diamalkan serta diterapkan di dalam kehidupan. Ketika demokrasi yang lahir akidah sekularisme mengatakan bahawa kedaulatan adalah milik umat, maka Allah SWT telah memberikan jawapannya di dalam al-quran:

”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (TQS an-Nisa’[4]: 59)

Ketika idea demokrasi mengambil suara majoriti untuk menentukan kebenaran dan keadilan, maka Allah SWT memberikan jawapannya di dalam al-quran:

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (TQS an-Nisa’[4]: 65)

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (TQS an-Nisa’[4]: 58)



“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), kerana (membela) orang-orang yang khianat.’ (TQS an-Nisa’[4]: 105)

“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya (terserah) kepada Allah. (yang mempunyai sifat-sifat demikian) Itulah Allah Tuhanku. kepada-Nya lah aku bertawakal dan kepada-Nyalah aku kembali.” (TQS Asy-Syura[42]: 10)

Ketika idea demokrasi membenarkan manusia untuk mempertimbangkan taklif syar’i yang telah Allah SWT tetapkan kepada hamba-hambanya yang mukhallaf, maka Allah SWT memberi jawapannya di dalam al-quran:

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa menderhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.” (TQS Al-Ahzab[33]: 36)

.

Ketika idea demokrasi mengingkari intervensi al-khaliq dalam menetapkan keputusan dalam setiap permasalahan, maka Allah SWT memberi jawapannya di dalam al-quran:

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (TQS al-Maidah[5]: 48)

Ketika thagut menjadi sandaran para pejuang demokrasi, maka perhatikanlah jawapan Allah SWT di dalam al-quran:

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada thaghut, Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (TQS An-Nisa’[4]: 60)

Ketika idea demokrasi mengingkari seruan rasul, ingatlah akan firman Allah SWT di dalam al-quran:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahawa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (TQS al-Anfal[8]: 24)

Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu[348] dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (TQS an-Nisa’[4]: 115)

”Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan Kami patuh”. dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (TQS an-Nur[24]: 51)

Nas-nas di atas adalah berupa ayat-ayat dari kitabullah yang bersifat Qath’iy ats-tsubut dan tidak ada ruang untuk mengingkarinya. Semua mengungkapkan dengan kalimat yang jelas tanpa kesamaran maknanya, iaitu sesungguhnya kedaulatan adalah hanya milik syara’ dan bukan milik akal manusia. Nas-nas tersebut juga mempunyai kesatuan makna yang sama, iaitu apabila manusia ingin menyelesaikan sebarang permasalahan haruslah dikembalikan kepada akidah dan syariat islam, dan bukan merujuk kepada akal yang lemah.

Wahai Kaum Muslimin!

Tidak cukupkah akan sekian banyaknya tentang kebobrokan dan kebinasaan idea Demokrasi yang bersandarkan akal semata, dan bertuhankan majoriti umat? Adakah kalian tidak pernah mendengar berkenaan firman Allah SWT:

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut[312], padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (TQS An-Nisa’[4]: 60)

Apakah kalian masih tuli akan kejelasan makna dan mafhum dari kibullah di atas? Dan masihkah kalian menginginkan selain Allah SWT sebagai pelindung di dunia dan akhirat? Adakah thagut itu setanding dengan sistem yang telah dijanjikan akan kebenaran dan keadilannya oleh Allah SWT? Sedar dan bertaubatlah kerana sesungguhnya Allah SWT maha penerima taubat. Firman Allah SWT:

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, nescaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarah pun, nescaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. (TQS Az-Zalzalah[99]: 7-8)

Saudaraku, sesungguhnya Allah SWT telah menjelaskan kepada manusia seluruh hukum dan sistem yang mengatur perbuatan-perbuatan manusia dalam kehidupannya, baik masalah ekonomi, sosial, interaksi internasional dan lain-lain. Hukum-hukum itu diperlukan manusia bagi mengatur ketiga-tiga interaksinya, iaitu interaksi antara manusia dengan tuhannya, manusia dengan manusia lain, dan dengan diri sendirinya. Di dalamnya tercakup aspek pemerintahan, politik, ekonomi, pidana dan sanksi. Bagi urusan interaksi kaum muslimin dengan agama yang lainnya tercakup pula hukum-hukum ahl-dzimmah, hukum-hukum perang, jihad, perjanjian dan sebagainya. Ini semua dapat kita renungkan apabila melihat dan meneliti firman Allah SWT:

“pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.(TQS Al-Maidah[5]: 3)

Sebagai seorang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasulnya, tidak ada sosok yang layak kita contohi melainkan baginda Rasul. Sepanjang sirah perjuangan nabi, kita dapati bahawa sesungguhnya nabi tidak pernah berkompromi dengan kebatilan, dan sangat tegas dalam mempertahankan wahyu ilahi. Firman Allah SWT

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (TQS Al-Ahzab[33]: 21)

Ibnu Katsir menyatakan: “Ayat ini merupakan asas yang sangat pokok lagi agung dalam bersuri tauladan kepada Rasulullah Saw, dalam segala ucapan, perbuatan dan hal ihwalnya?. (Ibnu Katsir: 3/475)

Khatimah

Wahai para pejuang demokrasi, segera kembalilah kepada deen yang syumul iaitu islam, dan berpalinglah daripada dogma dan penipuan serta seruan-seruan dari musuh-musuh Allah dan Rasulnya, yang sering meniupkan idea-idea kufurnya ke telinga-telinga umat islam agar kita mengikut millah mereka. Kembalilah dalam meletakkan hanya Allah sebagai al-khaliq dan sebaik-baik pencipta dan pengatur bagi sekalian alam. Ketahuilah bahawa idea-idea yang ditabur oleh musuh-musuh islam ini, adalah bertujuan untuk melemah dan memalingkan kita dari akidah yang murni. Marilah kita renungkan firman Allah SWT sebagai penutup bicara artikel ini:

Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (TQS Al-Baqarah[2]: 257)

Wallahu’alam…



2 comments:

  1. Islam Memberi Jawapan Terhadap Demokrasi seharusnya Islam Memberi Jawaban Terhadap Demokrasi. Izin share.

    ReplyDelete
  2. iyya.. silahkan diperbanyak untuk kebaikan. jzk

    ReplyDelete