Tuesday, April 15, 2014

Manage #1



Hari ini dikejutkan dengan beberapa sms yang datang dari seorang teman, pernikahannya kini diambang perceraian karena beberapa masalah yang cukup kompleks. Berfikir keras bagaimana solusi yang baiknya jika sudah begini, ada anak-anak yang harus menjadi pertimbangan, sebaiknya saling intropeksi terlebih dahulu baru memutuskan hal yang besar.
++++
Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan bertanya pada diri sendiri..  Jika banyak masalah yang timbul dari pernikahan, maka tanyakan kembali hatimu, bukankah dulunya engkau telah memilih pasangan hidupmu atas keinginanmu sendiri? Menerima segala kelebihan dan kekurangannya. Melengkapi yang kurang dan bersyukur atas yang lebih. Dan juga sebaliknya. Kedua, intropeksi proses menuju pernikahan, hal yang baik harus dimulai dengan niat dan proses yang baik maka disanalah letak keridhoan Alloh, barakah akan datang jika kita menjadikan Alloh sebagai tujuan kita beramal. Sudahkah itu dijalani? Atau proses nya berlumur maksiat kepadaNya dan lupa untuk bertaubat sehingga panen barakah tidak didapatkan, yang didapat justru sebuah kegersangan dan penderitaan?.

Wajar adakalanya emosi akan muncul dan merasa tertekan ketika masalah datang bertubi-tubi, dari hal yang kecil soal kecemburuan hingga soal besar yang menyangkut perbedaan pandangan, standar halal haram, keegoisan satu pihak, hati yang merasa bosan hingga menyimpulkan sudah tidak ada lagi rasa cinta pada suami/istri sendiri, merasa terdzalimi, hingga semuanya tidak dikomunikasikan dengan baik yang akhirnya terkumpul dan menjadi bola salju yang besar yang satu waktu akan meledak oleh bom waktu. Astagfirulloh..Semoga permasalahan-permasalahan ini dapat menjadi pelajaran berharga untuk menjalani hidup kedepannya.

Bismillah.. Mari kita ulas satu persatu masalah ini sejauh yang difahami, hari ini kita bahas tentang masalah 'cemburu' dulu. 

1.      Cemburu
Bu Anna dalam tulisannya Ketika Cemburu Melanda Membahas tentang cemburu, sama seperti membahas tentang cinta. Rumusnya sebenarnya simpel, jika cinta karena Alloh cemburunya pun karena Alloh. Tapi jika cinta karena hawa nafsu, maka cemburunya pun karena hawa nafsu. Cinta karena Alloh adalah cinta sebab ada pada seseorang sifat dan perilaku yang dicintai Alloh. Dan yang pasti Alloh hanya mencintai sifat dan perilaku yang menaati secara mutlak seluruh perintahNya dan menjauhi laranganNya.Pun, saat ujian  menyapa.
Apa sebenarnya cemburu itu? Banyak yang pernah merasakan tapi masih susah saat mendefinisikan. Pengertian paling sederhana adalah rasa tidak suka karena sikap dan perbuatan pasangan dengan orang lain. Ketika suami berjalan, berboncengan berduaan dengan wanita ajnabi, seorang istri sholihah pasti cemburu. Istri sholihah pun akan cemburu ketika didapati suaminya tengah asyik bersms, berbbm, berfesbuk ria dengan wanita asing. Ini cemburu yang benar, cemburu karena Alloh pun cemburu dengan perilaku seorang suami seperti itu. Mungkin bagi sebagian orang biasa,bukan masalah, tapi tidak bagi wanita sholihah. Islam telah mengatur sedemikian rupa bagaimana interaksi antar lawan jenis, sekalipun di dunia maya. Islam melarang berdua-duaan karena yang ketiganya adalah setan. Islam pun mengajarkan interaksi pria wanita hanya dalam empat hal, kesehatan, pendidikan, peradilan, dan jual beli. Itupun masih lebih afdol dilakukan sesama jenis, kecuali sikon tak memungkinkan.
Cemburu, sebuah rasa yang Alloh hadirkan sebagai suatu bentuk ujian pada manusia. Sama seperti cinta, sakit, dan luka. Dan yang namanya perasaan pasti berada di bawah kendali manusia. Memilih untuk diikuti, berarti cemburu yang menguasai kita, atau memilih untuk dikelola yang berarti cemburu berada di bawah kekuasaan kita.
Sejatinya ada dua jenis cemburu, yaitu cemburu yang Alloh sukai dan yang tidak Alloh sukai. Rasulullah bersabda: “Rasa cemburu ada yang disukai Alloh dan ada pula yang tidak disukai-Nya. Kecemburuan yang disukai Alloh adalah yang disertai alasan yang benar. Sedangkan yang dibenci ialah yang tidak disertai alasan yang benar (cemburu buta).” (HR. Abu Daud).
Alasan yang benar disini misalnya adalah karena pasangan melakukan pelanggaran syariat sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits berikut:
Sa’ad bin Ubadah ra berkata: “Seandainya aku melihat seorang pria bersama istriku, niscaya aku akan menebas pria itu dengan pedang.” Nabi saw bersabda: “Apakah kalian merasa heran dengan cemburunya Sa`ad? Sungguh aku lebih cemburu daripada Sa`ad dan Alloh lebih cemburu daripadaku” (HR Bukhari Muslim).
Bisa juga karena pasangan tidak memperhatikan hak-hak suami atau istrinya. Seperti yang melanda banyak orang di era serba digital seperti sekarang ini, yang memunculkan istilah, ” yang jauh semakin dekat, yang dekat menjadi jauh.” Misal, istri yang lebih mengutamakan melayani sms, bbm pria lain daripada memanfaatkan waktu memperhatikan suaminya. Atau suami yang lebih suka memilih membangunkan wanita lain untuk tahajud dan sahur daripada memperhatikan istrinya. Atau suami lebih memilih mengirim sms nasihat agama pada wanita yang bukan istrinya. Sekalipun ada hak suami untuk taaruf lagi, bukan berarti hak istri boleh diabaikan. Apalagi bila interaksi antar lawan jenis sudah bukan dalam koridor taaruf dan di luar empat hal yang dibolehkan syara, seperti saling menanyakan kabar, minta didoakan, minta dibawakan oleh-oleh dan semisalnya.
Contoh lain mudah sekali didapati ketika kita menengok Internet. Seseorang yang pemalu di dunia nyata, bisa menjadi tidak tahu malu di dumay. Seorang wanita seolah “gatal” untuk tidak koment, menanggapi status atau twit ustadz idolanya, pada saat ada juga Ustadzah atau wanita lain yang sebenarnya bisa ditanya dan dijadikan tempat konsultasi. Atau seorang pria juga “gatal” untuk tidak nimbrung obrolan khusus para wanita. Ada kebanggaan berhasil berinteraksi dengan mereka yang di dunia nyata tak terjangkau. Bukan bersuudzon, tapi sesungguhnya sikap kehati-hatian lebih utama. Apalagi fakta telah bicara berapa banyak kasus perselingkuhan, main hati dan main api terjadi akibat interaksi antar lawan jenis di dumay (FB dkk).
Sesungguhnya Alloh cemburu, orang beriman cemburu, dan cemburuNya Alloh jika seorang Mu’min melakukan apa yang Alloh haramkan atasnya” (HR. Imam Ahmad, al-Bukhari dan Muslim).
Jadi cemburu sesungguhnya adalah perasaan yang dianugerahkan Alloh. Wajar bahkan wajib dimiliki untuk alasan yang dibenarkan. Ini berarti cemburu harus dimanaj sedemikian rupa agar proporsional dan tidak mengotori hati, apalagi mengarah pada pelanggaran syariat. Pada perilaku dosa dan mendatangkan murka Alloh. Betapa berbahayanya bila cemburu buta terjadi. Tak lagi si pencemburu buta takut pada Alloh. Tak peduli lagi ia pada dosa. Tak malu ia melakukan tindakan apa saja, sekalipun menyebarkan aibnya sendiri. Hawa nafsu yang terus diperturutkan dapat melupakan banyak hal, termasuk kehormatan diri dan keluarganya.
Di Samarinda, Kalimantan Timur seorang istri yang cemburu membakar suaminya hingga tewas (06/03/2013). Di Tasikmalaya, seorang pemuda nekat membunuh seorang janda mantan kekasihnya yang dicemburuinya (20/02/2013). Warga Desa Mojokerto cemburu dan gelap mata hingga akhirnya membacok seorang pria setelah melihat isi sms mesra istrinya dengan pria tersebut (08/03/2013).
Rosulullah sendiri tidak akan membiarkan jika cemburu itu mendorong perbuatan yang diharamkan seperti mengghibah.  Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, cukup bagimu Shafiyyah, dia itu begini dan begitu (pendek)”.  Rasulullah berkata: “Sungguh engkau telah mengucapkan satu kata, yang seandainya dicampur dengan air laut, niscaya akan dapat mencemarinya” (HR Abu Dawud).
Ketika mendapatkan Shafiyyah menangis Nabi bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?.”  Shafiyyah menjawab, “Hafshah mencelaku dengan mengatakan aku putri Yahudi”. Nabi berkata menghiburnya, “Sesungguhnya engkau adalah putri seorang nabi, pamanmu adalah seorang nabi, dan engkau adalah istri seorang nabi. Lalu bagaimana dia membanggakan dirinya terhadapmu?”.  Kemudian beliau menasihati, “Bertakwalah kepada Alloh, wahai Hafshah” (HR An Nasa’i).
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari perasaan cemburu buta :
1. Selalu mengikatkan hati, lisan dan perbuatan pada aturan Alloh. Ucapkan hanya kalimat-kalimat yang baik pada pasangan sekalipun sedang cemburu, sebab ucapan pun adalah doa. Hindari dari lisan yang mencaci maki, menghujat apalagi menghinakan, karena pasti akan menyakiti hati pasangan.
2. Perbanyaklah berdzikir untuk menenangkan hati. Sibukkan diri dengan membaca alquran, dan kalimah dzikrulloh yang dituntunkan seperti subhanalloh alhamdulillah laa illaha illalloh Allohu Akbar.
3. Memilih sabar dalam mengendalikan cemburu. Sesungguhnya sabar adalah penolong dan memiliki pahala tanpa batas.
4. Berdoa memohon pertolongan Alloh SWT dan membasahi hati serta lisan dengan istighfar. Pahami bahwa tanpa Alloh, kita tak punya daya apa-apa.
5. Selalu mengingat mati. Ini akan menjaga kita dari memilih perbuatan dosa dan mendholimi pasangan.
6. Bersikap qona’ah, menerima segala ketentuan Alloh dengan lapang dada. Cemburulah hanya jika Alloh pun cemburu.
7. Bersyukur pada pasangan. Ingatlah segala kebaikannya dan maafkan kekhilafannya yang tidak disengaja. Sadari seutuhnya pasangan pun manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan.
8. Membangun kepercayaan dan keterbukaan dengan pasangan. Panggillah pasangan dengan kata-kata yang indah dan penuh cinta, seperti rosululloh memanggil humaira pada ibunda Aisyah.
9. Jauhi sifat dan perilaku dendam, apalagi dengan memanfaatkan kelembutan dan kebaikan hati pasangan. Jauhi mengandalkan bisikan setan seperti ini, “Sedendam apapun aku, sedholim apapun aku….suatu saat nanti, beberapa tahun lagi…ia pasti akan memaafkanku dan membuka pintu hati untukku…karena cintanya padaku..selalu ada cara ia tak bisa melupakanku….ia akan kembali padaku.” Hemm sayang kita hidup di dunia nyata, bukan sinetron. Jadi berhentilah bermimpi dan berangan-angan.
10. Jadilah manusia yang kuat, yang mampu menundukkan diri sendiri. Sederas apapun angin menerpa, sekuat apapun tekanan menghujam, sebesar apapun badai dan gelombang menghantam jangan pernah bawa dan menceritakan masalah pribadi dan pasangan pada orang lain, dunia luar yang sejatinya tak tahu apa-apa tentang kehidupan kita. Kita adalah pakaian bagi pasangan. Menyebarkan aib pasangan sama saja dengan mempertontonkan aib diri sendiri. Jangan salahkan siapapun jika suatu saat nanti bisa menusuk balik pada diri kita. Ingatlah sebuah peribahasa, “mulutmu adalah harimaumu..” mulut kita sendiri yang justru akan menerkam diri.
11. Senantiasa melakukan introspeksi diri. Jujurlah untuk menilai diri sendiri dengan patokan hukum syara. Katakan benar jika memang benar, dan berbesar hatilah mengakui jika memang salah. Jangan pernah menjadikan orang lain sebagai kambing hitam atas pilihan perbuatan kita, atas apa yang terjadi pada kita atau atas maksiat/ketidaktaatan yang pernah kita lakukan. Ali bin Abu Tholib menasihati, ” kalau lupa dengan kesalahan diri, maka kesalahan orang lain akan lebih besar terlihat.
My mom said, cemburu dalam rumah tangga ibarat bumbu dalam sajian makanan, yang dengan bumbu-bumbu itu maka makanan akan bertambah lezat :D. Cemburu adalah hal yang alami muncul pada orang-orang yang mencintai suami/istrinya. Karena ia muncul dari perasaan (ghorizah nau) yang cukup sensitif ini. Namun, harus difahami, cemburu yang baik adalah cemburu yang semakin mengeratkan cinta suami-istri bukan malah menjadi sebuah percikan api yang memunculkan kobaran-kobaran api lainnya. Sangat disayangkan, bangunan pernikahan akhirnya hancur hanya karena permasalahan cemburu yang tidak dimanage dengan baik.
Ya Alloh, lindungilah hamba kelak dari cemburu yang menjauhkan dari keridhoanMu..

No comments:

Post a Comment