Seperti
biasa, setiap pukul 08.30 wib, saya dan adek perempuan berjalan keluar rumah
menuju tempat tujuan masing-masing. Di perjalanan keluar kompleks ke jalan
raya, lewatlah dari arah depan agak samping seorang laki-laki dewasa tak
dikenal, ia tersenyum ramah pada kami. Saya dan adek lalu bertatapan tanda
tanya, setelah itu adek saya langsung menghadapkan wajahnya ke arah lain, dan
saya yang tidak bisa menahan ketika ada yang tersenyum lalu membalas dengan
senyum kecil sambil menundukkan kepala.
A
: ‘Kak, orang tadi itu homo lho… ‘.
K
: (Deg) , ‘apa iya dek? Adek tau
darimana?’
A
: ‘iya, itu rumahnya yang deket tempat kita tinggal. Selalu tinggal berdua
dengan pacarnya yang juga laki-laki’.
K
: ‘Masa iya sih dek… gak boleh lho su’udzon…
kan kita belum tau benar apa enggaknya’.
A
: ‘iya, benar kak…. Setiap sore coba lihat pacarnya yang laki-laki itu sering
nyiram bunga, aku udah mengamati beberapa minggu ini, kehidupannya berbeda
dengan orang2 kebanyakan, gak bergaul, berdua-duaan kan keliatan kalo kita
lewat, pintunya gak ditutup’.
K
: ‘duuh… parah sekali kalo itu benar ya.. kehidupan rusak akibat sistem yang
dipake bathil yang menyuburkan prilaku-prilaku keji’.
A
: ‘iya kak… memang parah di Batam nih… ‘.
Dear
sobat, itu sekilas percakapan saya dan adek tadi pagi. Miris ya dengan
pergaulan rusak seperti itu, laki-laki dan perempuan yang berpacaran saja akan
buat kita ill feel, apalagi ini laki-laki pacaran dengan laki-laki dan yang
wanita juga berpacaran dengan sesamanya. Na’udzubillaah…
Percakapan
sekilas itupun mengingatkan saya tentang cerita seorang ukhti yang sudah
berkeluarga dan tinggal di kompleks perumahan yang dekat dengan perusahaan,
dimana warga nya kebanyakan pendatang, belum menikah dan berstatus sebagai
karyawan perusahaan.
Ukhti
ini bercerita, Suatu hari ia menyebar brosur usahanya ke rumah-rumah dan kost
kostan yang ada di komplek perumahan itu, alangkah terkejutnya saat mendapati
di beberapa blok rumah didiami oleh wanita lesbian, jumlahnya pun tidak sedikit,
kamar mereka berderetan. Dalam dunia
lesbian, ada wanita yang menjadi abang-abangnya (laki-lakinya) dengan tampilan
tomboy dan sok maskulin (rambut dipotong pendek, penampilan mirip laki-laki,
merokok, dan suaranya dibuat besar dan berat seperti kaum adam) dan ada yang
menjadi wanitanya dengan feminimnya (berambut panjang, dan penampilan seperti
wanita keumuman). Pengakuan dari seorang temannya yang mantan lesbian, bahwa
awal mula mereka tertarik dengan sesama jenis adalah berawal dari rasa sakit
hati setelah putus pacaran, empati, kemudian diberi perhatian dengan materi, hingga akhirnya ‘cinta alias nafsu.
Tercengang-cengang
sekali saya dibuatnya… ukhti ini menambahkan, ayolah tik kalo gak percaya saya
ajak tika kesana dan lihat mereka…hmm astagfirulloh.. :(
Dear
sobat, cerita diatas menjadi pengingat bahwa kita tidak hidup di tengah
masyarakat yang normal, yang bersih dari prilaku keji. Namun kita hidup di
tengah kondisi carut marut sejak Institusi penjaga aqidah, nasab, kehormatan (Khilafah) telah
runtuh lebih kurang 90 tahun silam. Kondisi yang sangat tidak kondusif untuk
lahirnya generasi-generasi kebanggaan Islam. Pola fikir dan pola sikap manusia telah
terkontaminasi paham-paham liberal dan pola hidup permisif buah dari sistem
Sekuler Kapitalistik.
Kepadamu
wahai pemuda pembawa perubahan sejati, terus kita obati ‘penyakit’ social di
tengah masyarakat agar sembuh, dan yang tak kalah penting adalah pengupayaan mengembalikan
khilafah yang akan membasmi kemaksiatan
menjadi darurat, untuk kita upayakan saat ini. Semangat! :)
No comments:
Post a Comment