Atas
nama emansipasi, para wanita berbondong-bondong meminta diakui hak nya untuk
dapat sejajar dengan laki-laki. Wujud emansipasi ini bermacam-macam, dari mulai
memetakan hidup untuk berkarier, hingga nekat menjadi single fighter hingga
akhir hayat.
Sejak
di SMA sekitar tahun 2005, saya mulai mengamati corak kehidupan masyarakatnya,
untuk skala kampung halaman (Kundur, karimun) emansipasi wanita saat itu belum
terlalu menggejala. Karena memang tidak banyak wanita nya yang lulus hingga S1
Perguruan Tingggi, modernisasi terasa agak lambat, perekonomian utama keluarganya
digerakkan oleh hasilperkebunan, laut, wiraswasta-wiraswasta, kebanyakan Pegawai
negerinya berasal dari luar daerah. Umumnya wanita disana adalah ibu rumah
tangga, termasuk ibu saya. Dan saya sangat bersyukur lahir dari seorang ibu
yang full time di rumah, dengannya kami 3 beradik mendapat perhatian penuh dari
mulai soal makanan, pendidikan, hingga masalah pergaulan diatur oleh kedua
orang tua.
Kemudian
pada tahun 2008, mulai mengenyam pendidikan di jawa Barat, corak masyarakatnya
cukup unik, wilayah luas, jumlah masyarakat nya cukup padat dan taraf ekonomi juga
bervarian. Ada diantara para wanita yang berdagang, bekerja di dinas-dinas
pemerintahan setempat, Pengajar/dosen, wartawan, buruh pabrik, tidak sedikit
pula yang menjadi TKW di luar negeri. Benturan pemikiran Islam dan pemikiran
barat sangat terasa, termasuk pengarusan ide emansipasi wanita. Banyak organisasi-organisasi
didirikan dan digerakkan oleh para intelektual kampus, ide feminisme yang
menjadi bahan kuliah di fakultas-fakultas social, sastra, bahkan isu persamaan
gender kerap pula disuarakan oleh para mahasiswa yang sudah tertsaqofahi ide
ini. Ditambah, jawa barat dekat dengan ibu kota, Jakarta, yang kita tahu pengarusan
sebuah ide dari titik pertama akan cepat mengena ke daerah-daerah terdekatnya.
Lulus
2012, kemudian kembali pulang dan tinggal di Batam tahun 2013. Kurang dari
setahun mengamati kondisi masyarakatnya, sedikit banyak dapat menilai, kalau di
jawa barat ide/konsep pemikiran adalah bahan yang menjadi perbincangan
sehari-hari dan hal yang sangat biasa dan sering untuk didiskusikan di kalangan
intelektualnya, para tokoh dan mahsiswa. Sedangkan di Batam agak sedikit
berbeda, ide emansipasi perempuan, feminism, gender, jarang sekali menjadi
objek perbincangan dan diskusi, bahkan di tengah kalangan intelektualnya
sekalipun (Tokoh masyarakat dan mahasiswa), masyarakat bahkan kurang kenal
dengan istilah-istilah ini. Meski kurang
faham dengan ide pokoknya (feminisme) namun praktiknya, Batam sebagai kota industri
menjadi contoh real daerah yang wanita nya berbondong-bondong kerja ke luar
rumah, bekerja di perusahaan-perusahaan, Perbankan, Teknik, dsb, bahkan tidak
jarang para wanita nya mendapat posisi yang lebih tinggi dibanding karyawan
laki-lakinya. Disini hal tersebut tidak lagi tabu, justru dipertanyakan bagi wanita yang berpendidikan tinggi tapi
tidak berkarier.
Dear
ukhti.. sebenarnya Emansipasi wanita yang kerapkali disuarakan orang-orang
barat, tidak akan ‘laku’ bagi para
muslimah yang mengerti fitrah dan kodratnya sebagai ibu generasi. Islam tidak pernah sedikitpun mendeskriminasi
para wanita, peran public sebagai pengemban dakwah, dan peran domestic sebagai ummun
wa robbatul bait (ibu dan manager rumah tangga) serta madrasatul ula (pendidik
pertama) anak-anaknya, semuanya diberikan tempat yang seadil-adilnya andai kita
mau berfikir dan merenungkan ayat-ayat Nya. dengan orientasi sibuk bekerja
saja, dan melalalaikan tugas-tugas utama ini justru kita telah berada dalam
perangkap kapitalisme yang tidak melihat wanita sebagai mahluk yang dihargai
namun tidak lebih sebatas objek eksploitasi, barang komersial yang berharga
ketika dapat memenuhi standar-standar mereka yang melampau batas. Wanita yang Sempurna, cantik, dan berdaya menurut
kapitalisme tidak lebih hanya Brain,
Beauty, dan Behaviour semata.
Maka,
para muslimah cerdas, tidak perlu menuntut kesetaraan dengan laki-laki, karena
fitrahnya wanita itu dipimpin bukan yang memimpin. Wanita itu dinafkahi oleh
suaminya bukan menafkahi. Ada tugas besar di pundak-pundak kita melebihi sibuk
berkarier di rumah yaitu mendidik anak-anak agar kelak mereka menjadi generasi yang
dibanggakan, para tentara Alloh. Pernah dengarkah kalimat yang menyebutkan
bahwa ‘generasi cerdas akan lahir dari ibu yang cerdas’.
Belum
terlambat untuk meluruskan persepsi, tuntutlah ilmu setinggi apapun, menikmati
proses mendapatkan ilmu dengan niat dan harapan ilmu tersebut akan kita gunakan
untuk mendidik diri, umat, keluarga kita, anak-anak kita kelak, dengan ilmu itu
memudahkan untuk dapat berinteraksi,untuk memudahkan pula bersosialisasi dengan
umat, tokoh umat dan menjadi contoh yang baik bagi para muslimah yang
merindukan hadirnya saudari yang menggenggam erat tangan dan pundaknya untuk
melangkah bersama menuju ketaatan pada Alloh. Alangkah mulianya jika berilmu yang
diperoleh untuk memberikan sumbangsih pada peradaban, karena ilmu yang
bermanfaat akan menjadi pahala yang tidak akan pernah berhenti mengalir. Salam hangat
& tetap semangat :)
No comments:
Post a Comment