Thursday, April 10, 2014

Mulianya Islam

Atas nama emansipasi, para wanita berbondong-bondong meminta diakui hak nya untuk dapat sejajar dengan laki-laki. Wujud emansipasi ini bermacam-macam, dari mulai memetakan hidup untuk berkarier, hingga nekat menjadi single fighter hingga akhir hayat.
Sejak di SMA sekitar tahun 2005, saya mulai mengamati corak kehidupan masyarakatnya, untuk skala kampung halaman (Kundur, karimun) emansipasi wanita saat itu belum terlalu menggejala. Karena memang tidak banyak wanita nya yang lulus hingga S1 Perguruan Tingggi, modernisasi terasa agak lambat, perekonomian utama keluarganya digerakkan oleh hasilperkebunan, laut, wiraswasta-wiraswasta, kebanyakan Pegawai negerinya berasal dari luar daerah. Umumnya wanita disana adalah ibu rumah tangga, termasuk ibu saya. Dan saya sangat bersyukur lahir dari seorang ibu yang full time di rumah, dengannya kami 3 beradik mendapat perhatian penuh dari mulai soal makanan, pendidikan, hingga masalah pergaulan diatur oleh kedua orang tua. 
Kemudian pada tahun 2008, mulai mengenyam pendidikan di jawa Barat, corak masyarakatnya cukup unik, wilayah luas, jumlah masyarakat nya cukup padat dan taraf ekonomi juga bervarian. Ada diantara para wanita yang berdagang, bekerja di dinas-dinas pemerintahan setempat, Pengajar/dosen, wartawan, buruh pabrik, tidak sedikit pula yang menjadi TKW di luar negeri. Benturan pemikiran Islam dan pemikiran barat sangat terasa, termasuk pengarusan ide emansipasi wanita. Banyak organisasi-organisasi didirikan dan digerakkan oleh para intelektual kampus, ide feminisme yang menjadi bahan kuliah di fakultas-fakultas social, sastra, bahkan isu persamaan gender kerap pula disuarakan oleh para mahasiswa yang sudah tertsaqofahi ide ini. Ditambah, jawa barat dekat dengan ibu kota, Jakarta, yang kita tahu pengarusan sebuah ide dari titik pertama akan cepat mengena ke daerah-daerah terdekatnya.
Lulus 2012, kemudian kembali pulang dan tinggal di Batam tahun 2013. Kurang dari setahun mengamati kondisi masyarakatnya, sedikit banyak dapat menilai, kalau di jawa barat ide/konsep pemikiran adalah bahan yang menjadi perbincangan sehari-hari dan hal yang sangat biasa dan sering untuk didiskusikan di kalangan intelektualnya, para tokoh dan mahsiswa. Sedangkan di Batam agak sedikit berbeda, ide emansipasi perempuan, feminism, gender, jarang sekali menjadi objek perbincangan dan diskusi, bahkan di tengah kalangan intelektualnya sekalipun (Tokoh masyarakat dan mahasiswa), masyarakat bahkan kurang kenal dengan istilah-istilah ini.  Meski kurang faham dengan ide pokoknya (feminisme) namun praktiknya, Batam sebagai kota industri menjadi contoh real daerah yang wanita nya berbondong-bondong kerja ke luar rumah, bekerja di perusahaan-perusahaan, Perbankan, Teknik, dsb, bahkan tidak jarang para wanita nya mendapat posisi yang lebih tinggi dibanding karyawan laki-lakinya. Disini hal tersebut tidak lagi tabu, justru dipertanyakan  bagi wanita yang berpendidikan tinggi tapi tidak berkarier.
Dear ukhti.. sebenarnya Emansipasi wanita yang kerapkali disuarakan orang-orang barat,  tidak akan ‘laku’ bagi para muslimah yang mengerti fitrah dan kodratnya sebagai ibu generasi.  Islam tidak pernah sedikitpun mendeskriminasi para wanita, peran public sebagai pengemban dakwah, dan peran domestic sebagai ummun wa robbatul bait (ibu dan manager rumah tangga) serta madrasatul ula (pendidik pertama) anak-anaknya, semuanya diberikan tempat yang seadil-adilnya andai kita mau berfikir dan merenungkan ayat-ayat Nya. dengan orientasi sibuk bekerja saja, dan melalalaikan tugas-tugas utama ini justru kita telah berada dalam perangkap kapitalisme yang tidak melihat wanita sebagai mahluk yang dihargai namun tidak lebih sebatas objek eksploitasi, barang komersial yang berharga ketika dapat memenuhi standar-standar mereka yang melampau batas. Wanita yang  Sempurna, cantik, dan berdaya menurut kapitalisme tidak lebih hanya Brain, Beauty, dan Behaviour semata.  
Maka, para muslimah cerdas, tidak perlu menuntut kesetaraan dengan laki-laki, karena fitrahnya wanita itu dipimpin bukan yang memimpin. Wanita itu dinafkahi oleh suaminya bukan menafkahi. Ada tugas besar di pundak-pundak kita melebihi sibuk berkarier di rumah yaitu mendidik anak-anak  agar kelak mereka menjadi generasi yang dibanggakan, para tentara Alloh. Pernah dengarkah kalimat yang menyebutkan bahwa ‘generasi cerdas akan lahir dari ibu yang cerdas’.
Belum terlambat untuk meluruskan persepsi, tuntutlah ilmu setinggi apapun, menikmati proses mendapatkan ilmu dengan niat dan harapan ilmu tersebut akan kita gunakan untuk mendidik diri, umat, keluarga kita, anak-anak kita kelak, dengan ilmu itu memudahkan untuk dapat berinteraksi,untuk memudahkan pula bersosialisasi dengan umat, tokoh umat dan menjadi contoh yang baik bagi para muslimah yang merindukan hadirnya saudari yang menggenggam erat tangan dan pundaknya untuk melangkah bersama menuju ketaatan pada Alloh. Alangkah mulianya jika berilmu yang diperoleh untuk memberikan sumbangsih pada peradaban, karena ilmu yang bermanfaat akan menjadi pahala yang tidak akan pernah berhenti mengalir. Salam hangat & tetap semangat :) 

No comments:

Post a Comment