Lapang, sempit, suka dan
duka, adalah fitrah manusia. Di setiap kondisi, Alloh telah meletakkan hikmah
disana, untuk diresapi, difahami, dan dijadikan pelajaran bagi manusia.
Saat-saat dimana
manusia sangat membutuhkan sandaran adalah ketika ia lemah, dan dalam keadaan
duka, Ia membutuhkan penyangga untuk
berbagi beban-bebannya. Penyangga yang
dengannya ia dapat bangkit kembali menapaki langkah demi langkah kehidupan. Penyangga yang dengannya ia dapat menggantungkan
sepenuhnya harapan. Penyangga yang
dengannya ia dapat berbinar haru dengan luapan syukur atas segala nikmat. Penyangga
yang dengannya ia dapat tegar dengan episode hidup yang tidak terduga. Penyangga yang dapat menerimanya kapanpun itu,
baik dalam sempit atau lapang, Sang Penyangga yang senantiasa ada dan terjaga, mengasihinya,
memaafkannya, tidak pernah tidur, dan tidak pernah lelah untuk mendengar segala
keluh kesah dari lisan dan hati yang dilindunginya.
Kebutuhan akan
penyangga ini mutlak ada pada setiap diri manusia, sebagai mahluk yang penuh
dengan keterbatasan, maka sudah tentu tidak dapat kita menyandarkan diri pada sesama
mahluk. Karena kekecewaan lah yang akan
kita dapatkan., juga berputus asa jika mahluk tersebut tidak sesuai harapan.
Maka, agar kekecewaan
dapat segera hilang. Lepaskanlah segala ketergantungan kepada mahluk. Dan bersandarlah
hanya kepada yang Maha, karena Penyangga terbaik itu adalah Tuhan yang MenciptakanMu,
yang MenghidupkanMu, Yang Memberimu Rizqi, juga Yang Mematikanmu.
No comments:
Post a Comment