Sebut
saja namanya Nur, ia adalah salah seorang saudari yang baru saja memeluk Islam
sejak tahun 2005 silam. Awal masuknya ia
ke dalam Islam adalah karena keyakinan dan ketertarikannya pada agama ini. Agama
yang ia anut sebelumnya (katolik) tidak meberikan ketenangan, juga sangat
banyak pertanyaan yang tak terjawabkan sehingga akhirnya timbul keraguan.
Alhamdulillah,
berkat izin Alloh dan bantuan dari temannya yang muslim, ia akhirnya
mengucapkan dua kalimat syahadat dan telah menjadi seorang muslimah. Jalan yang
penuh cahaya itu memang berliku, Alloh pasti akan menguji hambaNya semata-mata
untuk meningkatkan derajat ketaqwaan hamba. Sampailah pada 1 waktu, Nur menikah
dengan seorang muslim, duda, yang telah berkali-kali menikah dan bercerai
karena tidak mendapatkan anak dari pernikahan-pernikahan sebelumnya. Ia ikut
suaminya hijrah ke Batam, Alhamdulillah ia pun hamil, namun ujian itu datang saat
kandungannya berusia 7 bulan, ibu mertuanya dengan tidak berempati memaksa Nur
melahirkan dengan cesar meski tanda-tanda kelahiran anaknya belum nampak. Nur
yang seorang diri di tempat orang ini terpaksa mengikuti kehendak ibu
mertuanya, sedang suami tidak bisa melakukan apa-apa. Akhirnya Nur melakukan
operasi cesar dan lahirlah seorang anak laki-laki yang prematur, namun belum
sempat Nur melihat anaknya, sang ibu mertua telah membawa anaknya ke Malaysia
tempat ibu mertua itu tinggal. Sejak saat itu, Nur tidak berhenti menangis,
tiada hari tanpa menangis, dengan kesedihan yang amat mendalam menyaksikan
istrinya sedih, akhirnya suaminyapun menyusul ibu nya ke Malaysia untuk
mengambil kembali anaknya.
Namun,
hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan tahun, suaminya tidak kunjung
pulang. Dari info yang didapatkan, suaminya ini diguna-guna oleh ibunya sendiri
agar tidak kembali kepada Nur. Nur yang sedih dan stress dengan tekanan hidup
akhirnya pulang ke kampung halaman di Medan dengan tetap memakai kerudungnya. Namun,
ibarat jatuh tertimpa tangga pula, Nur bersama kedua orangtuanya yang tetap
mendukungnya meski masih nasrani, malah diusir oleh masyarakat di kampungnya
karena tidak menerima orang muslim di kampung tersebut yang mayoritas nasrani. Akhirnya
dengan keadaan terpaksa Nur kembali ke Batam, sedangkan kedua orangtuanya
tinggal di Pekanbaru.
Setibanya
di Batam, Nur kembali bekerja sebagai karyawan perusahaan. Beberapa tahun
setelah itu, ia dinikahkan oleh ibu kost nya dengan seorang pemuda dari
Cianjur. Pemuda ini meyakinkan bahwa ia telah siap menikahi Nur. Hingga akhirnya
Nur menerima dan merekapun menikah.
Setelah
menikah, semua kebohongan sedikit demi sedikit akhirnya terbongkar. Suaminya sebenarnya
adalah seorang pengangguran, ketikapun bekerja, tidak akan memakan waktu lama
kemudian dipecat kembali. Selain itu, suaminya memiliki kebiasaan
mabuk-mabukan. Hingga kini ia dikarunia seorang anak laki-laki berusia 3,5
bulan, namun sedikit simpanannya untuk susu anaknya selalu diambil suaminya
untuk bermabuk-mabukkan. Menahan lapar berhari-hari ia sudah terbiasa, namun yang
ia bimbangkan adalah anaknya yang masih sangat kecil hingga ia menerima tawaran
menyetrika pakaian tetangganya dengan upah 50 ribu/minggu. Uang itulah yang ia
gunakan sehari-hari.
Di
kajian pemula untuk mu’alaf kemarin ia datang dengan menggendong anaknya,
anggun sekali dengan kerudung dan jilbab yang diberikan saudari-saudarinya. Kembali
bercerita suaminya belum pulang 3 hari, karena telah membawa uang hasil
penggalangan dana kami untuk membantu membayar uang kontrakan rumah yang sudah
menunda 4 bulan. Dengan tenang, ia berkata, 'ce, meski Alloh memberi saya ujian, saya tetap tidak akan meninggalkan agama ini'. Masya Alloh… ishbir ya ukhti.. Innalloha ma’ana.. terus mendekat kepada Rabb kita, engkau tidak
sendiri, ikat erat dirimu dalam lingkaran kajian ini, susah senang akan berusaha
kita tanggung bersama, karena sejatinya kita bersaudara, ibarat 1 tubuh, Alloh
lah yang menciptakan rasa cinta kepada saudara seaqidah. Bersambung….